Cara Sederhana Santri Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW

Santri Bagi Makanan Maulid (Roni/readers.ID)
Penulis:

Sejumlah santri membagikan paket makanan ringan kepada warga di kawasan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, pada Selasa (19/10/2021). Kegiatan itu dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal 1443 Hijriah.

Ketua Yayasan Syahamah Aceh, Muhammad Fajarul Falah mengatakan, kegiatan ini sebagai upaya untuk mengenang Rasulullah SAW dan perjuangan dalam menyebarkan Islam hingga sampai ke Aceh serta seluruh penjuru dunia.

"Beliau adalah sosok panutan, mulai dari akhlaknya, adabnya hingga menjadi rahmat bagi seluruh alam. Anak-anak muda sekarang harus terus ingat betapa mulianya sosok beliau," kata Fajarul saat ditemui di sela pembagian makanan ringan sekitaran Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Menurutnya, kekaguman anak muda saat ini telah bergeser. Kebanyakan kaula muda cenderung mengagumi terhadap sosok semisal artis Korea. Padahal Rasulullah SAW merupakan sosok teladan bahkan diakui oleh nonmuslim sekalipun.

Banyak yang kagum pada seseorang, lanjutnya, karena dia mengenal dan mengetahui orang tersebut, baik melalui bahan bacaan maupun tontonan. Untuk itu, kata Fajarul, perlu untuk terus mengenalkan sosok Rasulullah SAW sebagai panutan yang inspiratif dari berbagai aspek.

"Mencintai seseorang itu karena ia kenal dan kagum. Kita perlu untuk terus mengenalkan Rasulullah dan mengenangnya di berbagai kesempatan dan waktu, salah satunya melalui momen peringatan Maulid Nabi SAW ini," pungkasnya.

Dalam kegiatan itu, sebelum memberikan paket makanan ringan kepada para pengendara, para santri terlebih dahulu mengajak warga untuk berselawat.

"Bapak, boleh kita sholawat dulu? Allahumma sholli ala sayyidina muhammad," bimbing salah seorang yang berdiri sambil menenteng makanan ringan diikuti beberapa pengendara yang sedang menunggu giliran malaju.

Pembagian makanan ringan ini dilakuan oleh 100-an santri dan pengurus Yayasan Syahamah Aceh di tujuh titik lampu merah seputaran Banda Aceh, Selasa (19/10/2021).

Budaya Moulod di Aceh

Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh dikenal dengan budaya moulod. Digelar tak hanya sehari seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, tapi bisa berlangsung selama empat bulan ke depan sejak 12 Rabiul Awal.

Kegiatan moulod di Aceh biasanya digelar di gampong-gampong (desa) dan juga rumah-rumah pribadi warga sebagai bentuk rasa syukur atas pencapain dalam setahun ini atau disebut kenduri (syukuran).

Melansir dari dinasdayahaceh.acehprov.go.id, pada bulan Rabiul Awal, perayaan maulid disebut dengan Meulod Awai, kemudian Rabiul Akhir disebut Meulod Teungoh dan Jumadil Awal disebut Maulod Akhe. Perayaan maulid di Aceh merupakan perayaan kenduri dengan waktu terlama.

Berbagai kegiatan dalam kenduri tersebut seperti membagikan makanan kepada masyarakat lain yang telah dimasak warga desa di meunasah-meunasah. Menariknya, saat membawa makanan, ada tempat khusus yang disebut "dalong", yaitu wadah khusus berbentuk selinder untuk pengisian nasi lengkap dengan lauk pauk. Ukurannya pun beragam, rata-rata berkisar 30 hingga 50 cm.

Sajian nasi dan lauknya pun ditata rapi dan berlapis-lapis atau dikenal "Dalong Meulapeh". Dalong inilah yang diantar warga ke meunasah-meunasah dan akan dibuka untuk disantap bersama anak yatim.

Salah satu menu khas adalah "bu kulah" atau nasi kulah. Nasi ini dimasak secara khusus dengan paduan rempah-rempah seperti cengkeh, kapulaga dan aneka rempah lainnya.

Formasi Bu Kulah berbentuk piramida ini dibungkus dengan daun pisang yang terlebih dahulu dilayu di atas bara api. Sehingga sajian makanan Aceh dengan rasa dan aroma khas Timur Tengah dan India begitu kental.

Menu lainnya yakni "kuah pacri". Dalam kuah ini, tersedia nenas yang dimasak dengan kuah encer dan paduan cengkeh, kapulaga, cabai merah yang diiris halus serta daun pandan untuk menambah aroma. Selain itu, ada juga menu aneka daging sapi, kambing, ayam dan bebek.

Sebelum menyantap hidangan maulid, masyarakat menggelar zikir dan doa bersama diiringi salawat. Setiap perayaan maulid di Aceh, kenduri digelar pada siang hari, kemudian malam dilanjutkan dengan warga berbondong-bondong menuju ke meunasah untuk mendengar ceramah maulid.

Bagi masyarakat Aceh, maulid telah menjadi tradisi dan dilaksanakan secara turun temurun dan memiliki dasar sejarah yang kuat. Ini sebagaimana termaktub dalam sebuah surat wasiat Sultan Aceh yang diterbitkan pada 12 Rabiul Awal 913 Hijriah atau 23 Juli 1507, oleh Sultan Ali Mughayat Syah yang ditemukan Tan Sri Sanusi Junid.

Salah satu poinnya adalah mengenai pelaksanaan Maulid Nabi yang dapat menyambung tali silaturahmi antargampong di Kerajaan Aceh Darussalam.[mu]