Cerita Nazar Apache13, Tak Berhenti Walau Dihantam Pandemi
Lumpuh. Begitulah kata yang menggambarkan nasib para seniman di Aceh, khususnya musikus periode awal pandemi Covid-19. Betapa terpukulnya kala sumber pengepul dapur disetop siang bolong, jadwal konser yang menumpuk tiba-tiba dihentikan, bikin keramaian dilarang, bahkan menyentuh tangan teman saja jadi sesuatu yang sangat dihindarkan.
"April 2020 sampai Januari 2021 itu kami bengong-bengong. Untung gak ngemis aja," seloroh Nazar Apache13 memecah tawa sambil sesekali meneguk minuman dingin di hadapannya, saat ditemui readers.ID di salah satu kafe di Banda Aceh, Jumat (15/10/2021).
Adalah Nazar Shah Alam (33) atau akrab disapa Nazar Apache13, vokalis salah satu band pujaan anak-anak muda di Aceh itu ikut terpukul bersama seniman lainnya karena pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19.
"Awal pandemi, jangankan uang, kawan-kawan pun pada out (hilang), betul-betul diuji ketangguhan kita," ungkap penembang Lumoh Anak Muda itu sambil sesekali merapikan rambutnya yang gondrong ke belakang.
Nazar Shah Alam
Ia bercerita, secara umum para seniman khususnya musikus baik itu band, solois, musisi hingga manajemen di Aceh terhantam keras secara ekonomi dan berdampak pada mental sebagian para seniman tarik suara ini dalam berkarya.
"Bila sebelum pandemi bisa 2-3 kali manggung per pekan, saat corona menyerang semuanya menjadi nol panggilan. Betul-betul kosong jadwal manggung," ucapnya.
Vokalis Apache13 itu berujar, di awal pendemi sekitar April 2020, dirinya bersama tim harus berlapang dada mengeratkan ikat pinggang kuat-kuat, hingga setengah tahun berikutnya. Februari 2021 baru kemudian mulai mendapat titik cerah dan paham cara main serta baradaptasi dan bertahan menghadapi kondisi perang melawan virus yang tak kasat mata ini.
"Awal 2021 kita baru mulai dapat job lagi, mulai menyesuaikan diri dan berusaha berdamai dengan pandemi. Memang kuncinya di menjaga ritme dalam berkarya, menjaga semangat dan terus berinovasi supaya tetap berada di permukaan. Menyerah bukan pilihan yang baik bagi seorang pejuang. Memilih berhenti berinovasi, tenggelam Anda," ungkap Nazar mantap.
Ia berujar, karena memang sejak awal dirinya berkarya tidak bergerak dengan modal duit, hal ini yang kemudian begitu membantunya bersama tim ketika dihadapkan dengan keadaan yang tidak biasa-biasa saja.
"Secara mental tentu kita lebih siap," kata Vokalis Apache13 itu penuh optimis, sesekali ia buang pandangannya ke pintu kaca kafe.
Vokalis Apache13, Nazar Shah Alam bercerita, selama ini yang dilakukannya untuk mendatangkan pendapatan adalah dengan berinisiatif terjun merawat dan memanfaat platform musik digital seperti Spotify, JOOX, dan YouTube sebagai sarana media untuk terus berkarya.
Menurutnya, selama ini para seniman utamanya musikus sebenarnya sudah masuk ke platform digital. Namun masa-masa sebelum pandemi, pihaknya terlena dengan panggung dan berbagai kegiatan secara luring.
"Kita banyak perform di panggung, sehingga abai dengan platform-platform digital seperti ini, gak terlalu dirawat awalnya," ungkap Nazar.
Saat pandemi, ternyata tak hanya cukup untuk sekadar bertahan hidup, tapi platform musik digital juga lumayan menghasilkan bahkan bisa melampaui ekpektasi bila digarap dengan sungguh-sungguh oleh para seniman, khususnya musikus di Aceh.
Penembang Bek Panik itu juga mengungkapkan, selain memanfaatkan platform digital berbayar, pihaknya juga berpartisipasi dan ikut terlibat melalui konser-konser yang digelar secara virtual dalam mendatangkan pundi-pundi rupiah ke kantong mereka untuk bertahan di tengah pandemi.
Kemudian beberapa projek lainnya seperti kerjasama dengan instansi pemerintah dan lembaga swasta, melakukan endorsement dan ikut berbagai kegiatan yang bermuara pada making money, berupaya menghibur orang-orang melalui karya-karya mereka walau dengan keterbatasan yang ada.
"Kalau saya pribadi survive karena ditambah dengan saya bikin lagu dan jual lagu. Selama pandemi ini hampir 30-an lagu berhasil saya ciptakan. Ada yang diproduksi bersama teman-teman Apache13 dan ada pula yang saya jual," ungkap Nazar mengenai sebagian sumber pendapatannya.
Menurut Vokalis Apache13 ini, kalau kondisi normal banyak orang bersinar, itu hal biasa. Namun bila kondisi dihantam badai pandemi masih tetap bertahan hidup dan bersinar, itu adalah sesuatu yang luar biasa.
"Seleksi alam dimulai saat pandemi ini. Siapa yang kuat dan tetap survive, pasti akan menjadi pemenang setelah pandemi usai," katanya.
Pandemi Covid-19 dan kondisi yang tidak baik-baik saja harusnya mampu menciptakan peluang. Hal ini yang selalu diamini oleh Nazar Shah Alam, anak muda asal Aceh Barat Daya (Abdya) yang karya musiknya digandrungi para milenial dan Gen-Z se-Aceh itu.
Di tengah sulitnya pagebluk Covid-19, ia malah mendirikan sebuah wadah untuk mengorbitkan talenta-talenta muda Aceh agar tampil berkarya dan terekspos ke publik. Rumah berkarya itu ia namai Studiosa.
Nazar berujar, ada cukup banyak talenta-talenta di daerah yang kemudian tidak mendapatkan kesempatan terekspos ke publik dan mereka tidak tahu harus melalui pintu mana, padahal mereka sudah punya bakat cukup luar biasa, khususnya di dunia tarik suara.
Di tengah perkembangan media sosial sekarang, kata Vokalis Apache13 itu, semua orang diberi kemudahan dalam menangkap mereka yang punya talenta-talenta ini untuk dipoles menjadi lebih baik lagi dalam berkarya.
"Ini bagus, ini bagus, ini bagus, ambil. Nah yang bagus-bagus itu kita arahkan. Aku gak pengen ada bakat-bakat yang bagus terbengkalai, walau gak semua ya. Mereka harus diarahkan, minimal punya karya. Ada kepuasaan batin di sana saat aku bersama tim mampu memberikan panggung kepada mereka," ucapnya sambil memelankan suara.
Studiosa sebagai rumah produksi musik yang ia gagas kini sudah mengorbitkan sejumlah karya di platform YouTube dengan total talen 11 orang dan ada kemungkinan akan terus bertambah ke depan.
Menurutnya, Aceh ini cukup punya banyak peluru dalam makna musik-musik yang bagus, penyanyi-penyanyi bagus, tanpa perlu mengambil musik-musik atau meng-cover lagu orang. Menurut Nazar, siapapun berhak punya lagu dan punya karya sendiri.
"Bicara motivasi dan impian untuk Studiosa. Aku terlalu lama berpikir bagaimana kemudian menjadi orang yang berguna bagi banyak orang. Bagaimana kemudian berupaya mengorbitkan mereka-mereka yang punya bakat, maka kita arahkan ke sana, berkarya. Target saya akan ada lahir 1-2 bintang dari Studiosa. Itu saja," ucapnya penuh harap.
Pria yang juga ayah dari satu anak itu berpikir, suatu hari Studiosa menjadi sebuah yayasan atau lembaga kreatif yang tidak hanya melahirkan talen produktif, tapi juga bagaimana mereka yang sudah berhasil, ikut meng-influence orang-orang untuk berkarya.
"Tidak perlu berterima kasih padaku, tapi berikan kebaikan kepada tiga orang, maka itu akan menjalar ke semuanya. Itu sih hasrat aku, semakin banyak orang baik, bintang-bintang cerdas, mereka tidak hanya mampu bernyanyi tapi mampu berpikir dan punya cara agar orang lain di sekitar mereka juga ikut punya karya," ungkapnya.
Vokalis Apache13, Nazar Shah Alam mengungkapkan, selama ini ada banyak talenta-talenta muda yang punya karya namun tidak mendapat pemerataan di kala kegiatan-kegiatan pemerintah, khususnya yang melibatkan musikus atau seniman tarik suara.
"Kalau disuruh berharap pada pemerintah, aku lebih baik berharap pada Tuhan sajalah. Tapi kalau mungkin pemerintah bisa menerima, aku ingin misal acara-acara pemerintah itu, bintang tamu dan talent-talent-nya yang dipilih di sana bukan bintang tamu yang itu-itu saja, jadi ada pemerataan terhadap semua talen di Aceh," ungkap Nazar.
Ia tidak berbicara untuk talen Studiosa saja, tapi untuk semua talen, band, seniman musik dan musisi di Aceh. Vokalis Apache13 ini berharap, acara-acara kedinasan yang digelar pemerintah jangan hanya mengajak satu dua talen dan itu-itu terus.
"Sementara ada banyak talent-talent lain di luar sana yang mungkin bisa mereka ajak, supaya ada keadilan di sini. Itu saja yang mungkin bisa aku harapkan. Sebab selama ini kalau aku lihat ya circle-nya mereka itu-itu saja," kata Nazar.
Pesannya kepada seniman-seniman di Aceh, khususnya mereka yang menggeluti dunia tarik suara dan ikut terdampak pandemi sama seperti dirinya, Nazar berucap, harus benar-benar memperjuangkanlah mimpi mereka, harus serius dan totalitas dalam berkarya, meski dengan keterbatasan kondisi yang ada.
Sebab menurutnya, mereka tidak bisa berharap kepada orang lain, karena mereka yang harus mewujudkan mimpi mereka sendiri, orang lain tidak mungkin bisa melakukannya.
"Apa motivasi yang bisa aku berikan ke teman-teman selain berkata ke mereka, ya kita harus sama-sama bisa menyesuaikan diri dengan keadaan, cukup mau belajar dan berusaha dengan ketekunan yang tinggi. Ini yang mungkin sedikit kurang ada di bakat-bakat muda kita, berinovasi dan berusaha keras. Harus kita dorong ke depan," pungkasnya. [acl]