Dilema Barca, Perpanjang Kontrak Messi Harus Banyak Keluarkan Pemain Lain
Seluruh klub sepak bola saat ini sedang menghadapi krisis keuangan dampak dari pandemi Covid-19. Termasuk Barcelona, tidak mampu mempertahankan Lionel Messi akibat hambatan finansial dan struktural yang membuat keduanya tidak mungkin memperbaharui kontrak.
"Meskipun Barcelona dan Lionel Messi telah mencapai kesepakatan dan niat yang jelas untuk menandatangani kontrak baru hari ini, ini tidak dapat terjadi karena kendala keuangan dan struktural (peraturan Liga Spanyol)," kata klub tersebut dalam pernyataan resmi di situs www.fcbarcelona.com Kamis (5/8/2021) dikutip dari cnbcindonesia.com.
"Akibat situasi ini, Messi tidak akan bertahan di Barcelona. Kedua belah pihak sangat menyayangkan keinginan pemain dan klub pada akhirnya tidak akan terpenuhi."
Sebenarnya kontrak Messi dengan Barcelona berakhir Juni. Kala itu, Messi pada prinsipnya menyetujui pengurangan upah lima tahun, dari perpanjang dua tahun, hingga 50 persen.
Diharapkan perjanjian akan menjaga Barcelona dalam batas-batas aturan La Liga. Liga Spanyol sendiri membuat batasan gaji dan operasional klub.
Dalam kontraknya terakhirnya, 2016-2021, pemain asal Argentina itu mendapat bayaran sekitar US$ 650 juta (Rp 9,1 triliun). Per pekan, Messi mendapatkan gaji US$ 150 juta atau sekitar Rp 41,6 miliar.
Dengan aturan baru, gaji Messi bisa turun menjadi US$ 1,45 juta atau Rp 20,8 miliar sepekan. Namun ini tetap tertinggi dibanding pemain dunia lain, termasuk Cristiano Ronaldo yang bermain di Juventus.
Namun Barcelona masih perlu mengeluarkan banyak pemain untuk memperbarui kesepakatan dengan Messi. Hal ini menemui jalan buntu.
Soal gaji pemain, mengutip The Guardian, klub tersebut sebenarnya over budget. Mencapai 110 persen dari pendapatan klub.
"Kami tidak mematuhi peraturan finansial fair play," kata Presiden Barcelona Joan Laporta.
Belum ada pernyataan terbaru kemana Messi akan berlabuh. Awalnya lelaki 34 tahun itu memang hendak meninggalkan Barcelona Agustus 2020 akibat putus hubungan dengan presiden saat itu, Josep Maria Bartomeu namun dipaksa tinggal.[]