Disbudpar Bersama Dishub Aceh Launching Trans Meudiwana
Dikatakan, kedua birokrasi tersebut sebelumnya melakukan diskusi panjang sehingga melahirkan transportasi yang sifatnya mendukung pariwisata untuk Banda Aceh dan Aceh Besar dan lahirlah Trans Meudiwana ini.
BANDA ACEH, READERS – Trans Meudiwana atau trans wisata resmi diluncurkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh bersama Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh di Museum Aceh, Minggu (11/9/2022) pagi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal dalam sambutannya menyampaikan bahwa program ini merupakan sebuah legasi baru bagi kedua instansi tersebut dalam memajukan subsektor kepariwisataan di Aceh.
“Kepada rekan-rekan media dapat memviralkan sebuah langkah baik dan bagus kolaborasi antara Dinas Perhubungan Aceh dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, sehingga melahirkan sebuah legasi baru bagi kami dalam berinovasi. InsyaAllah semuanya untuk sebuah kemajuan subsektor kepariwisataan,” kata Almuniza Kamal.
Menurut Almuniza, Aceh umumnya memiliki potensi wisata yang dahsyat sehingga penting dalam membangun sadar wisata.
“Dan hari ini kita membuka akses yang ada di wilayah Kota Banda Aceh dengan dukungan dari Dinas Perhubungan, ini akan diakses dengan di tranformasi umum. Dan saya berharap ke depan bukan hanya kota Banda Aceh dan Aceh Besar melainkan bisa kita kembangkan di wilayah kabupaten timur dan kabupaten/kota lainnya di Aceh,” pintanya.
Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Faisal mengatakan hadirnya program tersebut tidak lepas dari keresahan kami keduanya.
“Kami memiliki sarana cukup baik yang sudah ada dan juga Sumber Daya Manusia (SDM), dan dana dari rakyat, namun pemanfaatannya belum optimal,” kata Faisal.
Dari itu pihaknya ingin memanfaatkan kondisi tersebut agar pemanfaatannya benar-benar baik dan optimal.
“Ini adalah dana dari rakyat, nah tentu pemanfaatan harus bisa baik dan optimal dan memberikan dampak, atau multyplayer efek buat semua subsektor. Tidak hanya hanya wisata, juga perdagangan dan lain-lain,” sebutnya.
Dikatakan, kedua birokrasi tersebut sebelumnya melakukan diskusi panjang sehingga melahirkan transportasi yang sifatnya mendukung pariwisata untuk Banda Aceh dan Aceh Besar dan lahirlah Trans Meudiwana ini.
Diakhir penyampaiannya Faisal menyampaikan bahwa kolaborasi tersebut merupakan salah satu model kolaborasi ke depan yang intinya dapat dimanfaatkan dengan baik untuk tujuan sektor pariwisata.
Pantauan di lokasi, untuk melancarkan program tersebut, panitia menghadirkan sebanyak 6 unit transkutaraja untuk melakukan penjelajahan ke dua rute.
Rute pertama yakni MRB-Ulee Lheue: Museum Aceh- Rumoh Aceh-Makam Sultan Iskandar Muda-Taman Putro Phang-Museum Tsunami-Kherkhof-PLTD Kapal Apung-Masjid Baiturrahman-Wisata Air Ulee Lheue-Blang Padang-Taman Bustanus Salatin-Rex Peunayong.
Sementara rute kedua MRB-Lampuuk: Museum Aceh-Gunongan-Masjid Kupiah-Rumoh Cut Nyak Dhien-Pasar Jajanan Lampisang-Gampong Nusa-Kerajinan Keudei-Bieng-Pantai Lampuuk.
Terkait dengan program ini, pandangan salah seorang masyarakat Fahmi Rezeki menilai bahwa dengan adanya program tersebut dapat membantu masyarakat lebih mudah mengakses titik tujuan pariwisata yang ada di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar.
“Saya merasa dengan kehadiran trans pariwisata ini membuat masyarakat dan wisatawan lebih mudah dalam mengunjungi situs situs budaya dan juga parawisata,” kata Fahmi saat ditemui di Museum Aceh tersebut.
Terlebih lagi, lanjutnya, bagi mereka yang selama ini mungkin belum mempunyai alat transportasi untuk berlibur.
“Dengan adanya ini seperti saya misalnya, sudah dapat berpergian dan berlibur dengan tenang dan aman serta tidak mengeluarkan pendanaan yang berlebih,” tutupnya.
Pada peluncuran tersebut sekaligus dilangsungkan tepung tawar oleh MAA, Prof Syamsul RIzal.