Erdogan Sebut Joe Biden Sedang Menulis Sejarah dengan Tangan Berdarah
Pemerintah AS telah menyetujui penjualan senjata kendali berpresisi ke Israel dengan nilai kontrak US$735 juta (sekitar Rp10,5 triliun), langkah yang menimbulkan sorotan tajam dari kalangan politisi di Washington maupun pemimpin di negara lain saat Israel sedang bertikai dengan kelompok Hamas di Palestina.
Menurut kantor berita Reuters, lampu hijau dari pemerintahan Presiden Joe Biden soal penjualan senjata ke Israel bersumber dari kalangan politisi di Kongres AS.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pun langsung mengritik sikap pemerintah AS itu.
"Hari ini kita menyaksikan tanda tangan Biden untuk [penjualan] senjata ke Israel…Ini merupakan persetujuan untuk menjual 850.000 senjata yang sangat sangat penting," kata Erdogan dalam siaran televisi setelah rapat kabinet pada Senin waktu setempat (17/05/2021) lalu.
Terkait dengan penjualan senjata itu. Erdogan menyebutkan Joe Biden sedang menulis sejarah dengan tangan berdarah, karena penjualan senjata tersebut di tengah pertikaian antara Israel dan Palestina.
"Anda sedang menulis sejarah dengan tangan berdarah," kata Erdogan dalam pernyataan yang diarahkan ke Presiden AS, Joe Biden.
"Anda membuat kami terpaksa berkata seperti ini. Karena kami tidak bisa tinggal diam soal ini," lanjut Erdogan yang mendapat dukungan dari Timur Tengah karena selalu vokal memperjuangkan Palestina selama 18 tahun kepemimpinan di Turki.
Kritik atas Biden pun dilontarkan oleh anggota DPR AS, Ilhan Omar, politisi dari Partai Demokrat yang membawa Biden menjadi presiden AS.
"Akan sangat mengerikan bagi Pemerintahan Biden melanjutkan kesepakatan senjata kendali berpresisi US$735 juta ke Netanyahu tanpa syarat setelah meningkatnya kekerasan dan serangan terhadap warga sipil," ujar anggota Komisi Hubungan Luar Negeri DPR AS itu, Senin (17/05), seperti yang dikutip Washington Post.
"Jika berjalan lancar, ini akan dilihat sebagai lampu hijau untuk eskalasi lanjutan dan akan melemahkan setiap upaya untuk menengahi gencatan senjatam," lanjutnya.
Belum ada komentar dari Gedung Putih terkait kabar penjualan senjata AS ke Israel itu.
Pertikaian Israel-Palestina kini memasuki pekan kedua, dan belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Israel terus melancarkan serangan udara ke Gaza pada Selasa dini hari (18/5/2021). Militernya mengatakan puluhan roket ditembakkan ke wilayah itu sepanjang malam.
Sedikitnya 212 orang Palestina, termasuk 100 perempuan dan anak-anak, terbunuh di Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat. Sedangkan di Israel, 10 orang termasuk dua anak-anak tewas, menurut pihak medis.
Israel pun meluncurkan puluhan serangan udara ke Jalur Gaza Senin (17/5/2021) setelah kelompok Hamas melancarkan serangan roket ke kota-kota di Israel selatan.
Serangan sebelum fajar di Gaza itu termasuk yang paling parah sejak konflik mulai seminggu lalu.
Israel mengatakan mereka menghantam fasilitas milik Hamas dan beberapa kediaman komandan, namun jalan utama dan aliran listrik juga rusak.
Pejabat Palestina di Gaza mengatakan serangan itu menyebabkan mati listrik dan menghancurkan ratusan rumah dan gedung lain.
Korban jiwa di kawasan ini mencapai 200 orang termasuk 59 anak-anak, 35 perempuan dan 1.305 luka-luka, menurut kementerian kesehatan. Sementara Israel mengatakan lebih dari 130 militan termasuk yang tewas, namun Hamas menyanggah.
Seruan internasional agar dilanjutkan gencatan senjata semakin meningkat. Namun Biden sendiri di depan publik baru sebatas melontarkan dukungan gencatan senjata setelah lebih dari sepekan kekerasan antara Israel dan kelompok Palestina di Gaza.
Kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu, Biden mengatakan AS tengah bekerja sama dengan Mesir dan negara-negara lain untuk menghentikan konflik.
Namun, di sisi lain, AS kembali memblokir pernyataan Dewan Keamanan PBB yang menyerukan penghentian kekerasan.
Presiden Mesir, Abdul Fattah al-Sisi mengatakan Senin negaranya akan berupaya keras "agar tercapai gencatan senjata."[acl]
Sumber: BBC