FDP Salurkan 81 Hewan Kurban ke Perbatasan dan Kamboja

Prosesi penyembelihan hewan kurban untuk wilayah perbatasan, Aceh-Sumut. (Foto: Dok. FDP)
Penulis:

BANDA ACEH, READERS – Forum Dakwah Perbatasan (FDP) menyalurkan daging dan hewan kurban Idul Adha 1445 H ke kawasan perbatasan Aceh-Sumut dan masyarakat muslim di Champa, Kamboja. 

Ketua Panitia pelaksana Zulkarnaini mengatakan penyaluran hewan kurban ini menjadi rutinitas dan tradisi dari FDP setiap tahunnya.

“Dari jumlah kurban yang tersalurkan menunjukkan umat Islam Aceh dan Indonesia peduli dengan kondisisi umat perbatasan," ujar Zulkarnain dalam keterangan tertulisnya kepada media ini, Senin (17/6/2024).  

Pada 2023, sebutnya, FDP menyalurkan 8 ekor sapi dan 82 ekor kambing atau domba. Tahun ini menyalurkan 11 ekor sapi dan 70 ekor kambing atau domba.  

"Secara keseluruhan jumlah hewan kurban yang disalurkan terus meningkat dari tahun ke tahun,” ungkap Zulkarnain. 

Dia menyebutkan, para penyumbang kurban terdiri dari kalangan dokter, akademisi, pedagang dan hampir seluruh lapisan masyarakat.  

Secara khusus, kata dia, Forum Dakwah Dokter Indonesia (FDDI) menyumbang 4 ekor kambing. Tingginya minat para penyumbang kurban ke perbatasan dan pedalaman Aceh-Sumatera Utara menunjukan kepedulian umat Islam pada kondisi saudara di perbatasan yang secara wawasan keislaman agak tertinggal dibandingkan mereka yang hidup di kota.  

“Fokus utama target pegiriman kurban adalah ke kawasan-kawasan yang telah ditempati para dai dari FDP," ujarnya.

Hingga saat ini setidaknya ada 14 orang dai telah menjalankan tugas dakwah di  Aceh; Aceh Tenggara khususnya Kecamatan Leuser, dan di Singkil fokusnya di Pulau Banyak. Sedangkan di Sumut, mencakup wilayah Kabupaten Karo, Dairi, dan Papak Bharat. 

Tidak hanya itu, kawasan Singkil lainnya yang juga menjadi target pengiriman hewan kurban adalah Kecamatan Danau Paris, yaitu Desa Biskang, Situbuh-tubuh, Sikoran, Situban, Lae Balno, Dusun Pancur Arang dan Desa Napagaloh, serta beberapa desa di luar Kecamatan Danau Paris.  

Meskipun FDP belum menempatkan dai di Danau Paris Singkil, namun bagi FDP Danau Paris punya makna historis sepanjang perjalan dakwah FDP dalam membina umat perbatasan.  

FDP mulai kegiatan perdananya di Desa Napagaloh Danau Paris dan berulangkali dilaksanakan kegiatan besar dalam bentuk Safari Dakwah Perbatasan.  

Sementara itu, Manager Program FDP, T Azhar Ibrahim Lc mengungkapkan mengingat kondisi perbatasan Singkil -Sumut termasuk kawasan rentan degradasi wawasan keislaman, FDP merencanakan untuk tahun-tahun selanjutnya, Perbatasan Singkil-Sumut menjadi fokus kegiatan dakwah FDP setelah Leuser Agara.  

“Bentuk dakwah fokus pada peningkatan Pendidikan Islam kepada warga muslim kawasan tersebut lewat kegiatan berbeda-beda. Demikian juga Subussalam, belum ada dai FDP yang ditempatkan di kabupaten yang berbatas langsung dengan Papak Bharat, tapi sejumlah besar muallaf binaan FDP berasal dari Subussalam,” kata T Azhar.

Azhar menyebut, penyaluran hewan kurban di Subulussalam adalah Desa Tangga Besi, Namo Buaya, dan juga disebarkan ke desa-desa lain dimana para mualaf binaan FDP berdomisili.

Menurut catatan tim, kata dia, pembinaan muallaf FDP, Subussalam Kawasan yang paling banyak ditempati oleh para mualaf terutama dari suku Nias.

Keberadaan mualaf yang sudah lama masuk Islam setelah memperoleh pembinaan dari FDP mereka menjadi contoh baik bagi keluarga dan itu mengundang anggota keluarga lain untuk mengikuti langkah saudaranya.  

Koordinator FDP Wilayah Subulussalam-Singkil Muchlis Pohan mengatakan setiap kali mualaf pulang dari pembinaan selama 40 hari di Banda Aceh, tidak lama kemudian ada keluarga yang minta disyahadatkan di kantor wilayah FDP di pinggir jalan besar Subussalam.

Salurkan ke Kamboja

FDP juga menyalurkan hewan kurban ke Kamboja lewat kunjungan Ketua FDP dr Nurkhalis SpJP FIHA, memenuhi undangan buka puasa bersama Perdana Menteri Kamboja Hun Manet bersama Forum Silaturrahim Kemakmuran Masjid Serantau (FORSIMAS). 

Nurkhalis mengungkapkan muslim minoritas Champa perlu perhatian dan membangun silaturrahim, karena bila ditilik sejarah, Aceh – Champa merupakan saudara tua yang silaturahim agak renggang. 

Meskipun Hun Sen dan anaknya Hun Manet memberi perhatian khusus untuk masyarakat muslim minoritas Kamboja baik dari suku Champ dan Khemr, karena mereka sebagai minoritas perlu usaha keras untuk menduduki posisi ekonomi menengah ke atas, terutama keturunan Champ yang hidup di sepanjang Sungai Mekong.  

“Lewat kurban membangun silaturahim dengan saudara tua, motto yang dipakai adalah Qurban Bridge Silaturrahmi Acehnese-Champ Cambodian Muslim, demikian juga dengan semua desa sepanjang perbatasan,” kata dia. 

Dengan kurban yang sampai ke saudara-saudara yang jauh akan mendekatkan tali silaturrahim dengan saudara muslim yang hidup di kota-kota. 

"Dalam penyaluran hewan kurban ini, membutuhkan waktu satu hari satu malam karena jalur perjalanan cukup ekstrem," imbuh Nurkhalis.[]

Editor: M. Nur
Sumber: rel