Kajian Didong Beserta Ceh dan Karyanya Diminta Dibahas Secara Rutin

Menurut Azman, apa yang dilakukan PKKG yang terus mengangkat dan mendiseminasi pengetahuan tentang seniman dan karya-karyanya, merupakan suatu terobosan brilian yang perlu terus didukung, karena sangat berdampak terhadap masyarakat.

Azman, Pegiat Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Penulis:

JAKARTA, READERS - Kajian dan diskusi mengenai ceh Didong Gayo dan karya-karyanya sangat penting untuk terus dilakukan secara mendalam. Dari itu, pegiat budaya diminta terus rutin menyiarkan dan melakukan diskusi mengenai tokoh atau ceh-ceh di dataran tinggi Gayo.

"Soalnya, sudah semakin sedikit tokoh didong yang dapat dijadikan narasumber dalam kajian-kajian didong karena ceh tue sudah banyak almarhum," kata Azman, Pegiat Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Sabtu (28/5/2022).

Terkait dengan rutinitas kajian dan diskusi mengenai kebudayaan Gayo tersebut secara rutin terus dilakukan oleh Pusat Kajian Kebudayaan Gayo (PKKG) dari Jakarta melalui zoom meeting. 

Menurut Azman, apa yang dilakukan PKKG yang terus mengangkat dan mendiseminasi pengetahuan tentang seniman dan karya-karyanya, merupakan suatu terobosan brilian yang perlu terus didukung, karena sangat berdampak terhadap masyarakat.

Menanggapi hal itu, Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Yusradi Usman al-Gayoni menyebutkan, selama 2 bulan ini PKKG terus-menerus melakukan diskusi kebudayan. 

Disebutkan, selama dalam dua bulan tersebut telah menggelar 14 kegiatan bincang dan diskusi budaya di antaranya tentang budaya, pendidikan, sejarah, seni, kopi, dan bahasa. 

“Terkait Bincang Seni Seri #2, membahas didong tradisional, dengan narasumber Djamaludin Meri, ceh legendaris Musara Bintang. Seri #1 sebelumnya, membahas didong urban, didong Transjakarta yang dinarasumberi Fikar W Eda, magister seni pertama dari Gayo/Aceh, alumnus Institut Kesenian Jakarta (IKJ),” ujarnya.

Bincang seni seri #2 ini diberi topik “Didong, Udin Musara, dan Musara Bintang”. Kali ini akan membahas sejarah dan perkembangan didong secara keseluruhan di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah dan Bener Meriah, terutama di daerah uken. 

Uken merupakan paruh (moety) masyarakat yang di Gayo Lut, Kabupaten Aceh Tengah. Juga, dibahas kesosokkan Djamaluddin Meri dengan karya-karyanya dan kelop didong Musara Bintang, tempat Djamaluddin dan ceh-ceh di Bintang untuk berdidong. 

Bincang seni seri #2 tersebut, turut dimeriahkan dengan pertunjukan didong dan suling secara daring. 

“Didong oleh Pak Djamaluddin Meri, dengan penepok dari Sanggar Pegayon. Suling sendiri, oleh Ajli Rahmandi, Ketua Sanggar Pegayon. Menurutnya, di era digital sekarang, pertunjukan kesenian ikut berubah, beradaptasi, dan bertransformasi, supaya tetap relevan dengan perkembangan zaman,” ujarnya.

Seperti biasanya, bincang seni seri #2 ini terbuka untuk umum dan digelar secara daring melalui Zoom Meeting pada Minggu (29/5/2022), mulai jam 10.00 WIB. 

“Bagi masyarakat Gayo yang ingin menyaksikan didong dan suling secara daring, terlebih lagi, para penggemar Musara Bintang, bisa mengikuti Bincang Seni Seri #2 Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, melalui tautan Zoom Meeting, di Meeting ID: 899 1115 3142, dan Passcode: 002914,” pungkasnya.

Sumber: Pusat Kajian Kebudayaan Gayo