Kepala ARC-USK: Industri Nilam Aceh Memasuki Era Baru
BANDA ACEH, READERS - Saat ini industri nilam Aceh telah memasuki era baru dengan ekosistem rantai pasok dan nilai yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan bagi semua stakeholders nilam.
Demikian disampaikan Dr Syaifullah Muhammad ST MEng Kepala Atsiri Research Center (ARC) Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUIPT) Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, dalam Focus Group Discussion (FGD) Digitalisasi Ekosistem Rantai Nilai Nilam Aceh dan Akses Keuangan di Kantor OJK Aceh, di Banda Aceh, Selasa (5/3/2024).
Syaifullah mengatakan industri nilam Aceh masa lalu berada pada jalur budidaya, penyulingan untuk menghasilkan minyak nilam (crude patchouli) dan ekspor.
"Dalam jalur ini ruang inovasi untuk nilai tambah lokal hampir tidak ada, atau sangat kecil. Nilai tambah hampir seluruhnya diambil oleh luar negeri," ungkapnya.
Tapi jalur itu mulai berubah sejak 8 tahun terakhir dengan dikembangkannya inovasi teknologi molecular distillation and fractionation pada tekanan vakum oleh ARC USK.
Dengan inovasi itu, sebut Syaifullah, minyak nilam berhasil dipurifikasi dari pengotor (impurities) sehingga membuahkan intermediate product berupa hi-grade patchouli pada range persentase Patchouli Alhokol (PA) yang variatif.
Purified Patchouli ini kemudian dapat digunakan sebagai bahan aktif berbagai produk akhir (end products) yang bernilai ekonomi tinggi.
"Untuk PA>60% digunakan sebagai fiksatif parfum, untuk PA<10% digunakan untuk skincare, kosmetik, toiletries dan lain-lain," ujarnya.
ARC-USK bersama stakeholders lainnya dari pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan media (pentahelix approach) berhasil membentuk ekosistem baru industri nilam Aceh melalui transfer teknologi, penguatan UMKM lokal, pengembangan kerjasama internasional, gerakan literasi dan inklusi nilam melalui media massa dan lain-lain.
Kolaborasi tersebut menjadikan ekosistem industri nilam Aceh saat ini tidak hanya budidaya, suling dan ekspor. Tapi juga purifikasi, produk inovasi, dan penguatan market lokal dan juga internasional.
"Kita sudah memasuki sejarah baru nilam Aceh. Dulu semua minyak nilam diekspor ke luar negeri. Tapi sekarang sebagian kita purifikasi di Aceh dan bisa digunakan oleh para UMKM untuk mengembangkan produk parfum, skincare, toiletries, aroma terapi, dll, yang memberikan nilai tambah ekonomi dan sebagian lagi kita ekspor untuk devisa negara," jelas Syaifullah.
Dalam 6 tahun terakhir, ARC-USK melakukan transfer teknologi dan skil kepada UMKM Nilam Aceh sehingga usaha mereka mulai berkembang dengan produk turunan nilam yang berkualitas.
Direktur Bisnis dan Dana Lestari USK ini mencontohkan Koperasi Inovasi Nilam Aceh (Inovac) yang melakukan komersialisasi hasil riset ARC.
Pada 2023 Inovac menerima penghargaan sebagai Koperasi Produsen Berprestasi Peringkat 1 di Aceh yang diserahkan oleh Gubernur Aceh.
"Pada tahun yang sama Inovac juga memperoleh penghargaan dari BPOM RI di Jakarta sebagai UMKM yang produktif dan inovatif," urai Syaifullah
Dia juga menyebutkan UMKM lainnya, Biona Ceudah Rupa, yang melakukan komersialisasi Skincare Serum Antiaging Biona, berhasil menjadi Start Up terbaik 2023 Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Dalam waktu setahun Biona telah diundang ke Jerman, Singapura, Kamboja dan China," Syaifullah melanjutkan.
Bahkan ada produk skincare nilam hasil riset ARC USK yang diproduksi di Kawasan Industri Cileungsi Bogor oleh PT. Focustindo dengan merk Elgeena dan sudah beredar di marketplace.
"Ini menunjukkan bahwa kita Aceh-Indonesia mampu melakukan hilirisasi teknologi yang berdampak pada peningkatan nilai tambah setara dengan negara lain," pungkas Syaifullah.
Nara sumber lainnya Ketua OJK Yusri, memaparkan secara gamblang tentang kinerja keuangan di Propinsi Aceh dan dampaknya pada pertumbuhan ekonomi.
Menurut Yusri kontribusi PDRB Aceh yang paling besar dari sektor pertanian. Tapi pihak bank relatif kecil terlibat dalam pembiayaan sektor pertanian. Salah satu pertimbangannya karena resiko yang dianggap besar.
Untuk itu Yusri menyarankan agar di Aceh dihadirkan semacam lembaga penjamin kredit pertanian.
"Regulasi terkait lembaga penjamin kredit pertanian daerah harus diperjuangkan bersama oleh pemerintah daerah dan DPRA," jelas Yusri.
Sementara itu Thomas dari PROMISE 2 IMPACT Project ILO memaparkan rencana ILO untuk terlibat dalam digitalisasi rantai pasok dan nilai industri nilam Aceh.
Menurut Thomas, pihaknya akan bersinergi dengan ARC, OJK dan stakeholders lainnya. Akan disiapkan platfom digital agar membantu berbagai kepertuan informasi dan transaksi keuangan.
"Tahap awal, minggu lalu telah dilakukan ToT untuk 25 orang di Hotel The Pade, yang diharapkan menjadi bagian dari penguatan rantai nilai dari ekosistem nilam Aceh," tutup Thomas.
FGD juga diisi sambutan Mr. Ariya dari SECO Kedutaan Swiss di Jakarta. Mr. Ariya menyampaikan program digitalisasi nilam Aceh ini menjadi komitmen kuat bagi SECO untuk menyukseskannya.
FGD yang berlangsung di Lantai 4 Kantor OJK Aceh merupakan kolaborasi antara OJK Aceh, International Labour Organization (ILO) melalui PROMISE 2 IMPACT Project, ARC USK dan State Secretariat for Economic Affair (SECO) Kedutaan Besar Swis di Jakarta.
Tampil sejumlah narasumber seperti Ketua OJK Aceh Yusri, Project Manajer PROMISE 2 IMPACT ILO Djauhari Sitorus dan Thomas, serta perwakilan dari SECO Kedutaan Swis dan Kepala ARC USK.
Selain itu FGD juga dihadiri para pelaku perbankan dan jasa keuangan.[]
Editor: M. Nur