Manisnya Cuan dari Madu Linoet
Madu dikenal pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah. Selain mempunyai rasa manis yang khas, madu juga dikenal dengan cairan yang memiliki segudang manfaat bagi tubuh. Tak ayal, cairan satu ini kerap diburu banyak orang di masa pandemi Covid-19.
Di wilayah Aceh Besar contohnya, tepat di Gampong Lambadeuk, Kecamatan Peukan Bada, seorang pria bernama Khairil Fattah memiliki cara yang unik dalam memproduksi madu. Madu yang dibudidaya olehnya pun berbeda dengan madu yang ditemui pada umumnya.
Pria berbadan agak gempal dan berberewok tipis itu membudidayakan madu kelulut, atau dalam bahasa Aceh dikenal dengan “Madu Linoet”. Dari segi tampilan, madu kelulut ini saat baru dipanen dari sarangnya tampak berwarna kuning pucat, tidak seperti madu yang dihasilkan oleh lebah hutan yang memiliki warna cokelat kemerahan.
Madu kelulut ini dihasilkan oleh lebah bernama latin Tetragonula biroi. Ukuran tubuh lebah ini juga terlihat lebih kecil dan tidak memiliki kemampuan untuk menyengat atau tanpa sengat. Sarangnya pun juga terlihat berbeda dengan lebah hutan, lebah kelulut memiliki sarang seperti jahitan jaring yang saling menyatu.
Sejak menyelesaikan pendidikan dari bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Khairil melakoni pekerjaan dengan mencari madu di hutan. Saat itu, dalam kesehariannya ia kerap keluar masuk pedalaman hutan rimba untuk mencari sarang lebah yang mengandung madu guna dibawa pulang.
Namun, karena kerap tidak dapat memenuhi permintaan konsumen, ia perlahan beralih dengan memilih cara yang lebih efektif, yaitu mencoba usaha budidaya lebah seperti yang dilakoninya saat ini.
“Awalnya kita mulai dari tahun 2018, dengan lebah ‘apis cerana’ dulunya. Kalau sekarang kita lebah stingless bee atau lebah linoet kalau dalam bahasa Aceh-nya. Nah kalau ini mulainya awal-awal 2019,” kata Khairil.
Khairil Fattah Pemilik Usaha Budiddaya Madu Linoet di Gampong Lambadeuk, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar
Alasan Khairil beralih membudidaya madu kelulut karena dapat diproduksi setiap bulan dan juga sangat ramah dengan lingkungan. “Jadi kita mulainya dengan lebah ini lagi, kalau lebah ini kan ramah lingkungan dia. memang setiap bulannya bisa memprodruksi madu,” ujarnya.
Untuk membuat tempat budidaya, awalnya Khairil mencari pohon kayu berlubang di hutan guna dijadikan sarang/koloni kelulut. Selanjutnya batang kayu yang sudah dipotong sesuai dengan kebutuhan tersebut dibawa ke lahan yang dekat dengan hutan di wilayah Gampong Lambadeuk.
Tak hanya diletakkan begitu saja, koloni kelulut milik Khairil dibuat dalam bentuk rumah-rumah mini yang berdiameter sekitar 30 centimeter hingga satu meter dengan batang kayu sebagai penyangga utamanya.
Jika dilihat dari kejauhan, rumah-rumah mini tersebut tidak terlihat sebagai sarang kelulut. Namun, jika dilihat lebih dekat maka akan tampak kelulut terbang lalu lalang di sekitar rumah mungil itu.
Hampir tiga tahun usaha budidaya kelulut dilakoni oleh Khairil. Tidak ada kendala begitu serius yang dialami dalam memproduksi madu linoet ini. Bisa dikatakan usahanya yang bernama Gonna Bee itu berjalan dengan sukses. Bahkan, dalam usahanya ini ia bisa meraup cuan hingga puluhan juta dalam sebulan.
Dalam satu koloni (rumah lebah), ia biasanya bisa menghasilkan 800 ml hingga 1 liter madu linoet dengan omzet perliternya mulai dari Rp 600 ribu hingga Rp 900 ribu. Perbulannya, kata Khairil, ia mampu memproduksi 45 sampai 60 liter.
Terlebih di masa pandemi saat ini, ia mengaku permintaan dari para konsumen setiap harinya meningkat, sehingga kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar. Sejak awal usahanya dimulai, hingga saat ini ia sudah mempunyai sekitar 200 koloni di sejumlah lokasi yang berbeda-beda.
“Dari yang sudah kita dapat perbulannya sekitaran hampir 45 liter. Kita bertahap-tahap panennya, permintaan selama ini meningkat, bahkan kesulitan untuk mencukupi. Kalau permintaannya jika ada madu sekitar 60 liter, itu laku semua. Kalau bisa kita suplai 100 liter juga laku,” jelas Khairil.
Kemudian, dalam memasarkan madu miliknya ini, Kharil pernah mendistribusikannya ke sejumlah kota di Indonesia, seperti Jakarta, Solo, dan sejumlah daerah lainnya.
Cara memanen madu kelulut ini terbilang unik, tidak seperti memanen madu hutan yang pada umumnya harus memanjat pohon besar terlebih dahulu. Memanen madu kelulut cukup dengan cara berdiri saja dan juga dengan menggunakan alat yang sederhana.
Seperti yang dilakukan oleh Khairil, untuk memamen madu ini, hanya membutuhkan alat sedot. Setelah disedot dari sarangnya madu langsung bisa dikonsumsi. Madu kelulut ini memiliki rasa yang khas, terasa manis bercampur asam. Rasa asam pada madu kelulut ini karena kadar keasaman yang mencapai 3,05-4,55.[acl]