Panen Nilam Di Desa Blang TIngkeum Kemukiman Lamteuba
Masyarakat Apresiasi Kontribusi Tim Pengabdian Masyarakat USK
“Program pengembangan nilam seperti ini sangat positif dan dapat meminimalkan penggunaan lahan untuk komoditi terlarang (illegal) seperti ganja yang pernah terjadi dimasa lalu”, ujar Subhan.
ACEH BESAR, READERS —Tim Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala (USK), bersama Tim Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari Fakultas Pertanian USK dan Tim Alumni Program Doktor Ilmu Pertanian (DIP) Pascasarjana USK, menggelar kegiatan berbagi pengetahuan.
Kegiatan tersebut terkait teknik penanganan panen nilam yang baik, di Desa Blang Tingkeum, Kemukiman Lamteuba, Kecamatan Seuliemum, Kabupaten Aceh Besar, Sabtu (19/3/2022).
Dekan Fakultas Pertanian USK Prof. Dr. Samadi, M.Sc, kepada Readers.ID mengatakan, kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program PkM sebelumnya tentang Produksi Benih Nilam Unggul tahun 2021 dari sumber dana PNBP Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) USK.
Ia mengungkapkan, alih teknologi merupakan kontribusi Perguruan Tinggi dalam mengajarkan dan mengimplementasikan hasil riset kepada petani nilam khususnya.
“Meningkatnya produksi nilam tentu akan berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan petani sehingga kesejahteraan dapat meningkat”, ujar Dekan Fakultas FP USK, Prof. Samadi.
Prof. Samadi hadir sekaligus ikut melakukan panen perdana dilahan petani bersama-sama dengan Kepala Desa Blang Tingkeum, M. Subhan, dan juga dari Tim Program Pengembangan Bibit Lembaga Wali Nangroe, Sayuti Malik.
Edukasi Untuk Petani
Sementara itu, Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat, Prof. Dr. Rina Ir. Rina Sriwati, M.Si yang juga merupakan Ketua Prodi Doktor Ilmu Pertanian (DIP) Pascasarjana USK ini, turut memberikan materi penyuluhan kepada petani tentang teknik pemanenan dan penanganan pasca panen nilam yang baik dan benar. Ini merupakan wujud kepedulian dan perhatian pihaknya kepada petani.
“Pada kesempatan ini alumni Program DIP USK yang sebagian besar adalah dosen di Fakultas Pertanian USK mengajarkan secara teknis prosedur penanganan paska panen mulai dari pemangkasan, teknik penjemuran dibawah terik matahari dan penjemuran yang dianginkan untuk mendapatkan kualitas minyak menjadi lebih baik,” ujar Prof.Rina
Ia juga menjelaskan, Tim Program PkM bersama dengan mahasiswa Fakultas Pertanian dan Program Doktor Ilmu Pertanian Pascasarjana USK telah melakukan riset di area kebun di Desa Blang Tingkeum untuk melihat respon tanaman nilam terhadap aplikasi jamur antagonis, dalam bentuk pellet Trichoderma, Zat Perangsang tumbuh dan bakteri endofit Bt serta kontrol.
“Hasil pengukuran berat terna basah nilam per tanaman yang diaplikasi dengan perlakuan diatas diperoleh data mencapai rata rata 4,5 kg per tanaman, dimana hampir 2 kali lipat lebih tinggi dari kontrol (tanpa perlakuan yaitu rata rata kurang dari 2kg per tanaman) pengamatan ini masih terus berlanjut,” kata Prof. Rina.
“Jamur Trichoderma isolate lokal ini merupakan jamur antagonis yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, mengendalikan pathogen penyebab penyakit pada tanaman nilam” jelas Prof. Rina.
Apresiasi Petani Nilam
Sementara itu, M. Nur, salah seorang petani nilam yang ikut dalam kegiatan tersebut merasa sangat bangga dengan proses pendampingan yang dilakukan. Dari hasil yang diperoleh M. Nur mengakui, selama 8 bulan ini tanaman nilam tumbuh dengan sangat baik dan dapat dipanen dengan hijauan kanopi daun nilam yang rimbun tanpa serangan hama dan penyakit yang berarti.
Ia mengakui, inisiatif yang telah dilakukan oleh tim Program PkM USK ini merupakan suatu langkah awal yang baik untuk peningkatan kesadaran dan pengetahuan yang akan memiliki implikasi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di Kemukimam Lamteuba secara umum.
Hal yang sama juga dikatakan Kepala Desa Blang Tingkeum, Subhan . Ia sangat bangga desanya medapat perhatian dalam kegiatan ini. Ia juga memberikan apresiasi yang sama pada pelaksanaan kegiatan ini.
“Program pengembangan nilam seperti ini sangat positif dan dapat meminimalkan penggunaan lahan untuk komoditi terlarang (illegal) seperti ganja yang pernah terjadi dimasa lalu”, ujar Subhan.
Sajalan dengan itu, Tim Program Pengembangan Bibit dari Lembaga Wali Nanggroe, Sayuti Malik, juga mengungkapkan kebahagiaannya pada kegiatan yang dilakukan Fakultas Pertanian, Program Doktor Ilmu Pertanian dan ARC-USK tersebut.
Ia juga berharap dapat berkolaborasi dengan ARC - USK guna mengimplementasi pengembangan nilam di wilayah Aceh Besar.
“Keberhasilan pengembangan disektor hulu di Desa Blang Tingkeum menjadi motor penggerak bagi masyarakat tani desa lainnya yang nantinya akan menjadi peluang emas untuk pengembangan nilai tambah produk nilam," ujarnya.
"Adanya peningkatan luas tanam nilam menjadi modal utama Program Pengembangan Kawasan Agroindustri nilam dimasa yang akan datang. Kami berencana berkolaborasi dengan ARC-USK untuk pengembangan nilam di wilayah Aceh Besar,” tutur Sayuti Malik.
Dukungan ARC-USK
Sementara itu, perwakilan dari ARC-USK, Dr. Muslim Amiren mengatakan, saat ini petani bisa memanfaatkan fasilitas ketel dan peralatan yang ada di ARC-USK untuk membantu proses penyulingan.
Muslim mengatakan, inisiatif ini muncul karena sampai saat ini petani mengeluh ketidaktersediaan ketel penyulingan di desa, yang mempengaruhi minat petani melakukan budidaya nilam.
“Kedepan, kalau sudah banyak petani yang menanam nilam, bukan tidak mungkin ARC-USK akan berupaya menfasilitasi pengadaan ketel penyulingan dari berbagai sumber yang potensial, tentu ini perlu komitmen dari semua petani secara serius” ujar Muslim.