Memahami Fenomena Aphelion, Ini Penjelasan Pakar
Peneliti Pusat Riset Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Andi Pangeran menjelaskan, fenomena Aphelion adalah kondisi di mana Bumi punya jarak paling jauh dari Matahari.
Jakarta - Fenomena astronomi tentunya sangat beragam, salah satunya adalah Aphelion. Dalam beberapa hari terakhir, sempat beredar berita hoax terkait fenomena Aphelion ini yang menyampaikan bahwa bumi akan terasa dingin.
Menurut Peneliti Pusat Riset Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Andi Pangeran menjelaskan, fenomena Aphelion adalah kondisi di mana Bumi punya jarak paling jauh dari Matahari.
Dikatakan, bumi mencapai jarak terjauhnya dari Matahari pada 4 Juli 2022 dengan jarak 152.098.455 Km. “Sejak 1800, terjadinya fenomena Aphelion dalam 200 tahun terakhir selalu berlangsung pada Juli," kata Andi.
Lebih lanjut Andi menegaskan, Aphelion tidak berdampak pada kenaikan maupun penurunan suhu di permukaan Bumi. Namun, faktor klimatologis atau iklim yang turut berperan besar dalam perubahaan suhu.
“Secara umum tidak ada dampak yang signifikan pada bumi. Suhu dingin yang terasa saat pagi hari akan terjadi hingga Agustus nanti. Ini merupakan hal biasa yang terjadi pada musim kemarau karena tutupan awan yang sedikit sehingga tidak ada panas dari permukaan bumi yang dipantulkan kembali ke permukaan bumi oleh awan,” kata LAPAN dalam akun Instagramnya @lapan_ri, dikutip dari Republika.co.
Disebutkan, intensitas Matahari bervariasi, antara 1.321,5 W/m2 saat Aphelion atau kurang lebih 3,4% dari rata-ratanya (1.366 W/m2), paparnya.
“Sehingga suhu efektif di permukaan Bumi cuma bakal bervariasi kurang lebih 2,4 derajar Celsius dari rata-ratanya (15 derajat Celcius),” demikian Pungkas Andi.[]
Editor: Junaidi
Sumber: OKEZONE.COM, REPUBLIKA