Pemerintah Aceh Harapkan Pertamina Tambah Kuota BBM Bagi Nelayan
Ia mengungkapkan bahwa pihaknya sedang berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menambah kuota BBM bersubsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN)/Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di Aceh.
BANDA ACEH, READERS – Pemerintah Aceh saat ini sedang melakukan upaya komunikasi dengan pihak Pertamina untuk penambahan kuota BBM bagi nelayan di Aceh.
Hal itu dikatakan langsung oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Aliman seperti dilansir dari Midcom, Jum’at (16/9/2022).
Ia mengungkapkan bahwa pihaknya sedang berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menambah kuota BBM bersubsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN)/Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di Aceh.
Menurutnya hal itu penting sebagai bentuk pemenuhan bagi kebutuhan melaut para nelayan.
"Sebagian SPBUN di Aceh mengharapkan adanya tambahan kuota BBM bersubsidi (solar) 255 kilo liter per bulan, karena selama ini masih kurang," kata Aliman usai rapat koordinasi penyaluran BBM bersubsidi bersama 11 SPBUN/SPDN yang aktif di Aceh.
Para pemilik dan pengelola SPBUN/SPDN yang hadir dalam rapat koordinasi tersebut umumnya mengeluhkan tentang terbatasnya kuota BBM subsidi yang dimiliki, sementara kebutuhan di lapangan cukup banyak.
Disebutkan, sejumlah SPBUN yang membutuhkan penambahan kuota tersebut, yakni SPBUN Muara Batu Aceh Utara, Ujung Serangga Abdya, Pusong Lhokseumawe, Kemudian Lhok Pawoh, Tapaktuan, dan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan.
Walau demikian, Aliman menuturkan bahwa pihaknya belum mendapatkan hasil pasti terkait berapa kebutuhan setiap SPBUN per bulannya karena masih dilakukan perekapan data ke masing-masing stasiun.
"Meski demikian kita akan terus berupaya untuk memfasilitasi mereka dengan pihak terkait (Pertamina)," ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya juga akan menyampaikan hal ini pada tim pengendalian inflasi daerah.
Sementara itu, Direktur SPDN Muara Batu Aceh Utara Sri Dewi mengaku kesulitan saat menyalurkan BBM kepada nelayan. Menurutnya hal itu dikarenakan mereka hanya mendapat kuota dari Pertamina sebanyak 72 kilo liter (KL) per bulan.
Dari itu sehingga mereka harus membagikan penyalurannya sebanyak 16 KL per pekan, namun juga tetap habis dalam tiga sampai empat hari.
"Selebihnya nelayan harus menunggu giliran di pekan berikutnya, sehingga sering kali kapal harus diikat di dermaga sampai diperolehnya BBM berikutnya," kata Sri Dewi.
Editor: Redaksi
Sumber: Medcom.id