Peringatan World Hearing Day: Tren Gangguan Pendengaran Meningkat Akibat Headset

Peringatan World Hearing Day: Tren Gangguan Pendengaran Meningkat Akibat Headset (Foto for Readers.id)
Penulis:

BANDA ACEH, READERS – Penggunaan jemala atau headset kini menjadi salah satu penyebab gangguan pendengaran manusia rusak. Rusaknya ini karena volume yang digunakan yang terlalu tinggi atau melebihi batas yang digunakan.

Pernyataan itu disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Ahli Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Indonesia (Perhati-BKL) Cabang Aceh, dr. Lily Setiani, di Peringatan World Hearing Day, di Car Free Day, Kota Banda Aceh. 

Dikatakan, dr. Lily menyebutkan bahwa untuk di Aceh jumlah pasien yang mengidap gangguan pendengaran belum mendapatkan angka valid. Walau demikian, angka di dunia kini terjadi peningkatan akibat jemala tersebut.

“Namun di seluruh dunia terjadi peningkatan akibat tren menggunakan headset dengan volume tinggi,” kata dr Lily Setiani, pada Minggu (5/3/2023). 

Sejauh ini, kata Lily, tren anak muda yang menggunakan headset dinilai tinggi sehingga ia mengkhawatirkan adanya gangguan yang lebih cepat dari pada usianya.

Meski demikian untuk menghindari hal itu, Lily memberikan trik untuk mencegah gangguan pendengaran bagi pengguna headset yakni rumus 60 banding 60. 

Tidak hanya itu, menurutnya, dengan volume gadget 60 dari 100 persen selama 60 menit. Kemudian berhenti menggunakannya karena telinga juga membutuhkan istirahat. 

Ia juga menambahkan, selain dari Jemala yang digunakan, ada lima penyakit telinga yang bisa dicegah sehingga tidak menimbulkan gangguan pendengaran.

Pertama infeksi telinga, jika terinfeksi maka dianjurkan melakukan pengobatan bahkan sampai pembedahan. Kemudian, tuli kongenital atau tuli bawaan lahir, yang dapat dicegah saat kehamilan. 

Kedua, kotoran telinga, jika menumpuk memang dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Namun dapat dicegah dengan mengeluarkan kotoran telinga.

"Biasanya banyak timbul pada anak sekolah dasar (SD) dan dapat menurunkan prestasi belajar,” ucapnya. 

Selain itu, penyakit usia tua juga menyebabkan gangguan pendengaran, akan tetapi dapat dicegah pada saat berusia muda dengan menghindari kondisi-kondisi yang dapat mengganggu pendengaran. 

Kemudian gangguan pendengaran akibat suara terlalu bising yang dapat dicegah dengan menggunakan pelindung telinga.

"Saat ini Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menyediakan pemeriksaan telinga dan pendengaran, bahkan terdapat solusi alat bantu," ujarnya.

Dalam kegiatan itu, World Health Organization (WHO) menganjurkan advokasi, organisasi mendekati pemerintah supaya bisa memfasilitasi, sehingga menurunkan angka gangguan pendengaran.

dr. Lily berhara angka kejadian penyakit telinga dan pendengaran di Aceh dapat diturunkan sesuai harapan oleh seluruh dunia, dengan target bebas ketulian pada 2030.

Editor: Junaidi
Sumber: AJNN