Permintaan Meningkat, Perajin Tenun Badui Kembali Bangkit
Perajin memproduksi kain tenun secara tradisional dengan menggunakan peralatan manual, bahkan ukuran panjang 3 meter dan lebar 3 meter rampung dikerjakan dua pekan.
LEBAK, READERS – Akibat permintaan meningkat, membuat perajin tenun tradisional khas masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Bantu kembali bangkit paska pandemi COVID-19.
Seorang padagang tenun Badui, Jali (65) mengakui bahwa saat ini permintaan tenun tersebut jauh lebih meningkat bahkan lebih banyak dibanding dengan sebelumnya.
"Kami sekarang melayani permintaan konsumen kain tenun Badui hingga 30 potong dari sebelumnya hanya 10 potong per pekan," kata Jali dilansir Antara di Kampung Kaduketug Atas Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Senin (5/9/2022).
Dalam sepekan, pedagang mampu meraih omset penjualan sekitar Rp5 juta dibandingkan sebelumnya Rp1 juta/pekan.
Meningkatnya permintaan kain tenun Badui ini dipastikan mendorong usaha kerajinan masyarakat Badui yang kembali bangkit.
Diketahui, sebagian besar konsumen yang membeli kain tenun Badui ini merupakan konsumen dari pasar daring melalui marketplace populer seperti Shopee, Lazada, Akulaku, juga media sosial Facebook, Instagram, hingga Youtube.
Selain melalui online dan medsos tersebut, sebagian konsumen langsung mendatangi perajin tradisional ini di pemukiman Badui.
"Perajin tenun Badui di sini kembali normal seperti sebelum COVID-19 dan permintaan dari berbagai daerah relatif meningkat," katanya menjelaskan.
Menguatkan pendapat tersebut, pedagang kerajinan Badui lainnya, Kubil (45) juga mengatakan fakta demikian.
Dirinya mengaku bahwa ia juga berjualan aneka kerajinan di tempat tinggalnya di pemukiman Badui cukup ramai, terlebih pada Sabtu dan Minggu.
Mereka wisatawan ke pemukiman Badui dari berbagai daerah di wilayah Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat untuk mengisi liburan pada akhir pekan, apalagi saat ini memasuki musim buah durian.
"Kami saat ini permintaan konsumen relatif meningkat hingga 25 potong dibandingkan ketika COVID-19 hanya satu potong per pekan," katanya.
Menurut dia, harga kain tenun Badui dijual berkisar antara Rp350 ribu hingga Rp1,2 juta/potong dan tergantung kualitasnya.
Perajin memproduksi kain tenun secara tradisional dengan menggunakan peralatan manual, bahkan ukuran panjang 3 meter dan lebar 3 meter rampung dikerjakan dua pekan.
Produksi kain tenun Badui kini banyak dijadikan busana oleh masyarakat juga wajib bagi pegawai aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkab Lebak.
"Kami berharap produk UMKM masyarakat Badui bisa menembus pasar domestik dan mancanegara," pintanya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Suku Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan saat ini pelaku usaha warganya sebanyak 2.600 perajin kembali bangkit dibandingkan saat pandemi COVID-19 mereka bangkrut, karena tidak ada pembeli itu.
"Dengan bangkitnya usaha itu diharapkan dapat mendongkrak kesejahteraan masyarakat Badui," ujarnya.