Populasi Badak di Aceh Cukup Ideal, Tapi Butuh Perlindungan

FKL dan Pegiat Fauna Edukasi Siswa Tentang Penyelamatan Badak (Foto: Muhammad/readers.ID)
Penulis:

Populasi Badak Sumatra yang ada di Aceh masih cukup ideal untuk dilakukan konservasi. Namun semua ini harus ada upaya penyelamatan untuk menghindari kepunahan, mengingat jumlahnya terus berkurang dan rasio kelahiran yang lambat.

Populasi Badak Sumatra yang ada di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) kisaran 30 sampai dengan 40 individu, baik dari leuser timur maupun barat. Untuk upaya penyelamatan, konsorsium penyelamatan membangun Sumatran Rhino Sanctusry (SRS) atau Suaka Badak Sumatra di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, Kamis (11/11/2021).

Pembangunan SRS ini sebagai tahap awal proses pembangunan sarana prasarana pendukung untuk penyelamatan Badak Sumatra yang terancam punah. Ini juga bagian tindaklanjuti rencana aksi darurat untuk populasi Badak Sumatra yang masih tersisa di Aceh.

"Kondisinya cukup ideal, kondisi sekarang cukup ideal, jantan ada dan betina. Rasio satu jantan, lima betina. Begitu juga ada badak baru juga semakin bagus," kata Direktur Forum Konservasi Leuser (FKL), Rudi Putra, Kamis (11/11/2021).

Kendati secara populasi tergolong masih ideal antara betina dan jantan, sebutnya, kondisinya sekarang sangat kritis. Bila tidak segera dilakukan tindakan penyelamatan, maka dikhawatirkan Badak Sumatra hanya tinggal nama, sedangkan fisiknya sudah punah.

Dengan adanya SRS ini, sebutnya, Badak di Leuser bagian timur populasinya diperkirakan hanya tersisa 5 individu bisa diselamatkan, karena berdasarkan data diperoleh tidak ada betina yang melahirkan anaknya. Sehingga butuh tindakan cepat untuk upaya penyelamatan agar tidak punah.

Setelah Badak itu ditangkap, kemudian dibawa ke SRS untuk dilakukan konservasi. Harapannya akan melahirkan anak bisa menambah populasinya.

"Dan kalau sudah cukup populasi akan dikembalikan ke habitat, meskipun prosesnya lama dan butuh keterlibatan banyak pihak," ucapnya.

Sementara itu Bupati Aceh Timur, Teungku Hasballah M. Thaib atau yang akrab disapa Rocky, menyambut baik pembangunan SRS ini.

"Izin lokasi dan lokasinya semua kita dukung penuh, pada awalnya masyarakat disini juga tidak memahami semua persoalan yang ingin melakukan pembangunan suaka badak. Ketika kita jelaskan maka masyarakat juga memahami," kata Rocky

Rocky menjelaskan, semua lahan yang tidak dipakai, baik HPL, HGU dijadikan lahan pembangunan SRS. Sehingga pembangunan SRS ini tidak menggunakan hutan yang ada di Aceh Timur yang luasnya mencapai 7.300 hektar lebih.

"Karena kita tidak boleh ganggu hutan, makanya upaya ini mengapa kami dukung penuh, kami ingin masyarakat yanh ada di Simpang Jernih ekonominya bangkit dengan kehadiran suaka Badak dan satwa yang ada di sini juga selamat," ungkapnya.

Rocky menuturkan, Pemerintah Aceh Timur akan berjuang penuh agar masyarakat dapat hidup berdampingan dengan satwa, agar ekonomi jalan, satwa selamat, dan hutan juga selamat.[mu]