Potret Yudisium Virtual: Momen Sakral Tanpa Euforia
Sejumlah mahasiswa berpakaian rapi dan gagah, bersiap-siap mengikuti prosesi wisuda lokal (yudisium) di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry. Meski masih dalam susana pandemi, namun tak melunturkan rasa bahagia para calon sarjana itu.
Seperti halnya dirasakan oleh Ilham, bahagia tampak jelas dari wajahnya. Mengenakan baju putih, celana hitam yang dipadu dengan jas hitam. Ilham begitu semringah dan bersemengat mengikuti momen yudisium. Meski dirinya harus mengikuti secara virtual.
Kendati bisa memilih yudisium secara langsung, lulusan Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi itu tetap memilih secara virtual. Karena, aturan yang mengharuskan setiap lulusan yang mengikuti wisuda secara langsung tidak boleh didampingi oleh siapa pun.
Ilham menganggap, wisuda secara virtual tidak mengeluarkan banyak biaya, karena bisa dilakukan dengan bantuan wifi di warung kopi dan tanpa harus mengeluarkan uang untuk biaya uji swab antigen, yang merupakan salah satu syarat untuk bisa mengikuti wisuda secara luring atau langsung.
"Kalau secara tatap muka sebenarnya hampir sama seperti virtual, karena enggak dibolehkan untuk membawa orang yang mendampingi. Kemudian harus mengeluarkan biaya lagi untuk swab antigen, enggak ada euforianya juga," kata Ilham.
Kemudian, kata Ilham, walaupun dilakukan secara daring, Ilham juga mengikutinya dengan mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker.
Namun, ada beberapa kendala yang diakui Ilham saat mengikuti wisuda secara daring, yakni putus jaringan hingga keluar dengan sendirinya dari acara tersebut.
"Kendalanya, yang pertama jaringan yang sering terputus-putus saat berlangsung wisuda," ujar Ilham.
Meski dilakukan tanpa euforia layaknya momen yudisium pada umumnya, Ilham mengaku momen yang dirasakan ini menjadi suatu pengalaman menarik yang bisa dikenang dikemudian hari.