Ramadan: Hujan yang Datang Setelah Musim Kering
Oleh: Husaini Algayoni
Ramadan telah tiba dan telah berada dalam dekapan, bulan yang ditunggu-tunggu umat Islam di seluruh penjuru dunia karena bulan yang satu ini merupakan bulan penuh kemuliaan. Gembira menyinari hati yang merasakan rasa syukur dengan datangnya bulan berkah dan penuh agung.
Puasa tepatnya berada di Bulan Ramadan. Nah, tahukah anda kenapa dinamakan Ramadan? Di tulisan singkat ini akan diuraikan sekilas asal usul kata dari puasa (as-shiyam) dan Ramadan.
Kata as-shiyam disebutkan dalam Alquran. Dari segi bahasa, dalam firman Allah, melalui mulut Maryam “Aku telah bernazar berpuasa untuk Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini." (Maryam: 26).
Puasa dalam ayat ini berarti diam dan menahan diri untuk tidak berbicara. Arti kata tersebut berarti bahwa kata puasa telah dikenal sebelum Islam datang. Namun Islam satu-satunya agama yang mewajibkan puasa sebulan penuh.
Hal ini diperkuat melalui firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (al-Baqarah: 183).
Bangsa Arab Kuno menyambut Ramadan dengan unta yang masih produktif sebagai bentuk penghormatan terhadap bulan ini, sehingga nama yang diambil untuk Ramadan dalam bahasa Arab berasal dari kata ar-ramdhu, yaitu hujan yang datang setelah musim kering, sehingga tanah terasa panas terbakar, pendapat lain mengatakan kata tersebut berarti panas yang terik.
Dinamakan begitu supaya merasakan haus dan lapar karena panas. Dalam arti lain dinamakan Ramadan karena membakar dosa dan meleburnya dengan amal shaleh dikarenakan hati manusia mengambil hikmah dan berpikir tentang kehidupan akhirat.
Nah, hal ini juga berarti menyelamatkan dari batu gurun dan pasirnya yang panas karena terkena terik matahari. Ramadan menurut penyair Musthafa Abdurrahman yaitu bangsa Arab memendam peralatan perang dan menyembunyikannya di balik batu sebagai persiapan untuk berperang pada bulan Syawal, sebelum tiba bulan yang diharamkan untuk berperang.
Ramadan juga diambil dari kata ramadha berarti panas terik di musim panas yang menyebabkan panasnya kerongkongan karena kehausan. Arti tersebut memberikan kejelasan tentang musim yang terjadi pada bulan itu. Bangsa Arab Kuno terbiasa memisahkan antara tahun Qamariah dan tahun Syamsiah dengan mengambil patokan pada bulan yang telah terlewatkan.
Demikian sekilas arti dari kata puasa menurut aspek bahasa dan sastra Arab yang berhubungan erat maknanya dengan aspek hukum Islam. Puasa secara syar’i berarti menahan diri dari hal yang membatalkan, yaitu makan, minum, dan lainnya yang dibarengi dengan niat sejak terbitnya fajar hingga matahari terbenam.
Kesempurnaan dan kelengkapan ibadah puasa itu adalah dengan menghindari segala larangan dan tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang haram. Rasulullah bersabda “Barang siapa yang tidak neninggalkan perkataan yang keji dan perbuatannya, maka Allah tidak memiliki keperluan untuk meninggalkan makan dan minumnya.”
Assalamualaikum Cinta
Cinta, kau bernama ramadan, bulan penuh berkah dan istimewa. Kau telah banyak ditunggu-tunggu oleh umat Islam seluruh penjuru dunia baik di belahan timur maupun belahan barat, baik orang tua-anak kecil, mazhab ataupun organisasi Islam yang mempunyai perbedaan pendapat mereka juga sama-sama merindukan akan hadirnya bulan Ramadan.
Yang namanya cinta, pasti ada bumbu-bumbu asmara yang membuat cinta semakin kuat dan kekuatan cinta itu ada pada kebersamaan. Sama-sama punya rasa yaitu rasa persaudaraan, lihat bagaimana rasa persaudaraan antar umat Islam menjelang berbuka puasa, saling berbagi, dan berlomba-lomba menebar sedekah antar sesama.
Ketika shalat tarawih ada yang membawa kopi dan makanan (kue) ke masjid untuk para jamaáh dan berlanjut pada kebersamaan anak-anak muda yang meramaikan masjid dari kota hingga desa dengan program tadarus.
Ramadan menjadi momentum awal dan lembaran baru bagi kita semua, merajut kembali rasa persaudaraan dan lembaran baru bagi diri sendiri dalam memperbaiki hati dan pikiran sehingga menghasilkan hati dan pikiran yang jernih setelah mengalami sakit jiwa karena penyakit benci di bulan-bulan sebelumnya.
Untuk menyejukkan hati, penulis mengutip untaian mutiara dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah yang ditulis oleh Salim A. Fillah tentang khilaf, benci, dan cinta.
Seorang kawan, dalam doa dan salamnya
Di berlalunya seperempat abad usiaku
Kembali mengenangkanku sebuah kaidah
“Bencilah kesalahannya, tapi jangan kau benci orangnya”
Betulkah aku sudah mampu begitu
Pada saudaraku, pada keluargaku
Pada para kekasih yang kucinta?
Saat mereka terkhilaf dan disergap malu
Betulkah kemaafanku telah tertakdir
Mengiringi takdir kesalahan mereka?
Tapi itulah yang sedang kuperjuangkan
Dalam tiap ukhuwah dan cinta
Dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya
Karena aku tahu, bahwa terhadap satu orang
Aku selalu mampu membenci luputnya
Tapi tetap cinta dan sayang pada pelakunya
Itulah sikapku selalu, pada diriku sendiri.
Hujan merupakan keberkahan dan nikmat yang Allah bagi manusia, hujan banyak disebut dalam Alquran; seperti surat Fushshilat: 39 dan Qaf: 9. Bagi penulis sendiri hujan dengan suara rintikannya mendamaikan hati di kesunyian malam dan membasahi hati yang gersang di siang hari seperti Ramadan hujan yang datang di musim kering.
Bahan Bacaan: Indahnya Ramadan Rasulullah, Samih Kariyyam.
Husaini Algayoni, Tenaga Pengajar di Pesantren Terpadu Semayoen Nusantara Bener Meriah.