Stop Suplai Kopi Ke Starbucks Jelang Panen Raya Berpotensi Miskinkan Petani Kopi

Kini, kehadiran buyer-buyer menumbuhkan banyak koperasi. Melalui koperasi ini, petani kopi dapat memanfaatkannya dan menikmati hasil kopi untuk penunjang ekonomi. Tentu kita harus bersyukur dengan kehadiran koperasi.

Wandi Maulana SH (Foto: Dok. Pribadi Wandi Maulana).
Penulis:

Oleh: Wandi Maulana SH*

Belakangan ini terdapat pemberitaan media terkait Koperasi di Aceh Tengah Diminta Stop Kopi ke Sturbucks oleh READERS.ID. Menaggapi isu tersebut sekilas menyampaikan pandangan apalagi jelang panen raya kopi gayo yang dalam kacamata saya akan berdampak pada petani kopia.

Selaku petani melenial Gayo, merasa isu tersebut tidak tepat. Bahkan kita juga harus memikirkan bagaimana dampak ekonomi terhadap petani Kopi nantinya jika kopi tidak lagi diekspor ke luar negeri? 

Cukup Covid-19 yang menjadi pelajaran berharga bagi kita sebagai petani kopi arabika Gayo. Yang mana kopi adalah napas kehidupan bagi masyarakat Gayo. 

Jadi kita perlu menjaga kestabilan harga kopi gayo, terlebih kita akan menghadapi panen raya yang tinggal menunggu bulan saja. Isu tersebut berdampak pada kestabilan harga kopi menjelang panen yang akan datang. 

Justru yang harus kita pikirkan bagaimana mendatangkan buyer-buyer baru penerima kopi arabika Gayo, sehinga harga kopi gayo bisa lebih stabil. Perlu kita tegaskan bahwa Petani kopi Gayo bukan pendukung pergerakan zionis Israel. 

Dalam pandangan saya, jika kita tarik ke belakang justru masyarakat Gayo sangat mendukung kemerdekaan Palestina. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana hubungan masyarakat gayo melalui Sultan Johansyah pendiri kesultanan Aceh Darussalam sudah memiliki hubungan yang baik dengan Palestina.

Kemudian hubungan tersebut diteruskan atau dilanjutkan dan berlangsung lama di jaman kesultanan Iskandar muda pada 1250 M silam. Bahkan sampai saat ini bantuan kemanusian yang disalurkan masyarakat Gayo terus berlangsung.

Apabila kopi tidak ada yang beli bagaimana kita bisa memberikan bantuan kemanusian kepada saudara kita di palestina? bagaimana juga nasib petani kopi Gayo yang hanya mengandalkan perekonomiannya dari kebun kopi? 

Kemudian bagaimana nasib lebih dari 78.624 kepala keluarga yang tersebar di tiga kabupaten yang telah menggantungkan harapan pada hasil pertanian kopi. Padahal petani Kopi gayo tegabung ke dalam Koperasi Kopi yang notabenenya sebagian besar mereka menjual kopi ke pihak Starbucks. 

Malah menurut saya yang perlu kita lakukan sekarang adalah boikot produk - produk mereka yang kita pakai sehari- hari. Namun hal itu juga tidak berjalan dengan baik. Kita masih senang dan bangga mengonsumsi produk fest food misalnya, yang memiliki koneksi dengan Israil seperti Mc Donald,s, KFC, Pizza Hut Burger King dan produk lainnya.

Produk-produk tersebut masih mudah kita dapati di daerah kita teruma Aceh, yang mana ada pilihan-pilihan produk lain yang fungsi serta manfaatnya sama dengan produk tersebut dan paling penting tidak mendukung akan pergerakan Israil. 

Sikap kita selaku pelaku petani kopi Gayo sangat jelas jika dipertanyakan tentang kemerdekaan Palestina. Kita sepakat dan setuju akan kemerdekaan Palestina di atas segalanya.

Nah yang menjadi catatan bagi kita adalah tidak sekedar boikot memboikot saja, namun juga memikirkan opsi selain pengeiriman dan penjualan ke Starbucks. Sehingga petani atau pelaku usaha kopi yang ada di Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah tidak kewalahan dengan keadaan. 

Kita berharap, jelang panen kopi raya ini dapat menjadi salah satu jembatan dalam meningkatkan kesejahteraan petani kopi dataran tinggi Gayo. Jika melihat sekilas memori masa lalu, kopi Gayo sempat tidak memiliki harga sama sekali sehingga masyarakat merasakan kesulitan ekonomi yang amat tinggi.

Kini, kehadiran buyer-buyer menumbuhkan banyak koperasi. Melalui koperasi ini, petani kopi dapat memanfaatkannya dan menikmati hasil kopi untuk penunjang ekonomi. Tentu kita harus bersyukur dengan kehadiran koperasi.

Tidak sedikit pula masyarakat di dataran tinggi Gayo khususnya Aceh Tengah dan Bener Meriah sekolah dari hasil panen kopi hingga mengantarkannya ke perguruan tinggi negeri maupun luar negeri. Semoga harga kopi semakin tinggi dan menjanjikan agar petani kopi lebih berarti. Amin.[]

*Penulis merupakan petani kopi Asal Kampung Bale Atu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah.

Editor: Junaidi