546 Pasien Meninggal Saat Isolasi Mandiri

Waktu Baca 3 Menit

546 Pasien Meninggal Saat Isolasi Mandiri
Petugas pemakaman membawa peti mati pasien Covid-19 di Jakarta, Indonesia pada 10 Juli 2021. Baru-baru ini di Indonesia, banyak pasien Covid-19 yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri, diduga karena tidak ada petugas yang memantau kondisi pasien. ( Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency )

Lapor Covid-19, sebuah koalisi sipil yang menyediakan wadah bagi laporan warga, mencatat sebanyak 546 pasien Covid-19 meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri sejak Juni hingga Rabu, 14 Juli 2021.

Dari data tersebut, jumlah terbanyak ada di Jawa Barat sebanyak 209 pasien, Yogyakarta sebanyak 105 pasien, Banten sebanyak 65 pasien, dan Jawa Timur sebanyak 63 pasien.

Lapor Covid-19 mendapatkan data ini melalui aduan warga, percakapan di media sosial, serta pemberitaan di media.

“Angka ini tidak menggambarkan penambahan persis hari ini, karena temuan hasil lacak kematian tetap kami catat walaupun kejadian sudah lewat selama masih terjadi pada Juni,” tulis LaporCovid-19 dikutip dari situs pemantauan mereka pada Rabu (14/7/2021).

Sebelumnya, Inisiator LaporCovid-19 Ahmad Arif mengatakan tren kematian pasien ketika isolasi mandiri cukup intens terjadi belakangan ini.

“Tren yang menarik belakangan ini adalah kematian ketika isolasi andiri mulai terjadi di luar Pulau Jawa seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatra Barat,” kata Arif melalui konferensi pers virtual, Senin.

Lapor Covid-19 juga meyakini bahwa data kematian di luar fasilitas kesehatan ini lebih banyak dari yang terdeteksi.

“Ini hanya fenomena puncak gunung es karena tidak semuanya terlaporkan,” kata dia.

Menurut temuan Lapor Covid-19, mayoritas kasus kematian pasien saat isolasi mandiri terjadi karena penurunan saturasi oksigen secara mendadak.

Pasien sulit mendapatkan perawatan karena fasilitas kesehatan terlanjut penuh di tengah krisis akibat lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi saat ini.

Penyebab lainnya, yang biasanya terjadi di kawasan rural, pasien menolak untuk ke rumah sakit karena khawatir akan didiagnosis terinfeksi Covid-19.

“Tidak semua karena terlambat ke rumah sakit, tapi juga ada yang tidak mau ke rumah sakit karena takut ‘di-covid-kan’. Ini terkait dengan persepsi masyarakat,” ujar Arif.

Indonesia tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19 sejak Juni 2021, dengan puncak kasus harian tertinggi mencapai 47.899 pada Selasa.

Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus positif harian tertinggi di dunia selama dua hari terakhir, melebihi Brazil dan India.

Sedangkan angka kematian harian akibat Covid-19 di Indonesia pada Selasa sebanyak 864 merupakan yang kedua tertinggi di dunia setelah Brazil.[]

Sumber: aa.com.tr

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...