Peringati Bahasa Ibu Internasional

92 Penulis dari 24 Negara Satu Atap dalam Buku “My Mother Tongue In Poetry”

Buku tersebut dikarang dengan beragam bahasa daerah dari 24 negara di dunia, seperti Rusia, Yunani, Indonesia, Pakistan, Bosnia, Herzegovina, Kroasia, Polandia, Prancis, Brasil, Kuba, Irak, Meksiko, Tunisia, India dan negara lainnya.

Cover Buku “My Mother Tongue In Poetry”. (Foto Salman Yoga S) (Salman Yoga S)
Penulis:

BANDA ACEH, READERS – Baru-baru ini, buku berjudul “My Mother Tongue In Poetry” resmi telah terbit. Buku karya sastra ini ditulis oleh 92 penulis dari 24 Negara di dunia dalam rangka memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional.

Dilansir dari Lintasgayo.co, dalam upaya mempertahankan serta melindungi berbagai bahasa yang ada di dunia, United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) melalui General Conference UNESCO pada 17 November 1999, menetapkan Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Language Day) resmi diperingati pada setiap tahunnya. 

Dengan mengambil momentum hari spesial tersebut, Yayasan Asih Sasami ambil peran membangun program Global Writers Poetry dengan bahasa etnik dunia. Dari itu sebanyak 92 penulis sastra dari 24 negara di dunia lolos kurasi yang kemudian dituangkan dalam satu atap buku berjudul “My Mother Tongue In Poetry” ini.

Buku tersebut dikarang dengan beragam bahasa daerah dari 24 negara di dunia, seperti Rusia, Yunani, Indonesia, Pakistan, Bosnia, Herzegovina, Kroasia, Polandia, Prancis, Brasil, Kuba, Irak, Meksiko, Tunisia, India dan negara lainnya.

Dari Indonesia, memenuhi undangan tulisan hari bahasa ibu internasional itu ditulis dari salah satu bahasa etnik di Aceh yakni bahasa Gayo yang ditulis oleh Salman Yoga S.

Mendengar informasi tersebut, Salman Yoga S saat dihubungi READERS mengungkapkan merasa terharu, senang dan bahagia. 

“Meski bukunya belum saya diterima, setidaknya ini sungguh sesuatu yang sangat membahagiakan karena Bahasa Gayo dapat berdampingan dengan bahasa etnik lainnya dari berbagai negara dengan para penulis kelas dunia,” kata Salman, Sabtu (11/6/2022).

Salman menyebutkan, di antara bahasa daerah tersebut selain bahasa Gayo dari Aceh-Indonesia, terdapat ragam bahasa lainnya seperti bahasa Ibrani, Odia, Persia, Arab, Punjabi, Kurdistan Serbia, Spanyol dan beragam bahasa lainnya.

Setelah tersebit, buku International Anthology Global Writers ini mendapat apresiasi dari 92 penulis itu sendiri. Ungkapan apresiasi positif dari masing-masing penulis ini dituangkan diakun media sosial mereka dengan beragam catatan.

Marija Najthefer Popov misalnya, melalui akunnya pada 1 Juni 2022 lalu mengatakan, buku “MY MOTHER TONGUE IN POETRY” dinilai sangat unik, keren dan luar biasa. Dalam tulisannya ia menilai, buku antologi itu membuka wawasan baru tentang bahasa yang tersebar di sebagian belahan dunia.

“Buku antologi Puisi Bahasa Ibu lnternasional ini sangat unik, keren dan luar biasa karena antologi ini membuka wawasan baru tentang bahasa yang tersebar di sebagian permukaan bumi yang sebahagaian dari negaranya justru sedang bertikai,” tulis Marija Najthefer Popov.

Dengan kehadiran buku antologi internasional itu Marija mengharapkan, dirinya bersama penulis-penulis dari belahan sisi dunia lainnya dapat bersatu dalam sebuah buku (satu atap) tanpa rasa kebencian, angkuh, kesombongan dan egois. 

“Kita dalam satu buku yang sangat indah,” lanjutnya.

Selain itu, menurutnya hal tersebut menjadi bagian sejarah baru dari sebuah literasi dunia tanpa memandang latar belakang penulisnya. 

“Puisi adalah bukti nyata pemersatu manusia! Puisi adalah jembatan indah yang menciptakan perdamaian,” tegasnya.

Komentar lain datang dari penulis Dimitris P. Kraniotis dari Yunani. Dengan hadirnya buku tersebut, Dimitris merasa sangat senang dan bisa berpartisipasi bersama penyair lainnya di dunia. 

“Puisi saya dalam bahasa Yunani termasuk dalam antologi bahasa ibu internasional. Saya sangat senang dapat berpartisipasi bersama penyair lainnya dari berbagai negara di dunia,” tulis Dimitris dengan menyebut karyanya terdapat pada halaman 60 dan 62 di buku tersebut.

Selanjutnya ada Husein Habaschu dari Jerman dengan judul puisi, “In The Camus Cafe Di Bonn”. Ia mengatakan bahwa karya 92 penulis dari 24 negara tersebut dinilai sangat penting.

“Buku antologi puisi internasional setebal 300 halaman ini mempunyai nilai yang sangat penting. Banyak bahasa dari seluruh dunia telah berpartisipasi di dalamnya dan ini adalah sebuah pelajaran yang sangat bagus,” ujarnya. 

“Puisi saya dalam buku international antologies, Penyair untuk Perdamaian, saya senang dapat bergabung satu buku dengan penulis lainnya Rusia, Yunani, Indonesia, Pakistan, Bosnia, Herzegovina, Kroasia, Polandia, Prancis, Brasil, Kuba, Irak, Meksiko, Tunisia, India dan lain-lain.” demikian tulisan tanggapan bahasa daerah lainnya dari Serbia yang ditulis oleh Dušan Stojkovic.

Sumber: Lintasgayo.co