Akibat Polusi Batu Bara Berdampak Sesak Nafas, Warga di Aceh Barat Aksi Demo

Protes tersebut muncul akibat adanya polusi udara dari batu bara yang secara langsung berdampak bagi kesehatan warga sekitar. Fakta lain, terdapat masyarakat yang mengalami sesak nafas. Hal itu diungkapkan koordinator Aksi, T Nasir, seperti yang dilansir dari Kumparan, Rabu (30/3/2022).

Puluhan warga Desa Peunaga Cut Ujong, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, melakukan aksi protes terhadap perusahaan tambang batu bara yang dikerjakan oleh PT Mifa Bersaudara. (Kumparan)
Penulis:

MEULABOH, READERS – Puluhan warga Desa Peunaga Cut Ujong, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, melakukan aksi protes terhadap perusahaan tambang batu bara yang dikerjakan oleh PT Mifa Bersaudara.

Protes tersebut muncul akibat adanya polusi udara dari batu bara yang secara langsung berdampak bagi kesehatan warga sekitar. Fakta lain, terdapat masyarakat yang mengalami sesak nafas. Hal itu diungkapkan koordinator Aksi, T Nasir, seperti yang dilansir dari Kumparan/AcehKini, Rabu (30/3/2022).

Menurut T Nasir, polusi debu batu barea yang berterbangan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat yaitu terdapat masyarakat yang mengalami sakit. Diketahui juga, sebelumnya sudah ada upaya pencegahan dari perusahaan yang dituding itu, namun dinilai tidak berjalan maksimal.

“Termasuk anak saya sendiri, sesak karena debu, umurnya 3 tahun sama 1 tahun lebih. Kita tidak bisa pastikan (karena debu batu bara), tapi kata dokter itu karena debu, paru-parunya kotor,” kata Nasir Selasa (29/3/2022) kemarin.

Sekitar 3 minggu lalu, anaknya masuk ke rumah sakit akibat keluhan sesak hingga menyulitkan anaknya bernafas. Setelah dilakukan pengecekan, terdapat kotoran yang menyerupai debu hinggap di paru-paru anaknya.

Karena sudah tidak tahan lagi dengan dampak tersebut, Ia bersama puluhan masyarakat lainnya melakuka aksi demonstrasi sebagai bentuk protes. Pihaknya menuntut telah terjadinya kesenjangan sosial yang dialami masyarakat setempat.

“Kita tuntut kesenjangan sosial yang kita alami, apa solusi dari mereka. Kalau perhatian dari perusahaan hanya segelintir yang merasakan perhatian, tidak merata,” tegasnya.

Mayoritas yang memprotes ini adalah warga yang tinggal di sekitar stockpile PT Mifa Bersaudara, yang setiap harinya harus menerima polusi debu yang mengotori lingkungan, serta mengancam kesehatan warga sekitar.

Setelah selesai melakukan aksi, warga dan pihak perusahaan pun berunding terhadap solusi dari polusi itu. Berdasarkan keputusan bersama yang ditandatangani oleh perwakilan masing-masing, terdapat beberapa kesepakatan yang harus dilakukan oleh perusahaan.

“Debu dari turning ke jalan nasional dan jalan menuju kantor pelabuhan akan dilakukan penyiraman rutin dengan air bersih. Jalan akan aspal. Tinggi timbunan batubara disesuaikan dengan ketentuan Amdal. Memberi perhatian dan pembinaan terhadap warga sekitar yang terdampak, dan emperhatikan warga lokal dalam rekrutmen karyawan,” ujarnya.

Terakhir, kata Nasir, pengelolaan air yang ada di belakang turning ditingkatkan sesuai standar. “Ini agar airnya tidak keluar dan mensasar lahan sawah warga, karena bahaya air limbah mengendam di tanaman padi,” pinta Nasir.

Sementara dari pihak perusahaan akan berkomitmen untuk segera merealisasikan permintaan masyarakat. Meski tidak ada batas waktu tertentu, keluhan para pendemo akan ditanggapi dengan serius.

“Terkait aksi hari ini tentunya aspirasi kita tampung, sudah kita catat, tentunya akan kita tindak lanjuti,” ujar Azizon Nurza, CSR dan Corcom Senior Manager PT Mifa Bersaudara 

Secara umum, langkah-langkah penanganan sudah dilakukan perusahaan. Apa yang disampaikan masyarakat akan segera dievaluasi guna dapat diperbaiki apabila terdapat kekurangan.

Aksi pengelolaan terhadap lingkungan khususnya di stockpile PT Mifa Bersaudara, kata Azizon, ada beberapa hal yang sudah diterapkan, seperti memasang jaring arnet setinggi 15 meter dan penanaman pohon cemara. Hal itu dianggap dapat mencegah debu masuk ke pemukiman warga sekitar. 

“Ada juga penyiraman rutin, sampai 4 kali sehari di jalan nasional dan jalan masuk ke port dan stockpile, yang dilakukan oleh pihak ketiga,” sebutnya.

Menguatkan dan memastikan hal itu, pihaknya juga melakukan kerja sama dengan Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand Industri) Banda Aceh. Balai akan melakukan pemantauan rutin terhadap kualitas udara di sekitar stockpile PT Mifa Bersaudara. Disebutkan setidaknya 3 bulan sekali mereka datang dan melakukan uji Laboratorium.

“Bila ada sesuatu yang timbul di kemudian hari paska-penanganan, perusahaan komit untuk mengatasi dan menanggulanginya,” pungkas Azizon.

Sumber: Kumparan/Acehkini