Badan Giologi Petakan Ulang KRB Gunung Semeru

Waktu Baca 5 Menit

Badan Giologi Petakan Ulang KRB Gunung Semeru
Foto udara kondisi permukiman warga yang tertimbun material guguran Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). (ANTARA FOTO/Zabur Karuru/pras)

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memetakan ulang Kawasan Rawan Bencana (KRB) paska erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani menjelaskan, tim sekarang sedang berada di lokasi untuk melakukan pemetaan, khususnya daerah Besuk Kobokan yang merupakan daerah aliran Awan Panas Guguran (APG) paska erupsi Sabtu (4/12/2021).

Kata Andani, tim terus memantau memantau perkembangan aktivitas Gunung Semeru. Pemantauan dilakukan selama 24 jam setiap harinya dan segera melaporkan apabila ada perubahan berdasarkan data seismik dan pengamatan visual.

"Sejak tengah malam tadi, telah terjadi 3 kali Awan Panas Guguran (APG) dengan jarak luncur sekitar 3 kilometer (km)," kata Andiani dikutip dari laman Kementerian ESDM, Rabu (8/12/2021).

Katanya, Gunung Semeru dari pukul 00.00 sampai sore ini (17.30 WIB) kemarin telah terjadi APG sebanyak 3 kali dengan jarak luncur lebih kurang 3 km dari puncak gunungapi. Ini juga disertai gempa-gempa permukaan," jelas.

Andiani beserta tim juga telah mengunjungi daerah terdampak, khususnya daerah Besuk Kobokan yang merupakan daerah aliran APG pada erupsi Sabtu lalu.

Kunjungan tersebut dilakukan untuk memetakan material pascaerupsi untuk dijadikan dasar dalam memperbarui peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Semeru.

Andiani menjelaskan, kunjungan ini upaya untuk meng-update peta KRB Gunung Semeru yang sudah ada untuk mengetahui apakah ada perubahan.

"Dari material yang ada sekarang ini akan kami petakan dan dijadikan dasar untuk memperbarui peta KRB Gunung Semeru. Harapan kami peta terbaru ini yang digunakan sebagai acuan oleh Pemerintah Daerah dan stakeholder yang memiliki kepentingan dalam perkembangan wilayah Semeru," imbuh Andiani.

Peta KRB ini didasarkan pada hasil pemetaan di lapangan, yakni pemetaan batuan produk erupsi gunungapi tersebut. Material yang dipetakan dapat menjadi dasar untuk menentukan sejauh mana dan wilayah mana saja yang terancam oleh erupsi gunungapi tersebut.

Menurutnya, peta KRB bersifat dinamis, maka dari itu perlu dilakukan pemetaan kembali. Updating ini dalam rangka untuk menghaluskan, karena peta saat ini masih di skala 1:50.000

"Kami ingin membuat lagi di skala 1:25.000 sehingga ini nanti akan lebih detail untuk acuan ke depannya. Kalau ada hasil pemetaan baru, akan kami sampaikan ke Pemerintah Daerah," paparnya.

Di samping memperbarui peta KRB, Badan Geologi juga tengah menjajaki teknologi guna menghitung volume material yang berada di puncak Gunung Semeru. Teknologi yang tepat diperlukan karena karakteristik setiap gunung dan kondisi alam setempat yang berbeda-beda.

"Perlu juga nanti ke depan juga akan menghitung volume material di atas, sambil kita saat ini menjajaki dan melihat teknologi yang paling pas untuk Gunungapi Semeru ini seperti apa, karena tipikal setiap gunung berbeda-beda. Kita sesuaikan dengan kondisi alam setempat. Untuk memudahkan juga di dalam pengoperasiannya nanti," tutur Sekretaris Badan Geologi Ediar Usman.

Saat ini masyarakat masih tetap diimbau untuk menghindari zona rawan bencana, yakni pada radius 1 km dari puncak dan 5 km dari bukaan kawah di arah selatan dan tenggara.

Selain itu diimbau pula untuk menghindari daerah yang terdampak APG dan daerah sungai yang berhulu di puncak Gunungapi Semeru, karena masih terdapat potensi terjadinya APG dan banjir lahar dingin.[]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...