NONTON DAN DISKUSI

Demi Nama Baik Kampus: Luka Ini Tidak Pernah Hilang

Kegiatan tersebut diberi Tema “Luka Ini Tidak Pernah Hilang” dengan rincian judul besar “Pelecehan seksual: Demi Nama Baik Kampus” yang diselenggarakan Persatuan Mahasiswa Aceh Tengah-Bener Meriah (PERMATA) UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang berkolaborasi dengan Kontras Aceh dan Aceh Menonton pada Sabtu (16/7/2022) malam.

Waktu Baca 5 Menit

Demi Nama Baik Kampus: Luka Ini Tidak Pernah HilangIst.
Usai kegiatan Nonton film Dokumenter Demi Nama Baik Kampus

BANDA ACEH, READERS – Puluhan Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan beberapa mahasiswa dari universitas lain di Banda Aceh dan Aceh Besar melakukan kegiatan Nonton Bareng (Nobar) film dokumenter dan diskusi terkait pelecehan seksual di ranah kampus. Senin (18/7/2022).

Kegiatan tersebut diberi tema, “Luka Ini Tidak Pernah Hilang” dengan rincian judul besar “Pelecehan seksual: Demi Nama Baik Kampus” yang diselenggarakan Bidang Pendidikan Persatuan Mahasiswa Aceh Tengah-Bener Meriah (PERMATA) UIN Ar-Raniry Banda Aceh berkolaborasi dengan Kontras Aceh dan Aceh Menonton pada Sabtu (16/7/2022) malam.

Tidak hanya menonton, pada waktu yang sama juga dilangsungkan kegiatan diskusi dengan narasumber Dr Rasyidah M.Ag dan Musyrafian S.H terkait dengan sering terjadinya pelecehan seksual yang terjaid di kampus atau perguruan tinggi.

Dalam diskusi tersebut, Dr Rasyidah memaparkan bahwa pelecehan seksual seperti gunung es yang hanya tampak ujungnya saja sehingga banyak kasus yang tidak ada tindak lanjut dari pihak berwajib.

“Butuh mental yang kuat untuk berani melawan dan melaporkanya apalagi pelaku punya relasi kuasa dalam sebuah instansi,” kata Rasyidah.

Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry tersebut juga menegaskan bahwa perlu peraturan yang tegas untuk melindungi korban dan pembentukkan satgas yang objektif dalam penanganan pelecehan seksual yang ada di dalam instansi-instansi seperti di kampus atau perguruan tinggi.

“Karena suport sistem dalam berbagai bentuk perlu ada untuk mengayomi korban,” ujarnya.

Sementara itu Musyrafian S.H menyampaikan, mahasiswa harus bergerak dalam penanganan kasus pelecehan seksual.

“Supaya Aceh menjadi contoh positif yang bergerak masif dalam penanganan pelecehan seksual bagi daerah lain terlebih lagi Aceh punya otonomi khusus,” katanya.

Brosur Kegiatan Nonton Sambil Diskusi. Dok. PERMATA

Dia berharap kegiatan diskusi tersebut tidak hanya sebatas diskusi melainkan melahirkan pergerakan dari semua pihak.

Menaggapi kegiatan tersebut, Kontras Aceh  Azharul Husna mendukung penuh kegiatan yang diselenggarakan PERMATA UIN Ar-Raniry yang berkolaborasi dengan Kontras Aceh dan Aceh Menonton itu. 

Menurutnya, bukan hanya tentang kekerasan seksual juga dibahas dan sering terjadi tapi juga semua masalah sosial lainnya seperti masalah pencemaran lingkungan misalnya, sehingga Kontras Aceh akan terus memberikan support kegiatan positif apapun.

“Kami akan memberikan masukan, arahan dan fasilitas bagi kawan-kawan yang ingin mengadakan kegiatan positif lainnya. Kontras juga mengajak PERMATA dan seluruh audient untuk melakukan diskusi secara mendalam terkait masalah kekerasan seksual, dengan adanya diskusi yang dilakukan mungkin kita dapat mendapat ide-ide baru dalam mencegah dan menindak lanjuti apabila terjadinya kekerasan seksual,” ujar Husna.

Sementara itu sebelumnya Ketua Panitia dari Bidang Pendidikan PERMATA tersebut, Ulyadi menjelaskan bahwa tujuan utama narasi tentang kekerasan seksual adalah penanganan dan tindakan tegas.

“Siapa pun di sekitar kita yang menjadi pelaku apalagi korban, tentu perlu adanya tindakan tegas dan perlu adanya aturan dalam mengatasinya. Karena jika membahas diskusi tentang kekerasan seksual tentu saja tidak akan habis dalam sekali duduk,” tegas Ulyadi.

Dari kegiatan tersebut banyak memberikan tanggapan-tanggapan positif dari para audiens dalam membahas kekerasan seksual ini, karena dilihat dari kaca mata publik sekarang ini kekerasan seksual telah merajalela di kalangan masyarakat sekarang khususnya di kalangan sekolah maupun di perguruan tinggi. 

“Dan berharap ke depannya agar seluruh mahasiswa dapat membentuk satgas yang tegas, supaya dengan adanya satgas yang tegas bisa mencegah terjadinya kekerasan seksual di lingkungan kampus,” pungkas Ulyadi.

Kegiatan tersebut turut diramaikan mahasiswa UIN Ar-Raniry dan beberapa HMP, juga mahasiswa dari luar beberapa kampus lainnya di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Sumber:PERMATA/Rel

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...