Desa Kelitu dan Danau Lut Tawar

Author

Waktu Baca 8 Menit

Desa Kelitu dan Danau Lut Tawar
Danau Lut Tawar dan nelayan. (Foto: Readers.id/Junaidi)

Danau Lut Tawar di Takengon, Aceh Tengah merupakan salah satu destinasi yang cukup menarik di Aceh. Danau ini juga merupakan salah satu danau yang cukup indah di Aceh. Dari itu tidak jarang banyak wisatawan yang penasaran dan berkunjung untuk melihat fakta menarik dan keindahan dari wisata satu ini, apalagi saat libur lebaran.

Dalam lebaran 2023 ini, Danau Lut Tawar ini tentu menjadi salah satu incaran wisatawan dari berbagai kabupaten di Provinsi Aceh. Umumnya adalah tetangga kabupaten Bener Meriah seperti dari Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur dan Bireuen.

Kelitu merupakan salah satu desa yang ada di pinggir Danau Lut Tawar Aceh Tengah. Keberadaan desa ini berada di Kecamatan Bintang dan beberapa kilo meter dari pusat Kota Takengon. Tepat pada Rabu, 26 April 2023 kemarin, penulis bersama keluarga berwisata di Kelitu di tempat saudara penulis, yaitu Junaidi Aman Sahrial. 

Melihat situasi dan pemandangan di Kelitu ini, cukup memberikan semangat baru bagi penulis setelah lamanya tidak berkunjung ke tempat ini. Membuka pintu belakang, langsung dihadapkan dengan keindahan Danau Lut Tawar. Jadi pemandangan yang disajikan tentunya sangat memukau.

Pun demikian, tidak hanya sekedar menikmati pemandangan yang indah dari Danau Lut Tawar ini melainkan juga dapat menikmati nelayan yang sedang panen ikan mujair dari joran yang telah disediakan sebelumnya di Lut Tawar ini.

Memanen ikan mujair dengan perahu kecil nelayan sangat menarik dan cukup terkesan. Untungnya penulis sudah pernah menaiki perahu ini masa kecil dan di masa SMA dulu di Danau Lut Tawar ini. Jadinya, tidak lagi ragu dan terjatuh atau kecebur ke danau tersebut. Pasalnya pas pertama-tama menaiki perahu ini, pernah jatuh lantaran tidak pandai dalam mengimbanginya.

Dari itu, Kelitu ini juga salah satu daerah yang cukup banyak masyarakat yang bermukim disini. Dibalik itu semua, masyarakat disana sebagian besar sebagai pelaut atau nelayan. Disamping pelaut, masyarakat juga tidak lepas dari berkebun kopi Arabika Gayo. Seperti yang dilakukan aman Sahrial ini.

Aman Sahrial merupakan salah satu masyarakat yang kesehariannya sebagai pelaut dan mencari ikan. Namun disamping itu, ia juga sebagai penduduk dengan berprofesi sebagai petani kopi Arabika Gayo. Ia juga menilai bahwa menjadi seorang pelaut adalah bagian dari kehidupannya sejak kecil karena telah dihadapkan dengan kesehariannya dari orang tuanya dahulu.

Artinya, Aman Sahrial telah tumbuh dengan kesehariannya sebagai pelaut bersama orang tuanya. Namun demikian, dari sejak kecil pula dirinya juga tidak terlepaskan dan diajarkan orang tuanya untuk berkebun kopi sehingga sampai saat ini ia juga menjadi pelaut sekaligus sebagai petani kopi.

Umumnya, kopi memang menjadi ladang pencaharian masyarakat di dataran tinggi Gayo khususnya Aceh Tengah dan Bener Meriah. Dengan begitu, ia mengungkapkan bahwa antara kopi dan melaut adalah hal yang tidak terpisahkan dari kehidupannya sehari-hari. Ada kalanya melaut dan adakalanya berkebun kopi. Kebun kopi juga berada dipekarangan gunung di pinggir danau Lut Tawar.

Aman Sahrial mengatakan bahwa melaut dan mencari ikan di danau Lut Tawar juga memiliki musiman. Musiman yang dimaksud adalah saat musimnya ikan mujair, maka hasil yang didapatkan semakin banyak. Sementara jika tidak musiman, bisa jadi ikan yang ditangkap tidak banyak atau hanya secukupnya saja.

“Waktu puasa beberapa waktu lalu kan lagi musiman ikan mujair, jadi hasil tangkapan bisa sampai 10-15 kilo sekali melaut,” kata Aman Sahrial kepada penulis saat menangkap ikan bersama-sama dengan perahunya di danau Lut Tawar itu beberapa waktu lalu.

Nah menariknya memang adalah sembari menaiki perahu yang disopiri Aman Sahrial, penulis juga melihat dan memandang keindahan alam dari Desa Kelitu, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah. Sulit menggambarkan keindahan dan indahnya pemandangan gunung yang ada di sepanjang danau Lut Tawar ini. Jika melihat gunung ke arah Utara, maka terdapat gunung yang tinggi sejajar dengan gunung yang lainnya membentang ke Timur.

Namun sayangnya, penulis tidak dapat mendokumentasikannya lantaran tidak membawa Android. Penulis merasa sangat rugi tidak mengabadikan momentum tersebut. Namun bagi penulis tidak menjadi masalah, semoga diberi kesempatan lain. Sisi lain yang dikhawatirkan juga adalah karena android yang dibawa bisa-bisa tercebur ke danau kebanggaan masyarakat Gayo tersebut.

Melihat ke barat, kita dihadapkan dengan Kota Takengon yang sedang maju-majunya. Apalagi ke utara, kita dapat melihat beberapa Desa yang berada di pinggir danau Lut Tawar dan dibawah kaki gunung yang berjajaran. Misalnya seperti Desa Toweren, Rawe, Sidi Kalang dan sebagainya hingga tembus ke Bintang.

Dan tentunya, jika melihat ke daerah timur kita dapat menikmati kota Bintang yang sesunggunya. Disana juga terdapat destinasi wisata yang cukup menarik dan indah. Sayangnya, penulis belum dapat menyempatkan diri ke sana, karena kondisi cuaca yang hujan dan waktu yang mepet. 

Tidak hanya dari Desa Kelitu dapat memandang keindahan danau Lut Tawar yang sesungguhnya, namun juga dapat dinikmati di sepanjang pinggir danau Lut Tawar tersebut. Penulis yakin, melihat gunung dan keindahan pinggir danau Lut Tawar akan dapat keindahannya jika dilihat dari danau tersebut menggunakan perahu atau jasa perahu di sana.

Penulis di Kelitu, alam di negeri diatas awan khususnya di Danau Lut Tawar sungguh indah dan menarik. Setidaknya, Danau Lut Tawar menjadi Eropanya Aceh di Indonesia. Selamat berkunjung ke Danau Lut Tawar, Takengon, Aceh Tengah.

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...