Islam dan Budha Menyatu di Provinsi Satun, Thailand
Oleh: Khairul Rahmad*
SATUN, READERS - Satun merupakan salah satu provinsi di Thailand Selatan. Layaknya provinsi pada umumnya, Satun juga melakukan berbagai upaya untuk membina regenerasi, diantaranya mengadakan event atau perlombaan antar sekolah guna mengasah bakat anak negeri, juga sekaligus mencari yang terbaik sebagai perwakilan Satun ke perlombaan di jenjang yang lebih tinggi.
Event ini dilakukan setiap setahun sekali, dengan memiliki empat lokasi perlombaan, pertama di Super Market LOTU'S, kedua di Sekolah Darul U-loom Daerah Khuan Don, ketiga di Sekolah Muslim Suksa Daerah Muang Satun, dan keempat di Sekolah Muslim Satun Witaya Daerah Muang Satun.
Dengan adanya kegiatan ini, semua siswa-siswi yang ada di provinsi Satun, memiliki wadah untuk mengasah dan memperlihatkan keahlian mereka di depan publik.
Kegiatan seperti ini sangatlah penting bagi regenerasi sebuah bangsa, terkhusus bagi para pelajar yang akan menjadi agent of change bagi sebuah bangsa nantinya.
Pada tahun ini, kegiatan perlombaan yang dinamakan dengan "Pameran Akademik Sekolah Swasta Provinsi Satun, Thailand", dilaksanakan pada Selasa hingga Rabu (14 November-15 November 2023).
Pada kesempatan ini, saya akan menjelaskan dan menceritakan keseruan kegiatan kami selama event tersebut berlangsung; dan pelajaran apa yang bisa kita petik.
Hari pertama, 14 November 2023
Pada pagi hari, saya bersama dua sahabat laki-laki KPM Internasional dari UIN Ar-Raniry, Fadhlul Fata (Mahasiswa FSH, Prodi Hukum Pidana Islam) dan Alex Saputra (Mahasiswa FEBI, Prodi Ilmu Ekonomi) bersiap-siap mendampingi kepala sekolah Darul Mukmeen yaitu Ustadz Razaq yang berlokasi di wilayah Thung Nui, Satun, Thailand untuk mengantarkan nasi dan minuman kepada siswa-siswi Darul Mukmeen yang terlibat dalam perlombaan itu.
Pada hari ini, alhamdulillah kami berkesempatan untuk menjelajahi 4 lokasi perlombaan, sekaligus melihat keanekaragaman persiapan setiap titik lokasi untuk memeriahkan momentum ini.
Setelah mengantarkan semua nasi, kami bersama kepala sekolah fokus mendampingi para peserta seni Muay Thay Darul Mukmeen di super market LOTU'S Satun, Thailand.
Di lokasi LOTU'S ini, ternyata selain cabang lomba Muay Thai terdapat juga beberapa perlombaan lainnya, di antaranya ada seni menari khas Thailand, dan lomba nyanyi.
Di area perlombaan, saya melihat secara langsung bagaimana keberlangsungan acara ini dengan tercampurnya dua agama, yaitu Budha dan Islam, serta paduan dua etnis besar yaitu Melayu dan Tionghoa-Thai yang tentunya memiliki corak yang berbeda.
Melihat fenomena keakuran seperti ini, seketika saya teringat sebuah ungkapan dari Robert Alan seorang pemeran Amerika Serikat: "Perbedaan budaya seharusnya tidak memisahkan kita satu sama lain, melainkan keragaman budaya membawa kekuatan kolektif yang dapat bermanfaat bagi seluruh umat manusia."
Ketika ajang perlombaan di hari pertama mau selesai, kami diajak Ustadz Razaq untuk ikot berfoto dengan tim Muay Thai Darul Mukmeen yang baru saja tampil.
Di saat kami berfoto, kami dihampiri seorang wanita yang berpakaian sedikit ketat dan tidak berjilbab.
Ternyata dia adalah petinggi dalam event ini, beragama Budha, dan menggunakan bahasa masyarakat di Satun. Dia adalah Presiden Sekolah Privat Provinsi Satun. Namanya Dr Bussarin Nakubon.
Kemudian, setelah melakukan sesi foto-foto, kami beranjak pulang bersama Ustadz Razaq. Di dalam mobil beliau sempat mengatakan, "besok yang datang kesini lebih kurang 600 orang, karena Raja Provinsi Satun akan kemari".
Hari kedua, 15 November 2023
Pada pagi hari, tepatnya pukul 08.00 Wib, saya bersama dua kawan KPM saya berangkat ke lokasi perlombaan bersama rombongan para hafidz Darul Mukmeen.
Ketika tiba di lokasi, benar adanya disitu lebih kurang 600 orang yang sudah berada di lokasi.
Kami agak sedikit kaget, karena setiap perwakilan sekolah membuat semacam terowongan masuk dengan bendera sekolahnya masing-masing. Saat itu Darul Mukmeen diwakili oleh Halim.
Ternyata terowongan tersebut diperuntukkan untuk menyambut para petinggi-petinggi Provinsi Satun yang berhadir.
Di sekitaran acara, banyak didirikan stan-stan guna memperlihatkan budaya dari masing-masing stan. Lucunya beberapa stan diberikan izin melakukan semacam tarian yang sangat-sangat bervariasi.
Setelah keliling-keliling stan, kami menyaksikan berbagai acara ceremonial closing event. Secara keseluruhan acara penutupannya bercirikan Islam, mulai dari pengiringan rebana dengan lantunan sholawat ketika petinggi-petinggi Satun masuk lokasi kegiatan, memulai acara dengan ucapan basmalah, dan acara yang ditunggu-tunggu adalah penampilan semacam rapai yang bercorakkan Islam dengan nama Dikir Barat.
Pada hari terakhir ini dapatlah kami pahami suatu kondisi yang agak sedikit lucu tapi bagus, dalam artian profesional, bahwa petinggi-petinggi kegiatan ini semua beragama Budha, namun isi dalam kegiatan banyak yang bercorakkan Islam.[HSP]
*Penulis merupakan Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh angkatan 2020, yang sedang menjalani Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) Internasional Thailand 2023 tepatnya di Satun.
Editor: Junaidi