Konsistensi Grand Syeh Ahmad Damanhuri, Sang Legenda Al-azhar yang Multitalenta

Syeh Damanhuri juga dijuluki dengan Jalaluddin as-Suyuthi yang kedua karena beliau meninggalkan berbagai macam karya tulis dalam banyak bidang keilmuan, sedikit tidaknya ada 48 karya tulis beliau yang sangat masyhur dikalangan para penggiat ilmu hingga saat ini, antara lain kitab Al-Qaul ash-Sharif fi ilm at-Tasyrif (kedokteran), Idhahul Mubham Min Ma’ni Sulam (filsafat), Nihayah at-Ta’rif bi Aqsam al-Hadits ad-Dha’if (ilmu hadist), Sabil ar-Rasyad ila Naf’il Ibad (nasehat), ‘Ain al-Hayah fistinbath al-Miah (geologi), Manhaj as-Suluk ila Nashihatil Muluk (politik), dan masih banyak karya tulis lainnya.

Waktu Baca 8 Menit

Konsistensi Grand Syeh Ahmad Damanhuri, Sang Legenda Al-azhar yang Multitalenta
ilustrasi foto Syeh Ahmad Damanhuri

Abul Abbas adalah kuniah (nama panggilan) dari seorang sesepuh Al-Azhar yang memiliki nama lengkap Syihabuddin Ahmad bin Abdul Mun’im bin Yusuf bin Syiham ad-damanhuri. Beliau lahir di sebuah tempat yang bernama Damanhuri (ibu kota provinsi Al-Buhairah, Mesir) pada tahun 1101 Hijriyah/1689 Masehi.

Sejak kecil beliau tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua karena beliau terlahir dalam keadaan yatim, bahkan tak ada orang yang ingin merawat beliau dan mengurusinya. Demi bertahan hidup beliau harus pergi merantau ke kota Cairo, sembari itu disela-sela waktu tersebut belia pun belajar di tiang-tiang masjid al-azhar.

Karena al-azhar sangat memperhatikan setiap santrinya, beliau memanfaatkan kondisi tersebut dengan semaksimal mungkin agar beliau mandiri dan bisa menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Berkat kegigihan beliau dalam menimba ilmu diusia 10 tahun beliau sudah menghafal Al-quran, dan mempelajari ilmu-ilmu agama.

Saking tekunnya beliau dalam mendalami ilmu agama hingga beliau dapat mengusai ke empat mazhab fikih terkemuka yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Hal ini dibuktikan dengan gelar Al-Mazahibi yang di nobatkan oleh para guru besar al-azhar kepada beliau karena kemampuan beliau dalam menguasai ke empat mazhab tersebut lebih dalam dari pakar ahli mazhab itu sendiri. Bahkan beliau juga mendapatkan ijazah sebagai bukti keahliannya dalam bidang tersebut.

Namun walau dapat menguasai ke empat mazhab beliau hanya berpegang kepada mazhab Syafi’i, walaupun begitu beliau juga memiliki banyak karangan dalam mazhab yang lain. Di usia 34 tahun beliau diberikan mandah untuk menjadi seorang mufti dan imam terkemuka di Cairo.

Selain ahli dalam fiqih empat mazhab Abul Abbas juga menguasai banyak ilmu-ilmu lainnya antara lain ilmu kedokteran, ilmu falak, ilmu hisab, ilmu fisika, ilmu thabi’at, ilmu filsafat dan juga mantiq. Keahlian beliau dapat dibuktikan dengan banyaknya karangan beliau dalam bidang ilmu tersebut, seperti salah satunya kitab “Idhahul Mumbham Min Ma’ni Sulam” dalam bidang ilmu mantiq. Kitab ini juga menjadi kurikulum tetap diberbagai pesantren salafiyah di Indonesia termasuk salah satunya di Aceh hingga saat ini, bahkan sangat mudah kita temui berbagai macam terjemahan dari kitab tersebut ditoko buku.

Abul Abbas adalah salah satu orang yang terpandang dimasanya, karena itu beliau sangat disegani para penguasa. Pada suatu hari pernah tesebar fitnah di Mesir dari sebuah kafilah kaum mamalik dengan para pengikutnya, hingga salah satu pimpinan kaum tersebut mendatangi kediaman Abul Abbas di Baulaq untuk meminta perlindungan, dan beliau pun menerimanya.

Tak lama kemudian persembunyian seorang pimpinan kaum mamalik itu pun tercium oleh kaumnya, hingga kaum tersebut mendatangi Abul Abas untuk meminta agar pemimpinnya diserahkan kepada mereka namun Abul Abas menolaknya. Tak ada satu orang pun dari pihak kaum mamalik yang berani memaksa dan mendobrak pintu rumah Abul Abas. 

Hal ini membuktikan bahwa abul Abas adalah seorang yang memiliki kharisma besar dimasanya, bahkan Hasan Jabarti Kabir mensifati beliau dengan “orang yang dihormati oleh penguasa”. Hal ini disebabkan karena beliau selalu menyampaikan yang hak dan memerintahkan perbuatan makruf dan melarang perbuatan mungkar, walaupun terkenal dan disegani Abul abas juga seorang yang pemurah dan rendah hati, hingga para pemimpin Mesir lainya juga ikut segan kepadanya.

Syeh Damanhuri memiliki banyak guru terkemuka bahkan terhitung lebih dari 45 orang antara lain syeh Ali al- Za’tari, syeh Salamah al-Fayumi, syihabudddin al-Khulaifi dan masih banyak lainya yang beliau abadikan dalam karangannya yang bernama “al- Lathaif an-Nuriyah fi al-Minah (fil asanid) ad-Damanhuriyah”.

Syeh Damanhuri juga dijuluki dengan Jalaluddin as-Suyuthi yang kedua karena beliau meninggalkan berbagai macam karya tulis dalam banyak bidang keilmuan, sedikit tidaknya ada 48 karya tulis beliau yang sangat masyhur dikalangan para penggiat ilmu hingga saat ini, antara lain kitab Al-Qaul ash-Sharif fi ilm at-Tasyrif (kedokteran), Idhahul Mubham Min Ma’ni Sulam (filsafat), Nihayah at-Ta’rif bi Aqsam al-Hadits ad-Dha’if (ilmu hadist), Sabil ar-Rasyad ila Naf’il Ibad (nasehat), ‘Ain al-Hayah fistinbath al-Miah (geologi), Manhaj as-Suluk ila Nashihatil Muluk (politik), dan masih banyak karya tulis lainnya.

Setelah menghabiskan waktu yang lama untuk berkhidmat dalam belajar dan mengajar para santri, akhirnya beliau diberikan amanah untuk menjadi grand syeh al-Azhar ( pimpinan tertinggi al-Azhar) pada tahun 1182 Hijriyah/1768 Masehi beliau menggatikan kepemimpinan Syeh Abdul Rauf as-Sajini.

Melihat begitu sulitnya beliau dalam mencapai kenikmatan ilmu hingga membuahkan karya yang begitu banyak nan berkualitas, dapat dibuktikan dengan banyaknya karya beliau yang masih menjadi rujukan hingga saat ini tak hanya dalam bidang agama namun juga dalam bidang akademik, maka akan terasa beliau memang seorang ulama yang patut dijadikan idola bagi setiap penggiat ilmu mulai dari perjuangan, konsistensi dan kedisiplinan beliau dalam meraup ilmu patut dijadikan teladan bagi kita semua. 

Wafatnya Syeh Damanhuri pada hari Ahad 10 Rajab tahun 1192 Hijriyah bertepatan pada 4 Agustsu 1778 di Usia yang lebih dari 90 tahun menyisakan luka yang sangat mendalam bagi setiap umat islam, pasalnya beliau adalah sebuah lentera penerang ummat yang padam dengan menyisakan berbagai kenangan yang sangat bermanfaat dalam kehidupan umat untuk menuju ke jalan yang benar.

Tak hanya itu beliau juga sudah menyisihkan seluruh hidupnya hanya untuk mengabdikan diri kepada ilmu pengetahuan, bahkan bukan hanya dalam bidang agama namun juga dalam bidang duniawi. Semoga Allah mmeberikan kita inayah agar bisa mengikuti jejak beliau dan Allah limpahkan keberkahan ilmu dan amal kepada kita semua Amin.

Sumber : Buku Umdah edisi XVII

Editor:

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...