Mensos Risma Akan Hadiri Peringatan HLUN dan HUT TAGANA di Aceh Utara

LHOKSEUMAWE, READERS - Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, Senin (13/5/2024), menggelar rapat koordinasi dan evaluasi terkait pelaksanaan acara puncak peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) ke-28 dan HUT TAGANA (Taruna Siaga Bencana) ke-20. Kegiatan itu nantinya akan dihadiri oleh Menteri Sosial RI Tri Rismaharini.
Pemkab Aceh Utara bahkan jauh-jauh hari telah menyiapkan berbagai kebutuhan untuk menyambut kedatangan Menteri Rismaharini. Dalam rapat koordinasi itu diputuskan ada dua lokasi rekomendasi untuk pelaksanaan puncak kegiatan itu yakni Lapangan Bola PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) dan halaman kantor Bupati Aceh Utara.
Rapat koordinasi itu dipimpin Pj Bupati Aceh Utara Dr Mahyuzar MSi, yang dihadiri oleh seluruh Kepala OPD dan Camat seluruh Kabupaten Aceh Utara.
Disebutkan, rangkaian kegiatan HLUN sudah dimulai sejak 1 Mei 2024. Acara puncaknya akan dilaksanakan pada 29 Mei mendatang yang bertempat di halaman Kantor Bupati Aceh Utara.
Plt Sekda Aceh Utara Dayan Albar SSos MAP menyampaikan, bahwa Wilayah Aceh Utara memiliki topografi wilayah yang sangat bervariasi, dari daerah dataran rendah yang luas di utara memanjang barat ke timur hingga daerah pegunungan di selatan.
Ketinggian rata-rata wilayah Aceh Utara adalah 125 m. Jalan lintas timur Sumatra melintasi wilayah dataran rendah sehingga menjadikan wilayah rendah ini kawasan yang lebih berkembang secara ekonomi dibanding wilayah selatan di pedalaman.
Dayan Albar menjabarkan, pada wilayah dataran rendah lebih sering dilanda banjir ketika curah hujan tinggi di selatan. Wilayah yang sering dilanda banjir kiriman dari selatan yakni Kecamatan Lhoksukon, Matangkuli, Pirak, Samudera, Lapang, Tanah Luas, Tanah Pasir dan Meurah Mulia.
"Luapan dari Sungai Keureutoe dan Sungai Pasee menjadi momok tahunan bagi masyarakat Aceh Utara di kecamatan-kecamatan tersebut," sebutnya.
Dia menambahkan, wilayah dataran rendah didominasi oleh lahan pertanian berupa persawahan dan permukiman penduduk, di pesisir terdiri dari tambak perikanan air asin, sementara di wilayah dataran tinggi lahan perkebunan mulai digarap secara meluas oleh masyarakat.
"Potensi pertanian di Aceh Utara masih belum bisa diandalkan guna meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dikarenakan sistem pengairan persawahan masih mengandalkan irigasi tradisional dan sebagiannya malah masih berupa sawah tadah hujan," kata Dayan Albar.
Di bidang perkebunan sendiri, lanjutnya, Aceh Utara memiliki perkebunan kelapa sawit, karet dan kakao yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara I yang mengelola lahan perkebunan kelapa sawit pada areal seluas 46.377 ha, karet 11.918 ha dan kakao seluas 354 ha.
Selain penanaman komoditas pada areal sendiri dan plus inti, sebutnya, PTPN I juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 16.832 ha yang terdiri dari areal kelapa sawit 6.714 dan karet 10.118 ha.
Awalnya PTPN I juga mengelola perkebunan tebu yang diproduksi menjadi gula di pabrik gula Cot Girek, tetapi pabrik tersebut tidak beroperasi lama hingga pada akhirnya dikonversi menjadi pabrik pengolahan kelapa sawit.[]
Komentar