Perjuangan Pilu Seorang Ibu dalam Memenuhi Kehidupan Keluarga
Perempuan paruh baya ini melangsungkan hidup keluarganya melalui pedagang kaki lima. Ia berjualan di perempatan jalan Teuku Nyak Arif, Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.
BANDA ACEH, READERS - Ebityani (45) warga Limpok, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar ini kini menjadi tulang punggung bagi keluarganya.
Perempuan paruh baya ini melangsungkan hidup keluarganya melalui pedagang kaki lima. Ia berjualan di perempatan jalan Teuku Nyak Arif, Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.
Melalui penjualan buah dan sayuran dipinggiran jalan tersebut, Ebityani dapat membantu kehidupan keluarga dan menyekolahkan anaknya.
“Inilah jalan bagi saya untuk mencari nafkah, membiayai keluarga dan pendidikan anak saya,” kata Ebit kepada READERS.ID (9/8/2022).
Ebit mengatakan bahwa dirinya juga didera ujian, yakni suaminya kini sedang mengalami penyakit Kardiomegali (pembengkakan jantung). Meskipun demikian, sang suami terkadang turut ikut menemaninya berjualan sembari menempuh pengobatan alternatif yang juga terhalang dari segi biaya.
“Suami saya masih ada, tapi sedang sakit bengkak jantung, kadang sanggup menemani saya kadang juga beliau sakit di rumah, kalau ada uang kadang cuman bisa berobat kampung,” kata Ebit.
Kepada READERS.ID Ebit mengaku kini kesulitan memenuhi biaya hidup keluarganya. Bahkan sudah beberapa hari ini ia mengalami rugi karena modalnya yang belum kembali.
“Kalau dagangan ini kadang untuk modal pun tak balik, seperti kemarin modal Rp 300.000 tapi yang terjual cuman Rp 75.000, terpaksa harus pakai modal lagi,” timpalnya.
Tapi, sambungnya, Alhamdulillah kadang ada bantuan dari orang-orang sekitar, seperti kemarin ada yang kasi minyak, beras dan kebutuhan lain.
Ebit memiliki seorang anak laki-laki yang sedang menempuh pendidikan SMP di salah satu pesantren di Aceh Besar. Anaknya lebih suka pesantren, namun ia juga ingin pesantren yang ada pendidikan formal sehingga kelak menjadi orang yang sukses dan bisa mengubah nasib keluarganya.
“Ya anak saya ada satu laki-laki, sekarang di pesantren Darul Ihsan di Sim, dia lebih suka belajar agama, tapi saya cari pesantren yang ada sekolahnya supaya dia sukses dan bisa membantu keluarga,” tutur Ebit.
Ebit berharap pemerintah dapat membuka mata kepada keluarganya. Tak banyak yang ia harapkan dari pemerintah, ia hanya berharap supaya pemerintah dapat memberi peluang beasiswa kepada anaknya hingga menempuh perguruan tinggi kelak.
“Saya hanya berharap kepada pemerintah agar bisa memberi beasiswa kepada anak saya sampai dia kuliah,” tutup Ebit.
Editor: Junaidi