Psikosomatik dan Meminimalisir Kasus Tumbang Usai Vaksin, Ini Saran Psikolog

Psikolog sekaligus Akademisi UIN Ar-Raniry, Iyulen Pebry Zuanny. Foto: IST
Penulis:

Beberapa kasus tumbang usai divaksin Covid-19 menyebabkan efek trauma bagi sebagian masyarakat Aceh. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, Safrizal Rahman menjelaskan, kondisi tersebut merupakan gangguan psikosomatik. Apa itu?

Psikolog sekaligus Akademisi UIN Ar-Raniry, Iyulen Pebry Zuanny menjelaskan, secara umum psikosomatik adalah gangguan yang melibatkan pikiran dan tubuh.

Dari sisi psikologi, lanjutnya, psikosomatik merupakan kondisi yang menyebabkan individu merasa sakit dan gangguan fungsi tubuh, namun saat dilakukan pemeriksaan fisik atau medis, tidak ditemukan masalah maupun penyakit fisik dalam tubuh si pasien.

"Psikosomatik ini biasa terjadi karena munculnya sumber penyebab stres atau cemas," ungkap Iyulen, saat dihubungi readers.ID, Kamis (7/10/2021).

Penyebab utama ada yang tumbang usai divaksin walau sudah melewati skrining, hal ini dikarenakan masyarakat sudah ketakutan lebih dulu sebelum dilakukannya penyuntikan.

Ketakutan ketika mau divaksin akan memicu Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) karena langsung terbawa pikiran, hal ini menimbulkan munculnya kondisi lain seperti sesak napas, lemas dan sebagainya atau yang disebut psikosomatik.

Menurut akademisi sekaligus Psikolog Psikodista Konsultan dan Halodoc itu, psikosomatik dapat diminimalisir dengan beberapa pendekatan baik penanganan psikologis maupun medis, tergantung gejala-gejala yang dialami setiap individu.

Beberapa Penanganan yang bisa dilakukan seperti psikoterapi. Tekniknya yang digunakan seperti psikoedukasi, restrukturisasi pikiran dan modifikasi perilaku yang bertujuan mengubah pola pikir yang salah dan perilaku yang tidak tepat.

Selanjutnya, latihan relaksasi, mindfulness dan self atau spiritual emotional freedom technique. Tujuannya untuk membantu meminimalisir kecemasan.

Kemudian penanganan lainnya seperti akupuntur, hipnoterapi serta terapi obat-farmakoterapi apabila ditemukan adanya masalah pada otak dan hormon.

Upaya untuk masyarakat yang paling utama adalah memberikan psikoedukasi dengan sosialisasi, baik secara langsung atau tidak. Hal ini bisa dalam bentuk verbal seperti seminar, pertemuan atau dengan materi seperti brosur, poster, video dan sebagainya.

"Tujuannya untuk memberikan pemahaman dan arahan tentang psikosomatis ini kepada masyarakat, serta bagaimana mencegah dan menanganinya," jelas Iyulen.

"Bisa juga dengan pendekatan psikologi Islam melalui teknik-teknik atau metode seperti terapi sholat, terapi zikir, terapi doa dan lain-lain. Itu semua berpengaruh terhadap upaya meminimalisir gangguan psikosomatik," pungkasnya.[mu]