Risma: Bencana Terjadi Ada Andil Manusia Mengeksploitasi Alam

Waktu Baca 7 Menit

Risma: Bencana Terjadi Ada Andil Manusia Mengeksploitasi Alam
Mensos RI, Risma. Foto tangkap layar dari situ presidenri.go.id

Bencana alam banjir dan longsor menerjang Provinsi Nusa Tanggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu telah banyak memakan korban jiwa dan harta benda. Kementerian Sosial menilai, bencana terjadi ada kaitannya campur tangan manusia dalam mengeksploitasi alam secara berlebihan.

Pada konferensi pers secara virtual kemarin, Senin (5/4/2021), Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menyebutkan, ada 86 jiwa meninggal dunia dan ratusan rumah rusak hingga hingga berdampak ribuan warga harus mengungsi dalam bencana alam tersebut.

Mensos Risma mengingatkan semua pihak, bencana alam terjadi seperti di NTB, selayaknya semua pihak bijaksana. Sebab, bencana alam seperti banjir bandang, bisa jadi memang ada andil manusia yang mengeksploitasi alam.

Mensos Tri Rismaharini

“Ini kan akan banjir lalu dibarengi dengan permukaan air laut yang naik. Global warming menyebabkan suhu muka bumi terus meningkat. Ya seperti ini,” kata Risma dikutip dari laman kemensos.go.id.

Untuk menyelesaikannya, Mensos menyatakan perlu kontribusi semua pihak, baik pemerintah pusat, daerah, dan juga masyarakat.

Dikutip dari suara.com, Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan banjir bandang di Nusa Tenggara Timur pada Minggu (4/4/2021) merupakan yang terparah dalam 10 tahun terakhir. Banjir besar sebelumnya tercatat pada 3 November 2010 dan 11 April 2011.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan, dalam 10 tahun terakhir memang pernah terjadi banjir, dan terdampak pada beberapa korban jiwa juga termasuk infrastruktur dan rumah rusak.

Pada 3 November 2010, banjir menerjang Kabupaten Timor Tengah Selatan dan mengakibatkan 31 orang meninggal dunia, 7 orang hilang, 27 luka-luka, dan 159 rumah rusak.

Pada 11 April 2011, banjir melanda Kabupaten Belu yang mengakibatkan 3.277 rumah dan 14 fasilitas umum rusak.

Yang terbaru, Minggu (4/4/2021), badai siklon tropis Seroja mengakibatkan banjir dan banjir bandang di 10 kabupaten dan satu kota. Daerah yang diterjang banjir, meliputi Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur (banjir bandang), Kabupaten Malaka Tengah, Kabupaten Lembata, Kabupaten Ngada, Kabupaten Alor, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Ende.

Hingga Senin (5/4/2021) pukul 14.00 WIB tercatat 68 orang meninggal dunia, 70 orang masih hilang, 15 luka-luka, 938 kepala keluarga atau 2.655 jiwa yang terdampak banjir.

Kerugian materil yang tercatat sejauh ini; 25 rumah rusak berat, 114 rumah rusak sedang, 17 rumah hanyut, 60 rumah terendam, 743 rumah terdampak, 40 akses jalan tertutup pohon tumbang, 5 jembatan putus, 1 fasilitas umum terdampak, dan 1 kapal tenggelam.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah menerbitkan peringatan dini terkait bahaya Gelombang Tinggi 4 - 6 meter akibat siklon tropis Seroja yang berlaku dari 5 - 6 April 2021.

BMKG mengimbau kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi untuk tetap waspada dan siaga. Kapal atau perahu kecil dihimbau untuk tidak memaksakan aktivitas pelayaran.

Untuk penanganan tanggap darurat, Kemensos RI telah menyalurkan bantuan sebesar Rp 2,6 miliar lebih untuk masyarakat terdampak bencana banjir bandang dan longsor, Senin (5/4/2021). Risma bahkan datang langsung ke lokasi untuk memastikan logistik tersalurkan tepat sasaran.

Risma memastikan, bantuan yang telah dikirim akan tercukupi untuk kebutuhan dasar penyintas bencana banjir bandang dan longsor.

Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Syafii Nasution menyatakan, Kemensos turut aktif menangani bencana banjir bandang dan longsor di Flores Timur dan Lembata Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Bersama unsur-unsur terkait, Kemensos melalui Taruna Siaga Bencana (Tagana) mengambil peran dalam penanganan bencana,” katanya, Senin (5/4/2021) dikutip dari laman Kemensos.go.id.

Dalam penanganan bencana, Tagana bersinergi dengan unsur-unsur terkait. “Termasuk tentu saja melakukan koordinasi dengan Dinas Sosial di wilayah terdampak bencana tentang aktivitas penanganan dan mengamati situasi terkini,” Syafii menambahkan.

Di kawasan bencana, kata Syafii, Tagana bertugas melakukan pendataan korban, evakuasi korban ke tempat aman khususnya kepada kelompok rentan yang terdiri atas lansia, anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok khusus lainnya.

Tagana juga membantu melakukan pendistribusian logistik untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana banjir. “Logistik bersumber dari Gudang Dinas Sosial Provinsi NTT dan Gudang Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur serta belanja langsung,” katanya.

Tidak kalah penting, Tagana juga melakukan pendataan ahli waris korban meninggal dunia dan Luka-luka untuk pemberian santunan. Kemensos akan menyalurkan santunan ahli waris kepada 76 jiwa sebsar Rp.1.140.000.000, dan santunan korban luka berat 27 jiwa dengan nilai Rp.135.000.000.

Mengutip data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB) banjir dan longddor di NTT telag menelan korban meninggal 76 jiwa, luka berat 63 jiwa, luka ringan 27 jiwa,sebanyak 829 KK/256 jiwa terdampak, sebanyak 93 unit rumah rusak dan 8 unit bangunan rusak.[acl]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...