Senja Indah di Blang Padang

Waktu Baca 7 Menit

Senja Indah di Blang Padang
Fahmi Rezeki Albuntuny (Foto for Readers.id)

Oleh Fahmi Rezeki Albuntuny*

Merintih kesakitan seorang anak yang sedang duduk di pinggir jalan utama Kota Banda Aceh, dia merenung memikirkan nasipnya mengapa begitu rumit menjalani hidup ini, hanya kerna sebatas sesuap nasi ia meminta minta dari satu lampu merah ke lampu merah yang lain.

Sebenarnya ia ingin menempuh pendidikan yang layak seperti anak anak kota, bermain, belajar, menggunakan HP, sesekali berlibur bersama ke pantai Lampu’uk, dan masih banyak lagi hal hal yang terkadang membuat pipinya berlinang air mata. 

Namun apa daya, sampai saat ini itu hanya khalayan semata terlebih lagi melihat mahasiswa-mahasiswa lulusan universitas ternama hanya berebut izajah tanpa mengedepankan ilmu penegetahuan dan amal soleh menambah semangat untuk menempuh pendidikan itu menjadi dilema.

“Apakah mereka tidak merasakan apa yang saat ini Aku rasakan sehingga mereka bertingkah seperti itu?” katanya dalam hati.

Beberapa saat setelah rasa sakit itu hilang, anak tadi kembali menyusuri jalan di tengah kota yang sesekali tertawa melihat tingkah para pengendara. 

Ia melihat ada pengendara yang taat berlalu lintas, namun juga memperhatikan pengendara yang menerobos lampu merah. Yang paling heran ialah ketika ia melihat ada dua orang dalam satu motor yang sangat erat sekali berpelukan, seakan akan dunia ini milik mereka berdua. Si laki-laki sebagai supir tidak menggunakan helm, tapi si perempuan yang menumpang malah menggunakan helm sambil memengang erat pinggang si laki laki itu. 

Keanehan semakin terjadi setelah beberapa meter dari penglihatannya, motor tadi berhenti dan ternyata mereka bukan suami istri, hal ini dilihat ketika si laki laki mulai berkata-kata kasar saat tahu bahwa pacarnya selingkuh.

“Parah nih Serambi Mekkah kita, udah banyak yang kawin duluan,” kata anak itu lagi dalam hatinya.

Setelah lelah melihat beberapa peristiwa hari ini, akhirnya anak ini sampailah ke Lapangan Blang Padang. Sebuah tempat rekreasi masyarakat. Lapangan ini yang merupakan salah satu tempat bagi masyarakat asli maupun domisili Banda Aceh berkumpul dan bercengkrama. Baik pagi dan sore hari. 

Di lapangang itu si anak ini mulai kembali memikirkan hal-hal yang di luar biasa. Mulai dari para pemuda, anak anak, dan orang dewasa maraton, nongkrong di mobil kopi sambil menikmati secangkir Arabika Gayo dengan penuh cita rasa yang khas, ada juga yang sedang asik berpose pose menunggu hadirnya senja.

Dari sekian banyak kejadian yang ia lihat, ada satu kejadian membuat hidupnya merasa bersyukur dan bersemangat kala itu. Yaitu saat azdan magrib berkumandang. Tampak beberapa dari pengunjung di Lapangan Blang Padang mulai bergegas menuju mesjid Baiturrahman. 

Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh adalah sebuah masjid yang terletak di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia. Mesjid ini dibangun pada tahun 1612 M/1022 H dan merupakan salah satu landmark Kota Banda Aceh.

Mesjid ini memiliki arsitektur yang khas dengan atap berbentuk limas yang menyerupai tumpeng. Hal ini mencerminkan keunikan seni budaya Aceh yang merupakan hasil perpaduan dari berbagai unsur budaya yang ada di Aceh. 

Selain itu, mesjid ini juga memiliki luas area yang cukup besar dengan fasilitas yang lengkap seperti aula serbaguna, perpustakaan, dan ruang kuliah. Mesjid Raya Baitul Rahman juga memiliki nilai sejarah yang tinggi karena menjadi salah satu bangunan yang selamat dari bencana gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang mengguncang Aceh. 

Bangunan ini menjadi salah satu simbol kekuatan dan ketahanan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana alam. Sebagai salah satu tempat ibadah yang penting bagi umat muslim di Aceh, Mesjid Raya Baiturrahman sering menjadi tempat kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. 

Selain itu, mesjid ini juga menjadi tempat wisata religi yang populer di Kota Banda Aceh. Oleh karena itu tidak heran jika suatu kebanggaan bagi masyarakat yang datang dari kabupaten di Aceh dan melaksanakan shalat di mesjid ini.

Melihat masyarakat yang jalan ke mesjid walaupun memang ada juga dari pengunkung di Blang Padang tadi masih duduk santai di tempat tongkrongan, anak itupun mulai bergegas ke mesjid sambil menyanyikan lagu yang baru saja dibuatnya sewaktu berjalan dari jalan kota ke Lapangan Blang Padang.

Senja ijinkan aku berjalan berangkat
Dengan penuh iman dan ketakwaan taat
Menunaikan ibadah yang Tuhan inginkan
Karena sinarmu adalah surya pemberian-Nya.

*Penulis merupakan mahasiswa akhir di Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...