Riset Kolaborasi dengan Rumoh Pangan Aceh

Tempe Kacang Koro: Solusi Ketahanan Pangan Lokal untuk Aceh yang Mandiri dan Berkelanjutan

Sekitar 90% kebutuhan kedelai nasional Indonesia masih dipasok dari luar negeri seperti Argentina dan Brazil. Ketergantungan ini membuat kita menghadapi risiko harga yang fluktuatif, pasokan yang tidak stabil, dan ketergantungan yang tinggi terhadap pasar luar negeri

Zaudhatul Ulya, S. T., M. A.
Penulis:

Oleh: Zaudhatul Ulya, S. T., M. A. 
Dosen Teknik Industri Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Tempe adalah salah satu makanan khas Indonesia yang telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Di Aceh, tempe disajikan dalam berbagai bentuk menu seperti lalapan, tempe kering, dan beberapa makanan pendamping lainnya.

Selain merupakan sumber protein nabati dengan tingkat ketersediaan yang tinggi, mudah dijangkau, kaya gizi, Tempe juga digemari oleh semua kalangan. Namun, tahukah Anda bahwa sebagian besar tempe yang kita konsumsi saat ini dibuat dari kedelai impor?

Mengapa Kita Perlu Mencari Alternatif Kedelai?

Sekitar 90% kebutuhan kedelai nasional Indonesia masih dipasok dari luar negeri seperti Argentina dan Brazil. Ketergantungan ini membuat kita menghadapi risiko harga yang fluktuatif, pasokan yang tidak stabil, dan ketergantungan yang tinggi terhadap pasar luar negeri.

Selain itu, transportasi kedelai dari luar negeri menambah jejak karbon yang berdampak pada timbulan emisi yang mencemari lingkungan. Di saat bersamaan, produksi kacang kedelai lokal tidak mampu bersaing baik secara kualitas, kapasitas dan harga produksi yang relatif mahal dibanding kacang kedelai impor.

Gambar 1. Gambar 1. Rumah Produksi Tempe Soybean dari Kacang Kedelai, Aceh Besar

Beberapa alternatif dari kacang kedelai akhirnya muncul sebagai solusi dari permasalahan rantai pasok bahan baku tempe. Salah satunya adalah kacang koro. Saat ini kacang koro mulai digunakan sebagai bahan baku tempe di beberapa kota di pulau Jawa seperti Bogor dan Yogyakarta. Upaya penggunaan kacang koro sebagai alternatif telah berdampak pada peningkatan ekonomi petani lokal serta unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). 

Rumoh Pangan Aceh (RPA) hadir dengan menawarkan solusi alternatif ini kepada masyarakat Aceh yang saat ini masih menggantungkan ketersediaan tempe olahan dari kacang kedelai impor. Namun seperti layaknya produk baru dan inovatif, dibutuhkan tahapan untuk mengedukasi serta mengenalkan tempe kacang koro kepada masyarakat. 

Pada artikel ini, kita akan coba memahami upaya pemanfaatan kacang koro sebagai solusi pangan berkelanjutan di Aceh yang berbasis lokal. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh tim ahli RPA, pemanfaatan kacang koro tidak hanya berdampak terhadap peningkatan ekonomi, namun juga menjadi solusi ketahanan pangan untuk masyarakat Aceh, terutama petani lokal.

Oleh karenanya, penting agar masyarakat mengenal lebih jauh bagaimana budidaya dan pemanfaatan kacang koro (Canavalia ensiformis) sebagai bahan alternatif lokal yang dapat menggantikan kedelai impor dalam pembuatan tempe.

Apa Itu Kacang Koro dan Mengapa Layak Dijadikan Bahan Tempe?

Kacang koro adalah sejenis tanaman legum yang dapat tumbuh di lahan kering dan tidak membutuhkan banyak air atau pupuk kimia. Dengan kandungan protein yang tinggi, kacang koro sangat cocok untuk diolah menjadi tempe. Beberapa keunggulan kacang koro antara lain adalah sebagai berikut.

Kaya protein dan asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh.

Lebih mudah dicerna setelah melalui proses fermentasi. Tumbuh baik di Aceh, khususnya Aceh Besar yang memiliki banyak lahan kering. Harga lebih stabil karena dapat dibudidayakan secara lokal.

Penggunaan kacang koro juga mendukung pertanian berkelanjutan, karena tanaman ini dapat menyuburkan tanah melalui proses fiksasi nitrogen alami. Saat ini, petani lokal di bawah bimbingan Rumoh Pangan Aceh sudah mulai menanam kacang koro yang kemudian akan digunakan sebagai bahan baku altenatif pembuatan tempe.

Gambar 2. Kegiatan Budidaya Tanaman Kacang Koro di Lampeudaya, Aceh Besar bersama Rumoh Pangan Aceh

Tempe berbasis Kacang Koro, Inovasi Pangan Lokal yang Menjanjikan

Berdasarkan pada hasil penelitian Rumoh Pangan Aceh (RPA) bersama GAIN (Global Alliance for Improved Nutrition), ditemukan bahwa tempe berbahan kacang koro sangat potensial untuk dikembangkan di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Beberapa temuan menarik dari hasil penelitian 

Mayoritas konsumen menyukai tempe kacang koro karena nilai gizinya. Harga penjualan Rp5.000 per 250 gram tempe masih dipersepsikan terjangkau.  Adanya minat terhadap produk tempe kacang koro siap saji dan tempe kacang koro beku (frozen). Konsumen lebih menyukai kemasan alami seperti daun pisang.

Media sosial seperti Instagram dan TikTok menjadi platform paling efektif untuk kegiatan promosi. Namun, tantangan yang ditemukan terdapat pada tekstur dan aroma tempe kacang koro yang masih dianggap kurang halus dibandingkan tempe kedelai. Oleh karena itu, produsen perlu menyesuaikan proses produksi, seperti memotong kacang lebih kecil dan memperpanjang durasi perebusan.

Gambar 3. Petani Lokal dan Tanaman Kacang Koro yang akan Digunakan Sebagai Alternatif Bahan Baku Tempe

Dampak Positif bagi Petani dan UMKM Aceh

Dengan mengembangkan tempe kacang koro, kita tidak hanya menciptakan alternatif pangan yang bergizi, tetapi juga membuka peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi lokal. Beberapa petani di Aceh saat ini sudah mulai menanam kacang koro sebagai komoditas baru yang menjanjikan, yang diharapkan akan membuka akses ke pasar yang lebih luas dan meningkatkan pendapatan mereka.

Di sisi lain, pelaku UMKM memiliki peluang emas untuk memproduksi tempe lokal yang unik dan memiliki nilai tambah tinggi, yang selanjutnya dapat menjadikannya produk turunan tempe yang berdaya saing.

Tidak hanya itu, hadirnya inovasi ini juga akan menciptakan lapangan kerja baru, baik di sektor pertanian maupun industri pengolahan pangan. Lebih dari sekadar produk, tempe kacang koro dapat menjadi simbol gerakan pangan lokal yang berkelanjutan dan berdaya saing.

Gambar 4. Benchmark Produk Tempe Kacang Koro yang telah dipasarkan di Bogor oleh Rumah Pangan Nusantara

Masyarakat Aceh memiliki peran penting dalam mendukung hadirnya tempe kacang koro sebagai pangan lokal yang berdaya saing dan berkelanjutan. Dengan memilih tempe kacang koro, kita turut memperkuat ketahanan pangan daerah, mengurangi ketergantungan pada suplai bahan baku impor dan mendorong kemandirian produksi pangan.

Tak hanya itu, tempe kacang koro juga baik untuk kesehatan keluarga karena kaya protein, rendah lemak, dan tinggi serat, menjadikannya pilihan ideal untuk pola makan sehat. 

Gambar 5. Produk Tempe Kacang Koro yang diuji coba pada konsumen di Banda Aceh dan Aceh Besar

Lebih dari sekadar makanan, tempe kacang koro juga berkontribusi dalam menjaga lingkungan melalui proses tanam dan produksi lokal yang menghasilkan jejak karbon (carbon footprint) yang lebih rendah.

Setiap bungkus tempe kacang koro yang kita konsumsi adalah dukungan nyata bagi petani dan pelaku UMKM Aceh karena keuntungan yang mereka peroleh akan kembali menggerakkan roda ekonomi lokal. 

Inovasi tempe kacang koro bukanlah sekadar variasi dan upaya diversifikasi pangan. Ini adalah kolaborasi pentahelix antara pemerintah, pusat riset dan universitas, Non-government Organization seperti Rumoh Pangan Aceh, media massa sebagai platform edukasi dan pemasaran kepada masyarakat luas serta pelaku bisnis seperti rumah produksi tempe.

Melalui kolaborasi yang nyata, kita bisa membangun Aceh yang sehat, mandiri, dan berdaya melalui pangan lokal yang inovatif.

Sumber: Riset Kolaborasi Rumoh Pangan Aceh dan Tim Ahli dari Teknik Industri USK