Terasi Langsa Berpotensi Jadi Komoditi Ekspor
Rizky mengatakan, konsep one product one village sangat cocok diberlakukan di Langsa. Karena dengan konsep ini, dimana suatu daerah menetapkan satu produk yang memiliki keunikan untuk dikembangkan sehingga akan memberikan nilai tambah pada produk tersebut. Yang selanjutnya akan memberikan kontribusi pendapatan cukup besar bagi daerah tersebut, karena produknya memiliki keunggulan dan masuk di pasar internasional.

Langsa– Industri rumahan yang menghasilkan terasi di Langsa telah berubah menjadi sentra industri kecil dan menengah, yang kedepan produknya berpotensi dikembangkan menjadi komoditi ekspor.
Demikian disampaikan oleh Anggota DPR Aceh dari Fraksi Partai Golkar, Muhammad Rizky, saat meninjau pabrik usaha terasi di Gampong Simpang Lhee, Langsa, Selasa (8/3).
Rizky mengatakan, produk terasi Langsa telah dipasarkan ke berbagai wilayah, baik lokal dan nasional. Ia juga optimis kedepannya harus dikembangkan sebagai produk ekspor untuk keberlanjutan dan kemandirian ekonomi masyarakat.
Langkah yang dapat dilakukan, menurut Anggota Komisi II DPRA ini, dengan pengembangan skema pembangunan satu produk satu desa (one product one village). Saat ini ada beberapa gampong di Kecamatan Langsa Barat, yang telah dikenal sebagai wilayah industri pengolahan terasi.
“Terasi asal Langsa saat ini telah menjadi ikon sendiri bagi Kota Langsa. Untuk itu harus diupayakan untuk mengembangkan produk unggulan dengan peningkatan nilai bisnis yang sudah dapat diekspor,” Ucap Muhammad Rizky.
Untuk meningkatkan level bisnis para pelaku industri, membutuhkan dukungan riset dan inovasi, serta pembinaan, agar diperoleh kualitas dengan standar dan mutu tinggi.
“Para pelaku usaha saat ini mengalami kendala untuk bahan baku yang harus didatangkan dari luar daerah hingga proses perizinan dan pengemasan. Kedepan, apa yang telah dilakukan pemerintah selama ini harus dilakukan dengan langkah yang lebih strategis untuk membangun ekonomi masyarakat yang berkelanjutan” ujar Rizky.
One product one village
Rizky mengatakan, konsep one product one village sangat cocok diberlakukan di Langsa. Karena dengan konsep ini, dimana suatu daerah menetapkan satu produk yang memiliki keunikan untuk dikembangkan sehingga akan memberikan nilai tambah pada produk tersebut. Yang selanjutnya akan memberikan kontribusi pendapatan cukup besar bagi daerah tersebut, karena produknya memiliki keunggulan dan masuk di pasar internasional.
Rizky juga memaparkan, dalam sepuluh tahun terakhir, konsep ini terus dikembangkan hampir seluruh negara di dunia, dan produk-produknya mendapat respon cukup besar dari buyers di setiap negara. Konsep ini sendiri mengutamakan produk unik yang terdapat pada daerah, bahkan produk tersebut menjadi ikon atau lambang daerah tersebut.
Karena keunikannya dan proses produksinya yang langka, sehingga akan memberikan nilai tambah produk tersebut. Selanjutnya daerah menjadi menarik, dan bisa dijadikan tujuan wisata bagi turis asing. Tentu ini menjadi peluang bisnis baru, yang juga akan memberikan kontribusi bagi daerah tersebut.
"Dengan adanya konsep one product one village dan dukungan pembangunan berupa pabrik untuk pengolahan dan pengeringan. Rizky meyakini, produk terasi akan menjadi tulang punggung ekonomi Langsa kedepan.
“Saya optimis melihat prospek industri ini untuk dikembangkan dalam skala besar, dengan kerja sama dan koordinasi dalam program pembangunan peningkatan industri kecil menengah untuk bersaing dan memproduksi barang-barang berkualitas,” ujarnya.
Mengisi pasar wilayah Aceh dan Mancanegara
Sementara itu, salah satu pengusaha terasi, Harun mengatakan, saat ini produk terasinya telah dikirimkan ke berbagai wilayah di Aceh maupun luar Aceh. Bahkan, produk Tachi usaha terasi miliknya yang mendapatkan Penghargaan UMKM Naik Kelas dari Pemerintah Aceh pada 2019 tersebut, telah diminati sampan ke luar negari seperti Malaysia. Namun saat ini masih terkendala dari segi perizinan dan kemasan produk.
“Yang minta terasi Langsa ini sekarang bukan saja di Aceh ataupun di Jawa tapi sudah luar negeri. Tapi waktu kita mau urus izin usaha untuk bisa diekspor, dianggap masih butuh renovasi karena tempat usahanya masih standar sekali,” ujarnya.
Harus dan para pelaku usaha mengharapkan adanya pembangunan pabrik yang lebih layak, serta dukungan pemerintah yang lebih baik lagi, khususnya memfasilitasi para pelaku usaha dalam pengurusan izin.
"semoga produk terasi ini akan terus berkembang dan dapat menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat," ujar Harun bersemangat.
Seperti diketahui One Vilage One Product (Ovop) dirintis oleh Prof. Morihiko Hiramatsu yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Oita, Jepang tepatnya pada 1980. Lantas konsep ini berkembang atau diduplikat oleh negara-negara ASEAN diantaranya Malaysia, Philipina, Indonesia, Kamboja, Vietnam, Thailand), negara-negara di Asia Selatan, Afrika, Eropa Timur , dan Amerika Selatan.
Komentar