Teuku Zulkhairi: Sistem yang Salah, Bukan Bank Syariah

Waktu Baca 4 Menit

Teuku Zulkhairi: Sistem yang Salah, Bukan Bank Syariah
Ilustrasi Foto Kantor BSI. [Dok. Ist]

Media sosial dalam sepakan ini dihiasi kritikan pedas kepada manajemen Bank Syariah Indonesia (BSI)  atas layanannya yang kurang baik. Keluhan yang dihadapi nasabah di Aceh hingga viral di media sosial dari ATM kosong hingga gagal transfer.

Permasalah ini sudah ditanggapi oleh Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi pada kunjungan ke Aceh, Rabu (4/5/2021). Dia menjelaskan, menyangkut dengan keluhan masyarakat Aceh terkait layanan mesin ATM, pihaknya kini sedang berusaha keras untuk mengatasi berbagai persoalan yang dikeluhkan nasabah.

Ia berjanji dalam waktu dekat segala permasalah tersebut segara dapat diatasi. Saat ini ia meminta waktu kepada nasabah untuk memperbaiki semua permasalahan yang sedang dihadapi BSI Aceh.

Menanggapi banyak persoalan yang dihadapi BSI Aceh, seorang akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Teuku Zulkhairi berpendapat, bukan bank syariahnya yang bermasalah dengan permasalahan yang terjadi pada BSI Aceh saat ini.

Baca Juga:

Tetapi Teuku Zulkhairi punya pandangan sendiri bahwa, mengapa menggunakan bank konvensional bisa lancar dan mudah selama ini. Namun mengapa saat berubah menjadi syariah urusan nasabah di ATM menjadi sulit.

Padahal kedua jenis bank tersebut, kata Teuku Zulkhairi, sama-sama ditangani oleh manusia yaitu para ahli Informasi Teknologi (IT). Persoalan sekarang yang sedang dihadapi BSI Aceh, bukanlah karena faktor pengalihan pada sistem perbankan syariah, tetapi faktor manusianya – yaitu kesiapan perangkat IT yang harus segera diperbaiki.

“Itulah masalah yang dihadapi umat Islam di zaman ini. Tidak mudah untuk kembali ke jalan Islam. Banyak tantangan yang datang dari banyak sisi. Oleh sebab itulah kita perlu kritis kepada manusia. Karena manusia lah yang punya kerja yang urus ATM itu dan juga yang urus seluruh pelayanan di bank syari'ah,” tulis Teuku Zulkhairi di laman facebooknya. Readers sudah ada persetujuan untuk mengutip pernyataanya kepada yang bersangkutan.

Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh ini melanjutkan, semua pihak harus dapat membedakan antara kerja manusia yang mengurus perangkat  ATM dan transksi bank lainnya dengan ekonomi syariah, sebagai suatu konsepsi Islam bagi umat muslim.

Baca Juga:

“Kita dilarang oleh Islam untuk bertransaksi dengan sistem ribawi yang melekat dan identik pada bank konvensional. Dosa riba yang paling kecil adalah bagai berzina dengan ibu kandung. Na'uzubillah min dzalik. Sungguh mengerikan,” tulisnya lagi.

Teuku Zulkhairi mengaku, dirinya mendukung bank syari'ah bukan berarti gak menghadapi kesulitan-kesulitan sebagai akibat dari belum professionalnya para pegawai atau pekerja bank.

Yang menjadi tandatanya besar bagi Teuku Zulkhairi, hingga sekarang belum menemukan jawabannya adalah kenapa ketika berstatus bank konvensional mereka sangat mantap memberikan pelayanan termasuk ATM, tapi setelah berubah jadi bank syari'ah menuai banyak masalah.

“Oleh sebab itu, kita berharap publik Aceh dapat memahami persoalan ini dan memfokuskan kritikan kepada manusianya. Bukan kepada sistem syari'ahnya. Karena syari'at Islam itu adalah jalan hidup kita sebagai muslim,” tutupnya.[]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...