Akademisi: Tingkat Toleransi di Banda Aceh Mulai Terbuka

Waktu Baca 2 Menit

Seorang akademisi muda, Riskika Lena Darwin mengatakan, tingkat toleransi terhadap keberagaman di Kota Banda Aceh sudah mulai terbuka. Hal itu ditandai dengan tidak adanya riak-riak konflik yang berkaitan dengan agama.

"Kalau pandangan saya sikap toleransi di Banda Aceh terhadap keberagaman, perbedaan sudah mulai terbuka, walaupun memang kita agak sedikit riskan misalnya terkait dengan perbedaan agama dan segala macam," kata Riskika kepada wartawan, Kamis (1/7/2021).

"Tapi saya fikir riak-riak konflik tidak muncul seperti halnya di daerah-daerah lain," tambahnya.

Menurut Riskika, di Banda Aceh baik kaum mayoritas maupun kaum minoritas sudah bisa melaksanakan kegiatan secara berdampingan. Artinya, sudah bisa menerima setiap perbedaan masing-masing.

"Masih bisa di redam, dan minoritas di sini atau etnis selain Aceh bisa berinteraksi dengan yang mayoritas. Maka saya tadi memberi tekanan kepada bagaimana kita menghargai perbedaan," ujarnya.

Ia menekankan, untuk menghindari terjadinya konflik karena perbedaan, setiap pribadi seseorang harus percaya diri dan tidak perlu malu akan identitas masing-masing.

"Kita percaya diri dan tidak insecure terhadap identitas kita sehingga kita tidak perlu riskan dengan keberadaan identitas lain yang di luar identitas kita," tuturnya.

Kemudian, Riskika menjelaskan, dalam menentukan suatu wilayah itu tingkat intolerannya tinggi atau rendah, biasa suatu lembaga survei akan menggunakan indikator tertentu. Misalnya kalau dari institute hal yang menjadi tinjauan ialah lebih ke kebijakan-kebijakan yang ada di suatu daerah dan pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh elitnya.

Misal ada statmen yang menyatakan non-Muslim dilarang merayakan natal. "Nah itu termasuk, misal ada Perda-perda yang mendeskreditkan minoritas nah itu masuk juga kalau secara institute," jelasnya.

Namun, kata dia, jika ditinjau dari risetnya Kemenag soal tingkat keberagaman. Ia melihat Provinsi Papua yang paling toleran, dan Aceh yang paling intoleran.[acl]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...