Aksi Penyelamatan Rohingya Dituangkan dalam Pentas Seni Tuah Bak Jaroe Panglima

Seperti diketahui, penyelamatan Rohingnya yang dilakukan oleh nelayan Aceh mendapat sorotan dunia, sehingga seniman memiliki ketertarikan sendiri untuk menuangkannya dalam pertunjukkan seni Tuah Bak Jaroe Panglima, di Taman Sari Gunongan, pada Sabtu (26/3/2022) malam.

Author

Waktu Baca 2 Menit

Aksi Penyelamatan Rohingya Dituangkan dalam Pentas Seni Tuah Bak Jaroe PanglimaANTARA
Pertunjukan seni Tuah Bak Jaroe Panglima oleh ISBI Aceh dan Sanggar Nurul Alam di Taman Sari Gunongan pada Sabtu, 26 Maret 2022 (ANTARA/Nurul Hasanah)

BANDA ACEH, READERS - Aksi kemanusiaan penyelamatan Rohingya yang terdampar di Bireuen, menjadi sorotan bagi seniman Aceh.

Penyelamatan Rohingnya yang dilakukan oleh nelayan Aceh ini ternyata mendapat sorotan dunia, sehingga seniman Aceh memiliki ketertarikan sendiri untuk menuangkannya dalam bentuk pertunjukkan seni Tuah Bak Jaroe Panglima, di Taman Sari Gunongan, pada Sabtu (26/3/2022) malam.

"Nilai-nilai kemanusiaan nelayan Aceh ini menjadi pertanyaan besar di seluruh dunia," kata Produser Pertunjukan, Rika Syafriliza Syarief di Banda Aceh, seperti yang dilansir dari Antara, Minggu (278/3/2022).

Sejak awal tahun 2020, kata Rika, sudah diadakan penelitian yang mewawancarai nelayan dan panglima laot untuk mendapatkan alasan keberanian mereka menyelamatkan Rohingya. 

Hasil penelitian tersebut, lanjutnya, tindakan mereka merupakan cerminan dari hukum adat laot yang diajarkan dan dipahami sejak masa kejayaan Sultan Iskandar Muda pada abad ke-16 dan berlanjut hingga sekarang. 

"Kemudian, jawaban-jawaban dari penelitian tersebut kami tuangkan juga dalam pertunjukan ini," ujarnya. 

Lebih lanjut Ia menuturkan, pentas seni tersebut sebagai puncak penghargaan kepada seluruh nelayan dan panglima laot Aceh yang dalam mempertahankan keberanian dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan mempertahankan hukum adat laot Aceh. 

Perwakilan dari University York juga turut mengapresiasi aksi kemanusiaan penyelamatan Rohingya oleh nelayan dan Panglima Laot Aceh. 

"Mari kita berterima kasih kepada mereka karena telah mengambil risiko untuk menyelamatkan orang lain," katanya. 

Mereka juga mengatakan, hukum adat laot dan peumulia jamee telah terkenal di dunia internasional karena telah memberikan kehidupan begitu banyak orang yang mencari perlindungan dari konflik. 

Pentas seni ini melibatkan 60 penari dari Institut Seni Budaya Indonesia Aceh dan Sanggar Nurul Alam yang diinisiasi oleh The University of York dan Yayasan Geutanyoe. 

Sumber:ANTARA

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...