AS Menutup Peluang Pasar Kepada Negara-Negara yang Memiliki Kerja Sama dengan China

Senator Amerika Serikat Tammy Duckworth dalam temu media di Kedutaan AS di Jakarta, Kamis (10/8/2023). (ANTARA/Shofi Ayudiana)
Penulis:

JAKARTA, READERS – AS dan China menjadi negara tujuan besar di dunia dalam melakukan bilateral khususnya dalam perdagangan. Namun keduanya terus bersaing sebagai negara ekonomi dunia. Jumat (11/8/2023).

AS memberikan statement kepada negara-negara di dunia yang memiliki keterikatan dengan China, pihaknya menutup peluang pasar di Amerika. Hal itu tegas disampaikan pemerintah AS melalui Senator Amerika Serikat Tammy Duckworth.

Pernyataan tersebut disampaikan Duckworth menanggapi pertanyaan tentang Undang-Undang Pengurangan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) Amerika Serikat yang memiliki kebijakan anti-China.

Ia juga mengatakan bahwa pihaknya juga tidak meminta memilih negara-negara yang ada di dunia untuk memilih antara Amerika dan China.

Dalam UU itu AS menutup peluang negara-negara yang memiliki kerja sama manufaktur dengan China untuk memasukkan produknya ke pasar Amerika.

Keinginan Indonesia memasukkan baterai kendaraan listrik ke AS juga menghadapi tantangan karena Indonesia belum terikat perjanjian perdagangan bebas dengan AS, ditambah dominasi perusahaan China dalam industri nikel di Indonesia.

“Saya tidak meminta Anda untuk memilih. Saya hanya mengatakan jika Anda ingin menjual produk Anda ke pasar Amerika, inilah yang diperlukan. Anda boleh saja memiliki penambang mineral dari China, tapi Anda tidak dapat menjualnya ke pasar AS. Jual saja ke tempat lain,” kata Duckworth dalam temu media di Jakarta, Kamis.

Dia juga menegaskan jika Indonesia ingin menjadi bagian dari pasar Amerika maka Indonesia harus mematuhi hukum yang ada di negaranya.

Sebelum tiba di Indonesia, Duckworth lebih dulu mengunjungi Manila untuk membahas peluang pengembangan ekosistem manufaktur di Filipina bagi pasar AS.

Dia menyebut Filipina menyatakan keinginan menjadi bagian dari pasar Amerika dan siap mematuhi aturan yang berlaku. Seperti Indonesia, Filipina juga tidak memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS.

Sebelumnya, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid menyatakan keprihatinan terhadap Amerika Serikat karena memberikan perlakuan yang tidak adil dalam pemberian subsidi hijau di bawah Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA).

Dia merasa ada pengucilan terhadap mineral kritis atau produk nikel Indonesia untuk dimasukkan ke dalam paket kebijakan subsidi hijau AS melalui IRA.

Editor: Junaidi
Sumber: Antara