Balai Bahasa Provinsi Aceh: 3 Program Prioritas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 2023

Kepala Balai Bahasa Aceh, Umar Salikhin menyampaikan laporan kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) di Takengon, Aceh Tengah pada Senin (20/11/2023). (Foto: TRM))
Penulis:

TAKENGON, READERS – Balai Bahasa Provinsi Aceh kini sedang geliat melaksanakan kegiatan bahasa ibu di Aceh, salah satunya melalui kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang berlangsung di Aceh Tengah dan Bener Meriah. Selasa (21/112022).

Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh, Umar Salikhan menyampaikan bahwa ada tiga program prioritas yang akan dilaksanakan oleh pihaknya dalam 2023 ini.

Ketiga program tersebut yakni literasi kebahasaan, pelindungan bahasa dan sastra, dan internasionalisasi Indonesia.

"Mengapa pelindungan bahasa dan sastra menjadi salah satu prioritas tahun ini," tanya Umar.

Pertama, sambungnya, pelindungan bahasa daerah merupakan mandat peraturan perundang-undangan, di antaranya UUD 1945 Pasal 32 ayat 2 yang menyatakan bahwa negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

Selain itu, upaya tersebut juga didasarkan pada UU No. 24 Tahun 2009 pasal 42 dan PP No. 57 Tahun 2014 entang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia.

Kedua, hal itu mengingat situasi dan kondisi kebahasaan saat ini, khususnya menyangkut keberadaan bahasa daerah. Ancaman kepunahan bahasa daerah makin hari makin kuat.

Menurut UNESCO, sambungnya, dalam kurun waktu 30 tahun terakhir telah ada 200 bahasa di dunia yang punah. 

Di Indonesia sendiri saat ini terdapat 718 bahasa daerah yang sudah terverifikasi oleh Badan Bahasa. Namun, banyak bahasa daerah yang kondisinya terancam punah dan kritis.

"Penyebab utama kepunahan bahasa daerah adalah karena para penutur jatinya tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasanya kepada generasi berikutnya," ujarnya.

Padahal, lanjutnya, bahasa bukan sekadar sekumpulan kata atau seperangkat kaidah tata bahasa, melainkan juga sebagai khazanah kekayaan budaya, pemikiran, dan pengetahuan. Kepunahan bahasa berarti hilangnya kekayaan batin para penutur bahasa tersebut.

Distribusi bahasa di Indonesia sendiri untuk wilayah Barat Indonesia adalah jumlah bahasa daerah sedikit, tetapi jumlah penduduk banyak/padat. Sebaliknya di wilayah Timur jumlah Bahasa daerah banyak, jumlah penduduk sedikit. 

Dari hasil kajian Vitalitas Bahasa di Indonesia, berdasarkan kajian terhadap 89 bahasa daerah (statistik kebahasaan Badan Bahasa tahun 2021), status: 1. Aman: 25 bahasa, 2. Rentan (stabil, tetapi terancam punah): 19 bahasa, 3. Mengalami kemunduran: 3 bahasa, 4. Terancam punah: 25 bahasa, 5. Kritis: 6 bahasa, 6. Punah: 11 bahasa Sikap penutur bahasa daerah terhadap bahasanya;

Tantangan Pelindungan Bahasa Daerah sendiri ada beberapa yakni 1. Sikap bahasa penutur jati; 2. Migrasi atau mobilitas sosial yang tinggi; 3. Perkawinan campuran atau antaretnis; 4. Globalisasi yang mengarah ke monolingualisme.

Jika 2-4 tidak dapat diintervensi dan tidak dapat dicegah, SIKAP BAHASA PENUTUR JATI bisa diintervensi, dicegah, dan diubah dengan program revitalisasi bahasa daerah dengan sasaran prioritas anak usia SD dan SMP. 

Oleh karena itu Bapak/Ibu, fokus program pelindungan bahasa daerah sejak 2021 adalah Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD). RBD merupakan program nasional dan sebagai bagian dari platform Merdeka Belajar Kemendikbud, yaitu MB Episode ke-17: Revitalisasi Bahasa Daerah.

Peserta dari tiga kabupaten berfose bersama di Parkside Gayo Petro, Aceh Tengah. Selasa (21/11/2023).(Foto kiriman official).

RBD secara umum diartikan sebagai upaya pelestarian dan pengembangan bahasa daerah melalui pewarisan bahasa daerah kepada generasi muda untuk mendorong penggunaannya dalam komunikasi yang beragam sehingga daya hidup bahasa daerah tersebut pada taraf aman dan ditransmisikan dengan baik.

RBD bertujuan untuk menggelorakan kembali penggunaan bahasa daerah dalam berbagai ranah kehidupan sehari-hari dan meningkatkan jumlah penutur muda bahasa daerah.

Pada tahun 2023 RBD diselenggarakan di 25 provinsi dan rencananya tahun depan di 38 provinsi.

RBD di Provinsi Aceh yang dilaksanakan mulai 2023 ini mulai dengan proses yang cukup Panjang, mulai koordinasi dengan dengan tiga pemerintah kabupaten, rakor dan DKT yang mengundang perwakilan tiga pemkab, tiga disdikbud, perwakilan MPD dan MAD.

"Kemudian akademisi, kepala sekolah, guru, dan para maestro, pelatihan guru utama/master, pengimbasan ke guru atau komunitas, pembelajaran di kelas dan luar kelas, FTBI di tingkat kabupaten, FTBI tingkat provinsi, dan insya Allah FTBI Nasional pada 2 Mei 2024. Jadi, Bapak/Ibu FTBI hanyalah salah satu dari tahapan RBD, dan bukan muara atau akhir dari RBD karena tujuan akhir dari pelaksanaan revitalisasi bahasa daerah adalah agar penutur muda," sebutnya.

Pertama, menjadi penutur aktif bahasa daerah dan mempelajari bahasa daerah dengan menyenangkan. Kedua, menjaga kelangsungan hidup bahasa dan sastra daerah dengan penuh rasa sukacita.

Ketiga, menciptakan ruang kreativitas dan kemerdekaan untuk mempertahankan bahasa daerahnya, dan keempat, menemukan fungsi dan ranah baru dari sebuah bahasa dan sastra daerah

FTBI hanya pemantik supaya generasi muda bersemangat untuk melestarikan bahasa daerah dengan menyenangkan. Selain itu FTBI sudah dimasukkan dalam bagian Manajemen Talenta Nasional (MTN) Kemendikbud yang para juaranya akan disejajarkan juara bidang-bidang lainnya. Misalnya seperti olimpiade (MTK, IPA, dll), juara bidang olah raga dan bidang lain.

"Artinya, para juara FTBI (sesuai dengan tingkatannya) nantinya akan punya peluang untuk pengembangan talenta tingkat nasional dan bisa menggunakan sertifikatnya untuk melanjutkan Pendidikan melalui jalur prestasi," ujarnya.  

Prinsip dari RBD adalah dinamis, berorientasi pada pengembangan, dan bukan sekadar memproteksi bahasa; Adaptif dengan situasi lingkungan sekolah dan masyarakat tuturnya; Regenerasi dengan fokus pada penutur muda di tingkat sekolah dasar dan menengah; Merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya. 

Sasaran RBD adalah komunitas turu, guru, kepala sekolah, pengawas, dan siswa (khususnya SD dan SMP). "Alhamdulilah capaian kegiatan RBD secara nasional tahun 2022 telah melibatkan 2.905.311 siswa SD dan SMP," sebutnya.

Terakhir dalam kesempatan itu, Umar menyampaikan ucapan terima kasih  kepada Pj. Bupati tiga kabupaten yang telah berkenan mendukung kegiatan RBD Gayo, tiga Kepala Disdik tiga kabupaten beserta jajaran yang telah berkomiten dan berkontribusi sangat besar atas terselenggaranya program RBD dengan semua tahapannya.

"Tanpa dukungan Disdik tiga kabupaten, program ini tidak akan terlaksana dengan baik. Terima kasih juga kepada Kantor Kemenag tiga Kabupaten yang juga telah berkontribusi mengirimkan peserta, khususnya Kantor Kemenag Bener Meriah yang telah menyelenggarakan pelatihan guru master secara mandiri," tambahnya.

Terima kasih, lanjutnya lagi, dan apresiasi juga kami sampaikan kepada para maestro yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran, melatih para calon guru master dan menjadi juri FTBI. 

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Terima kasih tamu undangan dan peserta yang juga berkenan hadir dan berpartisipasi pada kegiatan ini.

Umar mengharapkan kegiatan ini membawa manfaat dan berkah. Atas nama penyelenggara kegiatan juga mohon maaf yang setulus-tulusnya jika ada kekurangan dan kesalahan dalam kegiatan ini.

"Saya atas nama pribadi juga mohon maaf jika ada yang kurang dari apa yang saya sampaikan dan terima kasih kepada tim, baik dari Balai Bahasa maupun dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah mengoordinasikan kegiatan ini dengan baik."

"Akhir kata, salam Lestari dan maju bahasa Gayo," timpalnya.

Sebelumnya diberitakan, kegiatan ini melibatkan tiga kabupaten yakni Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah dengan jumlah perserta sebanyak 108 orang dengan mengikuti enam cabang.

Keenam cabang tersebut yakni, Cabang Puisi Gayo (puisi), Cabang Cerite Singket, Cabang Kekeberen, Cabang Pedato, Cabang Jangin dan Cabang Seni Berakah (stand up comedy).[]