COVID-19 di Sejumlah Kota Megapolitan China Alami Penurunan dan Segera Berakhir

Tenaga kesehatan bekerja di sebuah klinik demam di Rumah Sakit Shengjing Universitas Kedokteran China di Shenyang, Provinsi Liaoning, China timur laut, Kamis (15 /12/2022). China melanjutkan pengoptimalan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian epidemi COVID-19 sambil mengalihkan fokus strategi responsnya dari meredam infeksi baru menjadi mencegah dan mengobati kasus parah. ANTARA FOTO/Xinhua/Yang Qing/wsj. (Antara)
Penulis:

BEIJING, READERS - Pandemi COVID-19 di China dalam beberapa minggu terakhir mengalami peningkatan hingga memerlukan penjagaan jarak yang tepat. Namun kini, hasil penelitian tim riset terkemuka negara itu menyebutkan fakta terbaru. Senin (2/1/2023). 

Dari temuan itu pada Minggu (1/1/2023) lalu menyatakan bahwa pandemi tersebut hampir berakhir di sejumlah kota megapolitan di China.

Sejumlah kota-kota megapolitan China yang dimaksud seperti Kota Beijing, Shanghai, dan Guangzhou. Kesemua kota ini hampir berakhir pada awal Januari 2023 ini.

Sedangkan untuk kota-kota sedang, kecil, dan daerah pinggiran diperkirakan akan berakhir pada rentang waktu Januari-Februari saat puncak arus mudik dan balik Tahun Baru Imlek.

Prediksi tersebut diketahui berdasarkan pada jumlah kunjungan pasien ke klinik kesehatan di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, pada 23 Desember 2022 lalu dengan rincian menurun drastis dari 60.000 orang menjadi 19.000 orang.

Otoritas Kota Guangzhou memperkirakan puncak pandemi akan berakhir sebelum Tahun Baru Imlek.

Puncak pandemi di wilayah pinggiran, kota kecil, dan kota sedang di China diperkirakan terjadi pada pertengahan hingga akhir Januari karena pada saat itu terjadi gelombang kedatangan pemudik.

Para peneliti mengingatkan pentingnya perhatian tenaga perawatan medis di daerah perdesaa, kota kecil, dan kota sedang, terutama yang banyak dihuni kalangan lansia dan masyarakat yang memiliki penyakit bawaan.

Tahun Baru telah tiba dan Imlek semakin dekat sehingga daerah-daerah perdesaan yang sumber daya medisnya relatif lemah harus menjadi perhatian utama, demikian Chen Saijuan salah satu peneliti Chinese Academy of Engineering dikutip media resmi China.

Editor: Junaidi
Sumber: Antara