Kena Badai Cytokine, Deddy Corbuzier Hampir Meninggal Setelah Negatif Covid

Waktu Baca 11 Menit

Kena Badai Cytokine, Deddy Corbuzier Hampir Meninggal Setelah Negatif Covid

Deddy Corbuzier mengabarkan absen Podcast selama dua pekan ternyata positif Covid-19 dan sempat kritis selama tiga hari. Paru-parunya rusak 60 persen dalam dua hari.

Deddy sempat terkena Badai Cytokine yang membuatnya hampir meninggal dunia. Padahal saat itu dia sudah dinyatakan negatif Covid-19. Tetapi selang beberapa hari dinyatakan sembuh, panas tinggi kembali naik, hingga dia dirawat di rumah sakit.

"Saya sakit. Kritis, hampir meninggal karena badai Cytokine, lucunya dengan keadaan sudah negatif. Yes it's Covid," tulis Deddy Corbuzier di akun instagramnya.

http://www.instagram.com/p/CS294_bJsgI/

Deddy kembali menuliskan di Instagramnya, tanpa gejala apapun tiba-tiba dirinya masuk ke dalam badai Cytokine dengan keadaan paru paru rusak 60 persen dalam dua hari.

"Jendral Lukman Waka RSPAD, Dr Wenny Tan hingga Dr Gunawan turun tangan semaksimal mungkin untuk menstabilkan keadaan saya keluar dr masa kritis," jelasnya.

Deddy juga menuliskan berkat pola hidup sehat dia selama ini, telah membantunya bisa keluar dari masa kritis. Bahkan selama badai Cytokine menimpanya, oksigen darah tidak turun, bahkan diam pada 97-99.

"Ini karena pola hidup sehat saya selama ini. Hingga saya bisa selamat walau dengan kerusakan paru yang parah," jelasnya.

Usai sembuh, Deddy kemudian membuat Podcast perdana, Minggu (22/8/2021) dengan mengundang dokter yang merawatnya selama badai Cytokine menimpa dirinya, yaitu dr Gunawan.

Dalam Podcast di Youtube Deddy Corbuzier, dr Gunawan menceritakan saat berjibaku menyelamatkan nyawa Deddy. Berbagai treatment dilakukan oleh dr Gunawan yang dikenal dermawan itu.

http://www.youtube.com/watch?v=KqE27wDvgO8

dr Gunawan menceritakan, saat merawat Deddy Corbuzier tetap mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk treatment pasien Covid-19.

Dia juga mengaku, selain prosedur yang telah ditetapkan WHO dan Kemenkes, seorang dokter juga harus memiliki improvisasi, karena dr Gunawan mengaku hingga sekarang pengobatan Covid-19 belum ada yang memiliki standar khusus.

Setelah dr Gunawan menjelaskan tentang seorang pasien Covid-19 mengalami badai Cytokine. Deddy Corbuzier bertanya kepada dokter yang telah merawatnya itu, apakah karena pola hidup sehat mempermudah dirinya sembuh.

Lantas dr Gunawan tanpa ragu menjawab "Iya, bila Anda bukan olahragawan, sulit untuk bisa selamat, tapi karena pola hidup sehat membantu Anda mempercepat penyembuhan dan Anda bisa selamat," ungkap dr Gunawan.

Dalam Podcast itu, Deddy Corbuzier juga menyinggung bahwa selama ini, berdasarkan cerita yang ia dengar sama perawat dan pasien-pasiennya. Bahwa dr Gunawan kerap menggunakan uang pribadi untuk membantu pasien Covid-19 yang kritis.

Baik untuk membali obat yang tidak ditanggung oleh negara, maupun sejumlah peralatan medis lainnya yang dibutuhkan oleh pasiennya. "Dokter Gunawan yang merawat saya ternyata memiliki kisah luar biasa.
Yang saya dengar langsung dari pasien-pasiennya di sana. Dia mengeluarkan banyak uang pribadi untuk obat-obat dan biaya lainnya untuk banyak pasien. Karena dia tahu kalau tidak dibantu, mereka mati. Maka sampai kendaraan pun ia relakan untuk membantu puluhan pasiennya," tulis Deddy di Instagramnya.

Lantas di akhir Podcast, Deddy Corbuzier memberikan kejutan kepada dr Gunawan. Yaitu menyerahkan satu koper uang untuk dipergunakan untuk kebutuhan membantu pasiennya yang membutuhkan.

Pada penutupan Podcast, Deddy juga kembali memberikan kejutan lainnya untuk dr Gunawan. Deddy mengajak dokter Gunawan untuk keluar studia Podcast, lantas tiba di luar ruangan, Deddy langsung menyerahkan kunci mobil kepada dr Gunawan. Tampak dr Gunawan terkejut dan sempat mengusapkan air mata.

Dalam Poscast dengan Deddy, dr Gunawan sempat menyebutkan bahwa dirinya menjadi dokter bukan untuk mencari kekayaan. Hal itu jauh hari sudah ditanamkan oleh kedua orang tuanya.

dr Gunawan menyebutkan, dirinya menjadi seorang dokter untuk membantu orang lain. Atas dasar itulah, dirinya sering membantu banyak pasiennya yang tidak mampu.

Tertutama selama pandemi Covid-19, ada banyak alat medis dan obat yang dibutuhkan dan harganya mahal. Banyak pasiennya tidak mencukupi dana untuk membelinya, sehingga demi menyelamatkan nyawa pasiennya, dr Gunawan mengeluarkan koceknya sendiri untuk membantu pasiennya tersebut.

Apa Itu Badai Cytokine

Dikutip dari alodokter.com, Badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa dialami oleh penderita Covid-19. Kondisi ini perlu diwaspadai dan perlu segera ditangani secara intensif. Bila dibiarkan tanpa penanganan, badai sitokin dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ hingga kematian.

Sitokin merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi.

Namun, jika diproduksi secara berlebihan, sitokin justru dapat menyebabkan kerusakan di dalam tubuh. Inilah yang disebut sebagai badai sitokin.

Badai sitokin (cytokine storm) terjadi ketika tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat. Kondisi ini membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan. Kondisi ini diketahui dengan pemeriksaan D-dimer dan CRP pada penderita Covid-19.

Tak jarang peradangan tersebut membuat organ-organ di dalam tubuh menjadi rusak atau gagal berfungsi. Hal inilah yang membuat badai sitokin perlu diwaspadai, karena bisa sampai menyebabkan kematian.

Pada penderita Covid-19, badai sitokin menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah. Alveoli atau kantung udara kecil di paru-paru akan dipenuhi oleh cairan, sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen. Itulah sebabnya mengapa penderita Covid-19 kerap mengalami sesak napas.

Gejala Badai Sitokin pada Penderita Covid-19

Sebagian besar penderita Covid-19 yang mengalami badai sitokin mengalami demam dan sesak napas hingga membutuhkan alat batu napas atau ventilator. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar 6–7 hari setelah gejala Covid-19 muncul.

Selain demam dan sesak napas, badai sitokin juga menyebabkan berbagai gejala, seperti:

  • Kedinginan atau menggigil
  • Kelelahan
  • Pembengkakan di tungkai
  • Mual dan muntah
  • Nyeri otot dan persendian
  • Sakit kepala
  • Ruam kulit
  • Batuk
  • Napas cepat
  • Kejang
  • Sulit mengendalikan gerakan
  • Kebingungan dan halusinasi
  • Tekanan darah sangat rendah
  • Penggumpalan darah

Penanganan Badai Sitokin

Penderita Covid-19 yang mengalami badai sitokin memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU). Beberapa langkah penanganan yang akan dilakukan dokter, meliputi:

  • Pemantauan tanda-tanda vital, yang meliputi tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan
  • suhu tubuh, secara intensif
  • Pemasangan mesin ventilator
  • Pemberian cairan melalui infus
  • Pemantauan kadar elektrolit
  • Cuci darah (hemodialisis)
  • Pemberian obat anakinra atau tocilizumab (actemra) untuk menghambat aktivitas sitokin
  • Meski demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penanganan yang tepat terhadap penderita Covid-19 yang mengalami badai sitokin.

Pada penderita Covid-19, badai sitokin dapat menyebabkan kerusakan organ yang bisa mengancam nyawa. Agar terhindar dari kondisi serius ini, Anda disarankan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan kapan saja dan di mana saja.

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...