LDK Ar-Risalah UIN Ar-Raniry Gelar Deklarasi Boikot Produk Israel

BANDA ACEH, READERS — Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Ar-Risalah UIN Ar-Raniry Banda Aceh gelar aksi perlawanan terhadap Israel melalui boikot produk-produknya, yang berlangsung di kampus tersebut pada Selasa (29/4/2025).
LDK Ar-Risalah sebagai garda dakwah kampus tampil di garis depan dalam aksi deklarasi boikot produk Israel tersebut dilakukan serentak oleh Lembaga Dakwah Kampus se-Indonesia di bawah koordinasi FSLDK Indonesia.
Aksi ini tak hanya sekadar rutinitas solidaritas. Ditengah meningkatnya eskalasi konflik dan agresi militer Israel terhadap rakyat Palestina, mahasiswa UIN Ar-Raniry membawa pesan yang jelas bahwa siapa pun yang masih membeli produk terafiliasi Israel, ikut menodai darah para syuhada.
“Cukup sudah! Tidak ada netralitas dalam isu ini. Uang kita jangan sampai menghidupi industri yang membantai anak-anak Gaza! Boikot adalah jihad ekonomi, dan itu tanggung jawab kita semua!," kata Ketua LDK Ar-Risalah, Sugeng Warisno dalam orasinya.
Kegiatan berlangsung dengan pemutaran video kondisi Gaza, menampilkan rumah-rumah yang hancur, anak-anak yang menjadi korban, serta suara-suara jeritan kemanusiaan yang membuat suasana semakin emosional.
Aksi kemudian dilanjutkan dengan longmarch membawa spanduk bertuliskan “Beli Produk Israel = (sama dengan) Bayar Bom Untuk Palestina”.
Di akhir acara, simbol-simbol produk pendukung Israel seperti Coca-Cola, McDonald’s, dan lainnya dibakar sebagai simbol penolakan total.
Ketua Divisi Syiar, Dakwah dan Keummatan, Muhammad Fajri mengatakan bahwa pesan keras disampaikan kepada masyarakat luas agar tidak lagi bersikap apatis atau mencuci tangan dari konflik ini.
“Beli produk Israel berarti kalian membiayai bom yang meledakkan sekolah-sekolah di Gaza. Jangan pura-pura tidak tahu! Kami minta masyarakat untuk ikut serta dalam gerakan ini, atau diam sebagai penonton pembantaian!," kata dia.
LDK Ar-Risalah, lanjutnya, menegaskan bahwa aksi ini bukan akan berhenti hari ini. Pihaknya akan terus mengawal isu Palestina melalui kampanye boikot, edukasi publik, dan kolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat.[]
Komentar