Lidah, Ludah dan Telunjuk Komisaris

Waktu Baca 8 Menit

Lidah, Ludah dan Telunjuk Komisaris
Saifuddin Bantasyam Dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh. Foto Facebook Saifuddin Bantasyam

Lidah merupakan indera pengecap yang terdiri dari sejumlah bagian dan memiliki berbagai macam fungsi. Selain berfungsi sebagai pengecap, lidah juga memiliki beberapa fungsi utama, antara lain membantu kita berkomunikasi, mengunyah, dan menelan makanan.

Untuk menjalankan fungsinya, lidah disokong oleh sejumlah otot dan saraf yang langsung terhubung ke otak. Keberadaan otot-otot inilah yang membuat lidah bisa bergerak bebas ke segala arah di dalam rongga mulut.

Lidah dan ludah, atau air liur tak dapat dipisahkan. Air liur ini diproduksi oleh kelenjar ludah yang terletak di dalam rongga mulut. Jumlah produksinya kurang lebih 1-2 liter dalam sehari. Perannya sangat penting dalam menunjang kesehatan mulut. Jika jumlahnya kurang atau berlebihan berarti ada tanda suatu penyakit. Kekurangan air liur bisa menimbulkan gangguan pada indera pengecap dan juga menimbulkan bau mulut.

Mengenai jari telunjuk, ini adalah jari kedua dalam ruas tangan manusia jika dihitung dari ibu jari. Jari ini paling lues meskipun panjangnya lebih pendek jari tengah. Gunanya untuk menunjuk dan sangat berperan penting dalam mengetik di lantop dan handphone.

Kemal Arsyad, Komisaris Independen PT Askrindo, sebuah BUMN dalam bidang asuransi, belakangan ini terhubungkan dengan lidah dan ludah itu serta jari telunjuk. Ini terjadi setelah dia menulis satu cuitan di medsosnya, dengan peran jari telunjuk, memaki Gubernut DKI Anies Baswedan dan ingin meludahi muka Anies.

Saat dapat kecaman publik, Kemal mengatakan dia marah kepada Anies karena ada kerabat dan teman-teman yang terkena covid-19 tetapi tak mendapatkan tempat perawatan, sementara di pihak lain (kata Kemal) Anies menyebutkan tempat tidur di rumah sakit masih cukup tersedia.

Ini menarik. Pertama, Kemal (terkesan) sepertinya baru bicara tentang pelayanan saat ada kerabat dan temannya yang sakit. Kedua, Anies itu mendapatkan data dari bawahannya dan dia percaya kepada bawahannya sebab merekalah yang paling tahu situasi di lapangan. Ketiga, jika pun data itu keliru, maka tak patut orang sekaliber komisaris BUMN menulis kata-kata kasar itu kepada seorang gubernur.

Gubernur itu adalah perpanjangan pemerintah pusat di daerah. Gubernur dilantik oleh presiden. Jadi, kurang lebih,  Kemal sang komisaris itu membang-“a”-kan seseorang yang dilantik oleh presiden. Kemal dilantik oleh Erick Thohir, Menteri BUMN. Menteri ini dilantik oleh Presiden Jokowi.

Apa yang terjadi di Jakarta adalah residu dari kekalahan Ahok dalam pilkada 2017. Banyak elit, politisi, dan pendukung Ahok yang belum move on dari situasi kekalahan itu. Lalu, apa pun yang dilakukan Anies, ibaratnya Anies buang duri di jalan pun, akan dikritik. Kritik karena dianggap tidak beres (kok bisa ada di duri di jalan) atau kritik karena dianggap pencitraan.

Anies memiliki visi dan misi sendiri tentang Jakarta. Namun, seluruh yang dikerjakan Anies, yang sesuai dengan misi dan visi Anies pada 2017 dianggap merupakan pemikiran Ahok.

Kemal, seorang yang bergerak dalam industri perfilman,  mungkin setelah diangkat sebagai komisaris, harus merasa dalam satu barisan yang mengkadal-gurunkan Anies. Mungkin dia ingin membalas jasa Menteri Erick atau jasa orang lain yang sudah mempromosikan dirinya kepada Jokowi. Cara balasnya: hantam Anies. Ini ibarat adegan beberapa film Hollywod tentang arti kesetiaan dan loyalitas.

Tentu saja, Anies sebagai gubernur di DKI adalah penanggung jawab utama segala hal di DKI. Namun DKI itu juga ibu kota negara, maka pemerintah pusat, seluruh kementerian dan lembaga, juga bertanggung jawab untuk mendukung DKI sebagai ibu kota negara.

Kenyataannya, terkait dengan pengendalian Covid-19, Anies pernah dituduh macam-macam oleh satu-dua menteri sebagai melakukan pencitraan atau mencari panggung politik saat membuat kebijakan yang dianggap bertentangan dengan pusat.

Kembali ke lidah dan ludah. Dalam kaitannya dengan komunikasi, lidah bekerja sama dengan bibir dan gigi untuk membuat suara yang keluar dari dalam tenggorokan menjadi jelas dan mudah untuk dipahami oleh lawan bicara. Tanpa lidah, perkataan seseorang akan sulit dimengerti.

Namun, sesungguhnya, dengan lidah, perkataan seseorang juga sangat mudah dipahami. Ada dalam bentuk pujian, tetapi tak kurang pula dalam cacian, fitnah, atau hasutan.

Mulutmu adalah harimaumu. Di zaman hoaks penuh fitnah dan inflasi kata kasar dalam jagad politik Indonesia saat ini, peribahasa berubah menjadi jari (telunjukmu) adalah harimaumu.

Mungkin di negeri ini, sudah ada ratusan orang menghuni penjara karena lidah dan telunjuk itu. Sebabnya, pemilih lidah tak mampu mengendalikan lidah itu walaupun tak bertulang. Demikian juga meskipun telunjuk lebih pendek dari jari tengah, pemiliknya sering memberi “tugas” lebih. Kemal misalnya, menulis dengan kata bang-“a” dan ingin meludahi Anies.

Untung itu hanya ancaman nonverbal, belum diwujudkannnya. Dia sudah minta maaf. Tentang maaf ini menarik juga. Awalnya Kemal hanya minta maaf kepada masyarakat yang tersinggung dengan cuitannya. Kemal pun dikritik. Dia lalu menulis permintaan maaf kepada Anies dan kepada Menteri Erick Thowir atas akhlaknya yang buruk.

Kemal sudah meninggalkan jejak digital yang buruk di negeri ini. Dia memang sudah menghapus makiannya itu dan juga menyesalinya, tetapi ingatan publik kepada perilakunya tak akan hilang. Kata Filsuf Diogenes, there is only a finger’s difference between a wise man and a fool man. Beda antara orang bijak dan orang bodoh hanya selebar jari telunjuk. Don’t be a fool. 

Penulis: Saifuddin Bantasyam [Dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...