Peninggalan Kerajaan Aceh Yang Mengagumkan
Berkaitan dengan Kerajaan Aceh Darussalam, masih ada jejak dan meninggalkan bekas dari benar adanya kerajaan ini. Berikut Readers.ID akan mengulas sekilas tiga peninggalan kerajaan Aceh yang masih ada hingga sampai saat ini di Aceh, tepatnya di pusat kota Banda Aceh.
Simbi.Kemenag.go.idBanda Aceh – Tahun 1496, Aceh mulai menguatkan pondasinya untuk menjadi kerajaan yang megah dan terkuat di Asia Tenggara. Dibawah pimpinan Ali Mughayat Syah, nama kerajaan Islam Aceh Darussalam mencuat setelah melawan Portugis di Malaka dan kerajaan-kerajaan lainnya.
Perkembangan kerajaan makin pesat, khususnya di masa Iskandar Muda. Masa ini, ekonomi maju sehingga menjadikan Aceh menjadi salah satu pusat perdagangan internasional.
Mengenai kerajaan Aceh ini, tak hanya ekonomi yang berkembang pesat pada eranya, namun juga pada pendidikan. Faktanya banyak pelajar dengan tujuan pelancong dari luar negeri ke Aceh.
Berkaitan dengan Kerajaan Aceh Darussalam, masih ada jejak dan meninggalkan bekas dari benar adanya kerajaan ini. Berikut Readers.ID akan bagikan informasi tiga peninggalan kerajaan Aceh Darussalam yang masih ada hingga sampai saat ini di Aceh, yaitu di pusat kota Banda Aceh.
1. Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman merupakan masjid kebanggaan masyarakat Aceh yang dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda tahun 1612. Masjid ini dibangun ditengah-tengah pusat Kota Banda Aceh, di kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh, Aceh.
Masjid Raya Baiturrahman memiliki lembaran sejarah dan nilai yang tinggi bagi rakyat Aceh. Hal ini karena sejak Sultan Iskandar Muda memimpin hingga sekarang masih tetap berdiri megah.
Transformasi pembangunan Masjid Baiturrahman ini bervariasi. Awal dibangun, masjid ini berkubah segi empat. Saat sekutu (penjajah Belanda) tiba di Aceh dan melakukan penyerangan ke Koetaraja (Banda Aceh saat ini), masjid inipun juga ikut hangus karena dibakar. Sontak Rakyat Aceh tak tinggal diam melainkan semangat porjuangan semakin tinggi dan memanas untuk menyerang sekutu. Masyarakat Aceh pun melakukan perlawanan lebih sigap terhadap Belanda pada 10 April 1873.

Foto : Ahmad 11, diambail dari situs web simbi.kemenag.go.id
Perang ini dianggap sengit, karena tempat ibadah masyarakat Aceh dihancurkan. Dari pertempuran ini, pada tanggal 14 April 1873, Belanda kehilangan seorang panglimanya yakni Major General Johan Harmen Rudolf Köhler.
Setelah melakukan komunikasi, pihak Belanda berjanji akan membangun kembali masjid tersebut. Hal itu disampaikan oleh Jenderal Van Sweiten atas perintah Gubernur Jenderal Van Lansberge. Janji pembangunan tersebut baru terlaksana pada empat tahun setelah kejadian pembakaran, yaitu 1879 dan selesai tahun 1881.
Referensi yang dihimpun Readers.ID menunjukan pembangunan itu terjadi dimasa pemerintahan sultan Aceh yang terakhir, yaitu Muhammad Daud Syah, dengan desain Gerrit Bruns, seorang arsitek berdarah Belanda.
Tranformasi pondasi dan bentuk masjid pun berubah jauh. Belanda membangun masjid dengan menggunakan kubah seperti saat sekarang ini, namun hanya berkubah satu. Tahap selanjutnya dilakukan perluasan dan penambahan bangunan hingga kubah pun bertambah. Diketahui, kubah hitam dibangun dari sirap kayu keras yang digabung menjadi ubin.
Tanggal 26 Desember 2004, Aceh pun kembali berduka dengan hadirnya tsunami Aceh, diawal kepemimpinan kepala negara Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Masjid ini pun masih tumbuh kokoh dan berdiri diantara puing-puing bangunan lainnya yang sudah rata dengan tanah.

Foto : Kompas.com
Renovasi masjid ini kembali terjadi beberapa tahun belakangan. Arsitek masjid ini kemudian diadaptasi oleh L.P. Luijks, yang juga mengawasi pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor Lie A Sie. Desain yang dipilih adalah gaya kebangkitan Mughal, yang dicirikan oleh kubah besar dengan menara-menara.
2. Taman Putroe Phang
Peninggalan kedua dari kerajaan Aceh Darussalam masa itu adalah Taman Putroe Phang. Taman ini tidak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman, atau dapat berjalan ke Sukaramai, Baiturrahman, kota Banda Aceh, berdekatan dengan Gunongan yang dulunya merupakan satu kesatuan dengan Taman Putro Phang ini.
Dikutip dari djkn.kemenkeu.go.id, tahun 1621 Admiral de Beaulieu pernah datang ke Aceh dan menyampaikan bahwa adanya taman hiburan yang indah, terdapat kolam yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda. Taman yang dimaksud adalah taman Putroe Phang atau Bustanussalatin yang merupakan taman raja-raja.

Foto : djkn.kemenkeu.go.id
Taman ini difungsikan sebagai tempat bercengkrama keluarga kerajaan. Fungsi lain tentunya menghibur istri baru Sultan Iskandar Muda yang cantik berasal dari Pahang Malaysia. Terdapat dalam taman raja-raja ini Gunongan dan juga bangunan lainya yang sangat luas. Di taman ini terdapat berbagai jenis bunga, buah dan sayur-sayuran.
Ketika Iskandar Tsani naik tahta pada 1636 M, pembangunan taman diperluas menjadi seribu depa. Taman itu dinamai Taman Ghairah, namun kemasyhuran taman yang dibuat untuk Putroe Phang menyebabkan taman ini selalu disebut oleh orang-orang Aceh sebagai Taman Putroe Phang. Yang tersisa dari taman ini sekarang hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan taman Bustanussalatin dimasa lalu.
3. Tiga Meriam
Dikabarkan, Tiga Meriam yang ditemukan belum lama ini di Desa Arongan, Kecamatan Arongan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat atau Meulaboh. Tiga meriam ini diduga merupakan peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam.
Dikutip Antaranews, temuan situs sejarah tiga buah meriam dan sisa puing bangunan diduga peninggalan pada masa pemerintah Sultan Iskandar Muda. Meriam-meriam tersebut digunakan untuk mempertahankan Aceh dari serangan-serangan penjajah.
Dari ketiga peninggalan sejarah tersebut kita diajarkan betapa pentingnya mengetahui dan mempelajari sejarah masa lalu khususnya era kerajaan Aceh Darussalam yang megah di Asia Tenggara dan Eropa. Sisi lain pentingnya sejarah adalah untuk mengetahui jati diri suatu bangsa dan negara bahwa masa lalu menjelaskan posisi dan keberadaan kita di masa mendatang.[]










Komentar