Menyambung Asa di Atas Kaki Palsu

Waktu Baca 9 Menit

Menyambung Asa di Atas Kaki Palsu

Rahmat Ayani (34) tampak kebingungan saat turun dari mini bus yang ia tumpangi berhenti di jalan Gabus, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, tepat di depan Rumah Singgah Blood For Life Foundation (BFLF). Setelah menempuh sekitar tujuh jam  perjalanan dari Kota Langsa. 

Dari seberang jalan Rahmat berjalan menuju pelataran Rumah Singgah sambil membawa tas ransel. Wajahnya masih memendam rasa lelah, ia kemudian duduk di atas kursi dekat pintu gerbang. 

Rahmat menyingkap celana training pada kaki kanannya hingga ke lutut. Sambil tersenyum, ia membuka kaki palsu yang selama ini digunakan untuk beraktivitas.

“Ini terlalu panjang, karena memang bukan ukuran saya. Jadi susah memakainya,” kata Rahmat sambil menunjukkan kaki palsu yang ia pakai kepada readers.ID, Rabu (24/3/2021).

Pagi itu sejumlah pria dan wanita penyandang tuna ramai berkumpul di Rumah Singgah BFLF. Beberapa di antaranya bahkan terlihat begitu larut dalam diskusi masing-masing. 

Rahmat tercatat sebagai salah seorang penerima bantuan kaki palsu yang diberikan oleh BFLF Aceh bekerja sama dengan Kick Andy Foundation. Lelaki asal Kecamatan Langsa Kota itu,  sangat membutuhkan alat bantu tersebut sejak kaki kanannya diamputasi pada 2018 silam.

Selama ini Rahmat hanya memanfaatkan kaki palsu bekas yang sudah rusak milik temannya, itupun baru diterimanya sejak satu tahun terakhir. Dengan adanya bantuan tersebut sangat membantu Rahmat dalam bekerja sebagai penarik becak motor. 

Rahmat mengatakan, meski kaki palsu bekas ia tetap menggunakannya demi mencari nafkah untuk keluarga. 

“Itu dikasih teman karena dia udah ada lain, udah itu yang dikasih ini pun sudah rusak memang sehingga mau tidak mau saya ambil saja,” ungkapnya.

Kondisi kaki palsu bekas milik teman Rahmat, terlihat memang sudah tidak layak lagi. Telapak kaki palsunya sudah tidak ada, selain itu ukurannya sendiri tidak sesuai dengan ukuran kaki Rahmat.

Hal ini yang kemudian membuat Rahmat jarang menggunakannya untuk berjalan,  selain hanya ketika mengendarai becak bermotor saja.

“Sudah coba saya rombak, tetapi tidak bisa juga digunakan untuk berdiri maupun berjalan. Kalau jalan harus ditarik-tarik begitu. Kaki palsu yang ada selama ini hanya saya gunakan untuk menekan rem tetapi kalau berjalan tetap menggunakan tongkat,” imbuh Rahmat.

Dari balik masker hitam yang menutup mulutnya, Rahmat menceritakan secara singkat awal mula ia kehilangan salah satu kakinya. Peristiwa itu terjadi pada 2016 silam, saat dirinya diketahui mengidap kanker tulang.

Berbagai upaya untuk mengobati penyakitnya telah dilakukan. Namun, pada tahun 2018 Rahmat disarankan untuk mengamputasi kaki kanannya. Awalnya Rahmat merasa berat harus merelakan kehilangan satu kakinya, tetapi ia tidak punya pilihan lain demi mencegah menyebarnya kanker itu ke dalam tubuhnya.

Sejak saat itu Rahmat harus merelakan salah satu kakinya, dan pasca operasi ia mulai menggunakan tongkat penopang untuk membantunya berdiri hingga beberapa tahun.

Rahmat begitu bersemangat ketika tahu bahwa dirinya dinyatakan sebagai salah seorang penerima kaki palsu dari BFLF Aceh. Bahkan rela menempuh perjalanan dari Langsa ke Banda Aceh pada Selasa (23/3/2021) malam, dengan menggunakan kaki palsu rusak yang ia miliki. 

“Saya kemari dari Langsa sengaja menggunakan kaki palsu ini, karena kalau naik mobil kan susah membawa tongkatnya sehingga gak saya bawa,” ujar Rahmat.

Rahmat sangat berharap jika kaki palsu yang bakal diterima bisa memudahkannya untuk berdiri hingga mampu bekerja lagi. Rahmat juga begitu bahagia saat mendengar kabar bahwa kaki palsu yang akan diberikan kepadanya bisa digunakan saat lebaran nanti.

“Ya harapannya lebaran ini sudah bisa memakai kaki palsu,” ujar Rahmat sambil tersenyum.

Kebahagiaan serupa juga dirasakan oleh Firdan Aldwiyansa. Seorang remaja asal Aceh Tamiang yang masih duduk di bangku kelas 2 (SMP). Dari sejak lahir, Firdan memang sudah tidak memiliki kaki kanan layaknya orang normal lainnya. 

Firdan baru menggunakan kaki palsu untuk pertama kali ketika dirinya duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar (SD). Awalnya Firdan mengaku nyaman dengan kaki palsu yang dipakai, namun lama kelamaan ia merasa jika ukurannya sudah tidak lagi sesuai. 

“Kelas 4 SD mulai merasa sakit karena kekecilan,” kata Firdan.

Ayah Firdan hanya seorang buruh. Kondisi ini yang kemudian membuat Firdan mau tidak mau harus tetap memanfaatkan kaki palsu tersebut.

Kabar tentang adanya bantuan kaki palsu itu diketahui oleh sang ayah dari sosial media. Dari informasi tersebut lalu mengajukan Firdan menjadi salah satu calon penerima bantuan.

Setelah dinyatakan berhak mendapatkan bantuan kaki palsu tersebut, Firdan bersama sang ayah berangkat dari Aceh Tamiang menuju Banda Aceh pada Selasa (23/3/2021) malam.

Selama dilakukan pengukuran, remaja ini hanya duduk diam. Matanya tak banyak teralihkan dan fokus melihat lihainya tangan pekerja dari tim pengukur kaki palsu yang sedang mengukur kakinya.

“Alhamdulillah senang bisa dapat kaki palsu yang baru,” ucap Firdan.

BFLF Aceh dipercaya oleh pihak Kick Andy Foundation untuk menyalurkannya kaki palsu kepada masyarakat Aceh kurang mampu. Dalam tahapan ini, lembaga yang dipimpin oleh Michael Octaviano tersebut hanya menerima 36 orang penerima dari sekitar 200 pemohon.

"Kuota yang diberikan Kick Andy ada 36 karena terbatas. Oleh karena itu dipilih, yang utama untuk kepala keluarga, anak sekolah, dan orang yang sangat produktif,” kata Michael, saat dijumpai di lokasi pembuatan kaki palsu. 

Michael mengaku alasan BFLF menyelenggarakan pembuatan kaki palsu, dikarenakan banyaknya laporan permintaan yang mereka terima dari masyarakat. Karena itu, pihaknya masih akan terus melakukan kegiatan yang sama ke depannya.

“Kami yakin, jumlah tidak hanya 200-san, tetapi dua kali lipat. Kami juga akan bermohon lagi kepada Kick Andy untuk tahap berikutnya,” ungkap Michael.

Tak hanya itu, ketua BFLF Aceh ini juga berharap pemerintah daerah mulai tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota bisa memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kaki palsu.

Michael menyebutkan, hasil pengukuran kaki yang telah dilaksanakan itu nantinya dibawa ke Surabaya, Jawa Timur untuk dibuatkan kaki palsu.

“InsyaAllah sekitar sebulan sudah bisa kita bagikan. Nantinya semua peserta akan dilaksanakan pemasangan dan cara berjalan,” tuturnya.

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...