Museum Aceh Mengadakan Diskusi Dan Literasi Manuskrip Aceh

Kajian dan diskusi Manuskrip Aceh ini merupakan bagian dari kegiatan penyelenggaraan Pameran Literasi yang di lakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melalui UPTD Museum Aceh dengan tema "Sejarah dan Kebudayaan Aceh".

Waktu Baca 2 Menit

Museum Aceh Mengadakan Diskusi Dan Literasi Manuskrip AcehIst.
Kegiatan Diskusi dan Literasi Manuskrip Aceh di Museum Aceh. (Foto. Ist)

BANDA ACEH, READERS – Museum Aceh mengadakan kegiatan kajian dan diskusi manuskrip Aceh di teras bawah Rumoh Aceh di komplek Museum Aceh, Kota Banda Aceh. 

Kegiatan ini telah berlangsung sejak Senin (1/8/2022) lalu dan akan berakhir pada Jum’at (5/8/2022) besok.

Kajian dan diskusi Manuskrip Aceh ini merupakan bagian dari kegiatan penyelenggaraan Pameran Literasi yang di lakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melalui UPTD Museum Aceh dengan tema "Sejarah dan Kebudayaan Aceh".

Pada hari ketiga yakni Rabu (3/8/2022) kemarin, membahas mengenai Kajian literasi naskah Aceh. Pada kesempatan itu Syukri Riski, S.pd,MA menjadi pemateri, yang merupakan Alumni Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UIN Ar-Raniry, dan Master Program Southeast Asian Studies di Goethe University, Jerman.

Menurut Syukri Riski, penulisan Hikayat Aceh tidak bebas dari konteks masyarakat dimana ia dikarang.

"Penulisan Hikayat Aceh tidak bebas dari konteks masyarakat dimana ia dikarang, selain itu Hikayat Aceh merupakan panegyric chronicle yang eulogis (Penggunaannya sebagaisumber pengetahuan sejarah membutuhkan informasi pendukung yang faktual lainnya),” kata Syukri seperti informasi yang diterima READERS.ID, Kamis (4/8/2022).

Kemudian diskusi tersebut juga melahirkan beberapa gagasan seperti perlunya kembali mengulang kaji hikayat-hikayat Aceh itu. 

"Perlunya kita mengkaji ulang hikayat Aceh yang pada dasarnya mengandung nasihat-nasihat yang tersirat melalui tulisan sastranya,” kata moderator Zahrul Fadhi, SS.MA.

Pantauan di lokasi, kegiatan ini diikuti oleh lembaga-lembaga kebudayaan seperti Institut Peradaban Aceh, Rumoh Manuskrip Aceh, Institut Kebudayaan Aceh, Pusat Kajian Aceh Turki (PUKAT), Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA).

Kemudian ada Center for Information of Sumatra-Pasai Heritage (CISAH), Lembaga Asyraf Aceh, Seramoe Budaya, International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS), Aceh Culture and Education (ACTION).

Selain lembaga tersebut juga turut dihadiri mahasiswa dari Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Ar-Raniry dan Prodi Pendidikan Sejarah FKIP USK.

Sumber:Rilis/FR

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...