OBITUARI | Teungku Daud Zamzami, Sosok Ulama yang Menjadi Rujukan

Ketua MPU Aceh, Abu Daud Zamzami. Foto detik
Penulis:

"Innalilahi wa Inna ilaihi raajiun. Telah berpulang ke Rahmatullah, Abu Daud Zamzami. Semoga husnul khatimah dan diampuni segala dosanya, aamiin ya rabbalaalamiin," kabar duka meninggalnya seorang ulama kharismatik Aceh itu tersiar di media sosial, pada Selasa (17/3/2021).

Abu Daud, begitu orang nengenal dan memanggil sosok ulama bernama lengkap Teungku Daud Zamzami yang menjabat sebagai ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh.

Ulama berusia 86 tahun yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Dayah Riyadhus Shalihin itu, meninggal di rumahnya di Gampong Ateuk Anggok, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, pada Selasa sekitar pukul 09.45 WIB.

"Beliau meninggal dunia di rumahnya di Ateuk Angguk,” kata Wakil Ketua MPU Aceh, Faisal Ali saat dikonfirasi.

Beliau sempat sakit di bagian tenggorokan bahkan tidak bisa berbicara. Faisal Ali menceritakan, sebelum meninggal Abu Daud sempat dikabarkan mengalami sakit di bagian tenggorokannya. Bahkan, sakitnya tersebut membuat beliau susah untuk berbicara hingga beberapa bulan.

"Beliau sekitar enam bulan lalu, ada sedikit tumbuh benjolan di bagian dalam leher. Pada waktu ada benjolan di dalam itu, beliau hilang suara dan suaranya tidak begitu jelas," kata Faisal Ali.

Usia yang semakin uzur, belakang membuat penyakit Abu Daud semakin parah hingga tidak mampu lagi untuk menelan makanan.Selama beberapa hari sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, ulama kharismatik Aceh itu harus diinfus untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya.

"Ada beberapa kali beliau masuk rumah sakit untuk diinfus hingga terakhir beliau pulang ke rahmatullah," imbuhnya.

Meski semasa hidup mengalami sakit, almarhum yang menjabat sebagai ketua MPU Aceh itu tetap beraktivitas menjalankan tugasnya.

"Beliau masih ke kantor, masih beraktivitas seperti biasa. Sidang bilau ikuti walau faktor suara tidak begitu jelas," ujarnya.

Konsisten dan Teliti Dalam Mengambil Keputusan

Faisal Ali memiliki cerita tersendiri dengan Abu Daud Zamzami. Ia telah mengenal almarhum selama 14 tahun atau sejak dirinya bergabung di MPU Aceh.

Dikatakan Faisal Ali, Abu Daud Zamzami merupakan sosok yang selalu menjadi rujukan dalam perkembangan peradaban Aceh khususnya Banda Aceh belakang ini.

"Jadi beliau itu mampu melihat bagaimana tata masyarakat Aceh maupun di daerah-daerah, perkembangan kampung, bagaimana peribadatan, kapan berubah, itu beliau paham. Makanya, beliau paham dan mengikuti perkembangan peradaban Aceh," ucapnya.

Tak hanya itu, sosok yang sejak mudanya telah bergabung dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh --sebelum ada MPU Aceh--, dikenal konsisten dalam menelaah setiap keputusan hukum. Terutama hukum yang mengenai syariat Islam.

"Jadi Abu Daud kalau referensinya tidak pasti itu beliau tidak bisa terima. Kehati-hatian dan ketelitian beliau sungguh luar biasa sampai kepada titik maupun koma itu beliau pastikan. Beliau banyak membaca. Jadi kalau ada fatwa-fatwa hukum beliau baca dan kitab-kitab referensi yang ada," kata Faisal Ali menceritakan.

"Jadi kalau saya melihat salah satu kekhususan dan kelebihan yang dimiliki Abu Daud ini yakni tentang kehati-hatian sangat dalam hal penyampaian hukum," imbuhnya.

Abu Daud Zamzami adalah salah seorang yang mengajak Faisal Ali untuk bergabung ke dalam MPU Aceh. Sehingga, wakil ketua MPU Aceh ini memiliki kesan tersendiri dengan almarhum.

Beliau dikenal sebagai senior sekaligus guru yang kerap memberikan bimbingan kepada Faisal Ali selama 14 tahun ia menjadi anggota lembaga tersebut.

Abu Daud, dikatakan mantan anggota MPU Aceh Besar ini, mengajarkannya bagimana bergaul, merespon permasalahan, dan dalam hal menyampaikan permasalahan hukum.

"Jadi banyak sekali bimbingan-bimbingan yang saya temukan dari beliau, bagaimana cara keistikamah beliau, yang diwariskan dan ini menjadi pegangan bagi hidup saya pribadi dan juga kelembagaan MPU," ungkapnya.

"Saya yakin bahwa para ulama pimpinan-pimpinan MPU yang sudah mendahului kita itu betul-betul komitmen dalam menjaga umat, menjaga syariat Islam yang ada di Aceh," imbuhnya.

Ulama yang Bisa Mengayomi Semua Warga Aceh

Sementara itu, Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, pada Selasa, ikut bertakziah ke makam Ketua MPU Aceh, Abu Daud Zamzami, di Komplek Dayah Riyadhussalihin Gampong Ateuk Angguk.

Dalam kunjungan tersebut, Nova juga menyambangi dayah milik murid langsung Abuya Syekh Muda Waly Al Khalidi itu.

Kedatangannya disambut langsung oleh para Wakil Ketua MPU Aceh bersama keluarga besar Dayah Riyadhussalihin.

"Atas nama pribadi, Pemerintah dan seluruh rakyat Aceh, Saya menyampaikan duka cita paling dalam atas meninggalnya Abu Daud," kata Nova, di sela sela acara takziah itu.

Nova mengatakan meninggalnya Abu Daud merupakan suatu kehilangan besar bagi Aceh.

"Beliau salah seorang ulama besar di Aceh yang bisa mengayomi kita semua," kata Nova.

Karena keilmuan dan ketokohannya, selama ini, lanjut Nova, Abu Daud dipercayakan memimpin lembaga Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh.

Beliau telah banyak mewariskan ilmunya selama memimpin MPU. Banyak hal-hal besar yang terjadi di Aceh, dan MPU telah memberikan berbagai thausiah hingga fatwa yang kemudian menjadi rujukan bagi masyarakat banyak.

"Tidak cukup rasanya jika hanya menyampaikan terima kasih kepada Abu Daud atas semua yang telah beliau berikan kepada kita. Mari sama-sama kita mengirimkan doa, insya Allah almarhum mendapatkan balasan syurga dari Allah," kata Nova.

Gubernur juga mengajak seluruh masyarakat Aceh melaksanakan shalat ghaib untuk melepas kepergian almarhum yang juga sosok seorang ulama yang sangat bersahaja dalam pergaulannya selama ini.