OPINI: Cuaca Ekstrim, Waspadai Banjir Rob

Waktu Baca 11 Menit

OPINI: Cuaca Ekstrim, Waspadai Banjir Rob
Muhammad Irham, Staf pengajar pada Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, pemerhati lingkungan laut dan pesisir. Dok Pribadi

Banjir Rob atau banjir pesisir atau banjir pasang secara definisi merupakan peristiwa banjir akibat pasang yaitu ketika permukaan laut lokal naik di atas ketinggian ambang batas.

Banjir Rob ini dapat terjadi walaupun tidak adanya gelombang akibat badai, luapan air sungai dan hujan. Namun, ketika terjadi cauca ekstrim seperti hujan dan badai pesisir bertepatan dengan air pasang, maka kedalaman dan tingkat banjir pesisir meningkat secara dramatis.

Bahkan angin yang relatif lemah bertiup ke darat selama peristiwa pasang terjadi dapat mendorong volume besar air ke daratan. Curah hujan juga dapat menambah volume air yang besar pada banjir pasang.

Perlu diketahui bahwa banjir tidak selalu identik dengan keadaan cuaca seperti hujan dan badai. Di daerah pesisir yang rendah, saat cuaca yang cerah, banjir dapat saja terjadi sewaktu-waktu akibat naiknya permukaan air laut atau disebut pasang tertutama pasang tertinggi.

Banjir ini sering dinamakan sebagai banjir rob atau banjir pesisir yang dalam bahasa ilmiah dinamakan dengan banjir pasang atau high tide flooding. Banjir pasang saat ini banyak terjadi di beberapa lokasi didunia karena kenaikan permukaan laut terkait iklim, penurunan permukaan tanah, dan hilangnya penghalang alami.

Di Indonesia, banjir ini sering terjadi di daerah-daerah yang elevasinya sama atau lebih rendah dari elevasi muka laut rata-rata. Di hampir seluruh pesisir Provinsi Aceh, banjir rob kerap terjadi saban tahun walaupun banjir pasang ini umumnya sangat terlokalisir yang hanya terjadi pada skala lokal.

Kalau dilihat dari sistem pasang surut laut, pasang yang jauh lebih tinggi dari ketinggian rata-rata biasanya terjadi beberapa kali per tahun selama bulan baru dan/atau bulan purnama. Pasang ini terjadi ketika orbit reguler bulan sangat dekat dengan bumi dan matahari yang berada di garis lurus (segaris). Gabungan gaya gravitasi bulan dan matahari menghasilkan tingkat pasang yang lebih tinggi dari biasanya.

Oleh karena itu, pengetahuan dan informasi tentang kapan pasang-surut akan terjadi dari waktu ke waktu akan meningkatkan kesadaran publik akan potensi banjir sebelum terjadi yang merupakan langkah menuju ketahanan.

Para ahli oseanografi melihat ambang banjir (batas elevasi rata-rata muka air) yang ada sehingga dapat menemukan pola di ambang batas berdasarkan rentang pasang. Penerapkan pola ambang ini mampu memantau banjir pasang di lokasi tanpa pengukur pasang. Cara yang dilakukan adalah mendokumentasikan banjir ini menggunakan metodologi pasang surut sehingga ditemuka pola yang konsisten untuk melihat kapan banjir rob dapat terjadi.

Mengandalkan metoda pasang surut untuk mendeteksi banjir rob adalah cara umum dan jamak digunakan. Metoda ini tidak dapat medeteksi seandainya ada cuaca ekstrim dipadukan dengan pasang normal yang juga dapat menyebabkan banjir rob, karena ini merupakan keandaan banjir yang tidak normal di daerah pesisir.

Banjir rob ini dihasilkan dari angin badai, gelombang, dan tekanan atmosfer yang rendah. Keadaan ini sangat memungkinkan adanya genangan air di pesisir dan sangat sulit untuk diprediksi bahkan sampai sekarang belum ada metoda baku yang bisa dijadikan acuan untuk mendeteksi banjir rob.

Namun demikian, paduan cuaca ekstrim dan ketinggian air pasang di atas rata-rata merupakan peristiwa banjir rob yang sering terjadi diwilayah pesisir Aceh dan sukar untuk diprediksi. Cuaca ekstrim seperti badai dan hujan mengakumulasi volume air yang masuk ke daerah rendah (cekungan).

Wilayah pesisir merupakan daerah cekungan kecil yang umumnya secara local lebih rendah dari permukaan air laut rata-rata. Pesisir Aceh yang sangat dekat dengan pantai berada di sekitar 30 cm dibawah permukaan air laut rata-rata sampai dengan 80 cm di atas permukaan air laut rata-rata.

Kondasi yang demikian sangat rentan terhadap kemungkinan banjir rob yang terjadi dan akan diamplifikasi oleh keadaan cuaca ekstrim yang biasanya terjadi antara bulan November sampai dengan Januari.

Banjir pasang juga diperparah oleh kegiatan antropogenik, terutama karena degradasi lahan akabat penggunaan air tanah yang berlebihan dan menurunnya tutupan lahan. Populasi manusia yang tinggal di daerah pesisir mengakibatkan tingginya penggunaan air tanah dan berkurangnya tutupan lahan yang terjadi.

Eksploitasi penggunaan air tanah yang melebihi batas kemampuan air tanah untuk mengisi kembali, pembukaan lahan-lahan baru untuk pemukiman, dan reklamasi daerah magrove dapat meningkatkan kerentanan terhadap genangan air karena banjir pasang.

Dampak banjir adalah terserapnya air laut yang masuk ke pori-pori tanah (intrusi air laut) mengakibatkan air tanah terasa asin sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk air minum atau untuk kebutuhan sehari-hari. Air tanah asin juga dapat memiliki efek negatif yang signifikan terhadap mata pencaharian pertanian di daerah yang tergenang.

Banjir pasang menyebabkan ketidaknyamanan publik seperti penutupan jalan, drainase yang tidak berfungsi, rusaknya infrastruktur dan terganggunya aktifitas masyarakat. Efek dari naiknya permukaan laut di sebagian besar pesisir di Aceh diperkirakan akan menjadi lebih nyata dan jauh lebih parah dalam beberapa dekade mendatang yang kemungkinan terkait dengan factor perubahan iklim.

Percepatan kenaikan permukaan laut akan semakin mengintensifkan dampak banjir pasang tinggi dari waktu ke waktu, dan selanjutnya akan mengurangi frekuensi yang terjadi dari peristiwa banjir yang satu ke banjir selanjutnya.

Banjir pasang juga menghambat sistem drainase berbasis gravitasi alami di daerah dataran rendah ketika mencapai level di bawah genangan permukaan dan cukup besar melumpuhkan sistem drainase atau saluran pembuangan yang lebih rendah.

Salah satu solusi pasif untuk mengatasi genangan air adalah melalui sistem drainase katup yang dapat mengaliri air balik ke laut saat surut. Namun, dikebanyakan tempat dimana tinggi daratan dibawah permukaan laut, maka sistem pasif ini tidak berjalan dengan baik, maka sistem pompa menggantikan sistem berbasis gravitasi dipakai sebagai sistem aktif.

Kurangnya perencanaan untuk penanganan bencana banjir, terutama untuk banjir pasang, merupakan tantangan terkait dampak terhadap lingkungan dan ekonomi. Dalam jangka pendek, peristiwa banjir rob dapat dicegah dengan membangun tanggul untuk menahan gelombang pasang air laut yang menuju ke daratan. Solusi jangka panjang dengan vegetasi alami seperti dengan cara reboisasi pesisir.

Vegetasi pantai (tutupan lahan pantai) memainkan peran penting sebagai pemecah gelombang laut, mempertahankan kecepatan angin, dan sebagai habitat berbagai flora dan fauna.

Teknik pencegahan biologis semacam itu juga dapat didukung oleh pengembangan fisik, seperti membangun batas dinding antara laut dan darat untuk bertindak sebagai pemecah gelombang. Masyarakat yang tinggal di kawasan pantai juga harus mewaspadai naiknya permukaan air laut, dan mengurangi eksploitasi air tanah sehingga penurunan muka tanah dapat dihindari.

Kewaspadaan terhadap banjir rob akibat cauca ekstrim tidak hanya saat pasang tertinggi terjadi, namun juga saat pasang yang normal. Akumulasi pasang tertinggi dengan cuaca ekstrim mempercepat dan memperparah terjadinya banjir. Oleh karena itu, kewasapadaan kita akan terjadinya banjir secara tiba-tiba dalam keadaan cuaca yang tidak menentu merupakan keharusan.

Penulis: Muhammad Irham (Staf pengajar pada Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, pemerhati lingkungan laut dan pesisir)

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...