OPINI: Sewindu Mengabdi di Tengah-tengah Masyarakat

Sejak masih kuliah di Universitas Syiah Kuala (USK) pada Program Studi Ilmu Keperawatan. Saya ingin mengaplikasikan apa yang dipelajari di lapangan baik untuk individu, keluarga dan masyarakat secara nyata dengan membangun sebuah komunitas keperawatan.
Melihat fenomena sebagian besar masyarakat yang selalu fokus ke pengobatan dan mengabaikan pencegahan penyakit sejak dini, sama halnya dengan istilah “Pencegahan lebih baik dari pada Pengobatan”.
Sebagai mahasiswa keperawatan ini merupakan hal penting yang harus digaris bawahi agar masyarakat sadar pentingnya pencegahan terjadinya suatu penyakit. Pada dasarnya, perawat harus memahami tentang proses keperawatan yaitu fokus untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik biologi, psikologi, sosiologi dan spiritual.
Keempat hal tersebut wajib teraplikasikan secara nyata bukan hanya untuk orang yang sakit tetapi juga untuk yang sehat secara menyeluruh.
Ada satu teori yang membuat saya semakin yakin kenapa harus terjun langsung ke masayarakat yaitu teori klasik H. L. Bloom, menurutnya derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu 10 persen faktor genetik (heredity), 20 persen faktor pelayanan kesehatan (health care), 30 persen faktor perilaku (lifestyles/behavior) dan 40 persen faktor lingkungan (environment).

Keempat determinan tersebut saling terintegrasi dan mempengaruhi status kesehatan seseorang. Berdasarkan persentase di atas, bisa dikatakan faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang mendominasi.
Dalam hal ini, perawat juga mempunyai tanggung jawab untuk turun langsung ke masayarakat dalam bentuk upaya promotif dan preventif secara langsung. Tidak harus menjadi perawat komunitas atau mengambil spesialis keperawatan komunitas, dengan bekal ilmu di sarjana keperawatan juga pasti bisa mengabdi kepada masyarakat.
Oleh karena itu, lahirlah sebuah komunitas perawat pada tanggal 27 September 2013 yaitu Community Of Nursing Care (CNC). Launching CNC diadakan di Aula Ayam Penyet Pak Ulis (Lamnyong) yang dihadiri oleh ibu Ns. Darmawati, M. Kep, Sp. Kep. Mat.
Beliau merupakan salah satu dosen dan Waka Prodi Keperawatan Unsyiah pada saat itu. Beliau memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada saya. Dalam acara tersebut, pendiri CNC saya sebagai pendiri sempat memaparkan visi dan misi, tujuan, manfaat serta program-program CNC di depan semua yang berhadir.
Pada kesempatan tersebut saya juga turut mengundang Bapak Michael Oktaviano pendiri BFLF (Blood for Life Foundation) untuk sesi sharing tentang komunitas relawan.

Terdapat beberapa kesulitan ketika mengajak kawan-kawan untuk membentuk komunitas perawat. Apalagi sebagian kawan-kawan ada yang sudah bekerja dan ada yang mempertimbangkan masalah dana jika nanti ada beberapa program yang sedang dijalankan.
Padahal sebelumnya sudah saya jelaskan komunitas ini kita bangun dengan sukarela terlebih dulu untuk berbagi tentang promosi kesehatan kepada masyarakat, tidak ada bayaran dari apa yang telah kita rencanakan selain pahala dari Allah SWT.
Dan kalau memang memerlukan dana itu akan kita gunakan dana pribadi seikhlasnya. Tidak jarang pula kawan-kawan yang meremehkan dan mengatakan tidak penting membentuk komunitas perawat karena tidak akan menghasilkan kontribusi apapun.
Tapi Alhamdulillah, saya bertemu dengan beberapa teman-teman yang mendukung dan ikut bergabung walaupun pada akhirnya tinggal saya sendiri karena teman-teman sudah menikah, mulai bekerja dan sibuk dengan kegiatan masing-masing, begitupun dengan saya yang sudah mendapatkan pekerjaan tetapi saya bertekad tetap bertahan walaupun sendiri.
Nama saja komunitas, selain baru saja terbentuk pasti terdapat banyak kendala dalam menggerakkannya. Itu tidak membuat saya menyerah, dengan dukungan penuh kedua orang tua, saya terus berusaha agar komunitas ini jalan.
Setelah dilaunching, CNC juga sempat mengajukan proposal langsung ke kantor DPR untuk mendukung progam komunitas perawat ini, Alhamdulilah mendapatkan respon positif. Akan tetapi karena beberapa keterbatasan dan kendala CNC kurang aktif dalam setahun. Saya mulai mencari komunitas-komunitas lain dan saya memutuskan bergabung dengan komunitas lain dengan harapan suatu hari ini program saya di CNC bisa saya gabungkan dengan program mereka.
Salah satunya adalah A3R (Aneuk Atjeh Anti Rokok), bersama A3R kami sempat beberapa kali memberikan promosi kesehatan dan on air di radio seputar masalah rokok. Walaupun bukan membawa nama komunitas saya, itu tidak penting bagi saya. Yang paling penting berbagi atau sharing ilmu terlepas dari komunitas apa itu. Tujuan yang sama adalah point utama.
Kemudian saya juga bergabung dengan Centre for Tobacco Control Studies (CTCS) dan RZ (Rumah Zakat). Sejak tahun 2015. Bersama Bapak Yasir Arafad Rumah Zakat Provinsi Aceh, saya masih menjadi pemberi penyuluhan seputar kesehatan di desa binaan mereka.
Alhamdulillah, sangat bahagia rasanya bisa berbagi langsung semua ilmu tentang kesehatan khususnya keperawatan kepada masyarakat secara langsung. Perubahan yang terjadi memang tidak signifikan, namanya saja kita membantu masyarakat memiliki perilaku kesehatan yang lebih baik.
Mengubah perilaku kesehatan bukan hal yang bisa diubah dalam hitungan hari, butuh waktu berbulan-bulan maupun bertahun-tahun. Berbicara evaluasi, mungkin toolsnya tidak ada yang spesifik.
Memang belum ada pencapaian 100 persen (tidak mustahil jika terus konsisten), akan tetapi ada perubahan 5 persen saja saya menganggap itu juga sebuah pencapaian. Jika boleh saya berikan satu contoh, misalnya saya telah memberikan informasi kepada masayarkat bahwa tekanan darah terdiri dari tekanan darah sistol dan diastol, misalnya 120/80 mmHg, 120 adalah tekanan darah sistol dan 80 adalah tekanan darah diastole.
Setelah menjelaskan, saya menghimbau kepada ibu-ibu ketika berobat ke pelayanan kesehatan dan dilakukan pemeriksaan darah jika hanya diberitahukan tekanan darahnya hanya sistol saja yaitu 100.
Tanyakan per berapa agar ibu-ibu juga mengetahui tekanan darah diastol. Dan ketika ibu-ibu mulai menanyakan ini ketika berobat, saya anggap ini suatu pencapaian. Karena ibu-ibu sudah mulai kritis bertanya tentang hal yang berkaitan dengan dirinya.
CNC pernah melakukan kunjungan ke taman edukasi Gampong Jawa dan beberapa sekolah di Banda Aceh dan Aceh Besar untuk memberikan penyuluhan kesehatan. Selain itu, CNC juga pernah mengunjungi Pulo Aceh pada 2019 untuk melakukan pengabdian masyarakat.
Kami berkunjung ke SD Negeri Meulingge untuk mengajarkan anak-anak tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan memberikan berupa alat tulis. Selain itu, semua guru kita periksa tekanan darahnya.

Kemudian berkeliling kampung untuk kita periksa tekanan darah msayarakat. Kami juga sempat mengunjungi langsung beberapa masyarakat yang sedang sakit di rumah. Selama pandemic Covid-19, CNC sempat tidak melaksanakan kegiatan kurang lebih 5 bulan. Akan tetapi, saat ini sudah kembali normal seperti biasanya.
CNC merupakan komunitas relawan. Walaupun di CNC sekarang anggotanya tidak menetap, tidak membuat saya berhenti sampai di sini. Saya akan tetap berusaha mengaplikasikan semua program yang sudah yang sudah saya rencanakan.
Saya berharap tahun ini ada sat desa binaan lainnya, sat panti asuhan dan sat sekolah yang menjadi binaan CNC. Insya Allah akan tereleasisasikan tanpa batasan waktu. Semoga perawat bisa mengabdi untuk masyarakat bukan hanya yang sedang sakit tetapi juga bagi massyarakat yang sehat untuk memberikan promosi kesehatan sehingga pencegahan penyakit sejak dini dapat diterapkan.
Pada hari ini tanggal 17 Maret 2021, CNC juga ingin mengucapkan selamat hari perawat nasional, Dirgahayu PPNI. Semangat terus perawat, semoga semakin jaya dan dapat berkontibusi secara langsung untuk masyarakat.[]
Penulis: Ns. Mira Fajarina, S.Kep
Community Of Nursing Care (CNC) dan Lulusan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala (USK)






Komentar