Pemakaman Korban Covid-19 Tanpa Petugas Saat Angka Positif Tinggi di Aceh

Tidak difasilitasi dan dibantu oleh pihak Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, satu keluarga di Aceh Besar terpaksa melakukan pemakaman secara mandiri anggota keluarganya yang meninggal karena Covid-19.
Padahal kasus positif Covid-19 di Serambi Makkah sedang melonjak dan bahkan ada dua daerah masuk zona merah. Aceh mencatat kasus konfirmasi harian tertinggi sepanjang masa pagebluk Covid-19. Kasus baru konfirmasi Covid-19 bertambah 351 orang. Pasien yang dinyatakan sembuh hanya 99 orang, dan 10 orang meninggal dunia.
Sementara dua daerah (kabupaten) kini zona merah Covid-19 di Aceh berdasarkan hasil analisis data Covid-19 periode 26 Juli – 1 Agustus 2021 oleh Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Nasional, dua daerah (kabupaten) di Aceh kini menjadi zona merah, yakni Aceh Tengah dan Aceh Singkil.

Pemakaman pasien Covid-19 dimakamkan di pemakaman umum di kawasan Mata Ie, Kecamatan Darul Imarah, pada Rabu (4/8/2021) tanpa didampingi oleh Tim Satgas Covid-19.
Anak pasien, Jandri mengatakan, ibunya meninggal dalam status diagnosis positif Covid-19, pada Rabu dini hari.
Ibunya sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Zainoel Abidin di Banda Aceh, sejak Minggu (1/8/2021).
"Jadi mamak meninggal itu jam 12 di Ruang Pinera Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin," kata Jandri, saat dikonfirmasi, pada Rabu (4/8/2021).
Kejadian bermula ketika Jandri mendapatkan kabar ibunya meninggal dunia. Ia lalu bergegas ke rumah sakit untuk mengurus administrasi mengenai pemakaman.
Saat itu, pihak rumah sakit menanyakan kesediaan pihak keluarga mengenai prosedur pemakaman yang harus dilakukan secara protokol kesehatan (protkes).
Itu dilakukan mengingat pasien warga Perumahan Bukit Permai, Gue Gajah, Kecamatan Darul Imarah itu meninggal dengan status positif Covid-19.

"Saya mengiyakan dan ibu langsung diproses sesuai protkes dan dimasukkan ke dalam peti jenazah," ucap Jandri.
Dikarenakan pasien meninggal Rabu dini hari dan tidak ada petugas yang mengurus mengenai pemakaman, Jandri harus menunggu hingga pagi.
Paginya, ia menjumpai salah seorang petugas rumah sakit yang menangani pasien meninggal dalam status Covid-19 dan proses pemakaman.
"Ini pemakaman ibu harus bagaimana? Saya tanya. Lalu lalu ditanya balik, mau dibawa ke mana ibu? Saya jawab ke Mata Ie. Ohh Mata Ie, Aceh Besar ya. Oh itu biasa ada Satgas sendiri," ujar Jandri menceritakan.
Merasa kurang puas, ia menanyakan alasannya. Lalu pihak rumah sakit menyampaikan jika ada aturan baru mengenai pemakaman pasien.
Aturan itu dikatakan Jandri sesuai keterangan pihak rumah sakit, hanya bisa memfasilitasi pemakaman di kawasan Banda Aceh dan tidak untuk wilayah Aceh Besar.
"Dikatakan bahwa mereka tidak bisa ikut campur lagi karena SK-nya sudah jelas jadi mereka hanya khusus Banda Aceh saja," kata Jandri.
Usai mendapatkan penjelasan, Jandri lalu coba menghubungi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar untuk menanyakan terkait pengurusan pemakaman ibunya.
"Dibilang kalau satgas sudah menuju ke pemakaman," ucap Jandri.
Menumpangi ambulans RSUD dr Zainoel Abidin, Jandri membawa jenazah ibunya ke lokasi pemakaman di kawasan Mata Ie.

Sesampainya di lokasi, ternyata tidak ada satu orangpun anggota satgas selain hanya petugas dari puskesmas setempat.
Malah, petugas itu datang tanpa mengenakan pakaian berupa alat pelindung diri (APD) lengkap sesuai protkes dan prosedur pemakaman Covid-19.
"Mereka datang tanpa perlengkapan APD. Padahal seharusnya satgas harus sudah lengkap APD dan pengurusan jenazah juga sudah sama mereka langsung," imbuhnya.
Ini diakui pria berusia 26 tahun itu sudah tidak sesuai dengan pernyataan pihak dinas kesehatan yang mengatakan bahwa satgas sudah berada di lokasi.
Kepada pihak puskesmas, Jandri menanyakan terkait keberadaan satgas yang bakal melakukan pemakaman jenazah ibunya.
Akan tetapi petugas dari puskesmas mengatakan pihaknya tidak memiliki satgas khusus.
Pihak puskesmas juga malah mengaku jika selama ini pemakaman langsung difasilitasi oleh pihak rumah sakit.
"Sementara pihak kecamatan mengatakan bahwa tidak pernah ada satgas karena tidak ada pernah kejadian dan jika ada pemakaman langsung dilakukan dari rumah sakit," tiru Jandri menyampaikan.
Bukannya berupaya menyediakan satgas, pihak puskesmas malah meminta agar pengurusan pemakaman dilakukan oleh pihak keluarga.
Tidak hanya itu, bahkan pihak keluarga juga harus mengeluarkan biaya sendiri untuk penggalian liang lahat.
Jandri beserta dua abangnya serta dibantu salah seorang sopir ambulans dari puskesmas, akhirnya melakukan pemakaman secara mandiri.

Di tengah proses pemakaman, sempat terjadi ketegangan antara pihak keluarga dan petugas puskesmas.
Jandri berang dengan petugas puskesmas yang coba mendokumentasikan keluarganya yang sedang mengenakan alat pelindung diri (APD).
Ia mempertanyakan tujuan pihak puskesmas mendokumentasikan, sebab yang melakukan adalah keluarga dan bukan satgas.
"Jadi buat apa didokumentasikan, ini kan ceritanya kalian yang minta tolong keluarga bukan keluarga yang mau. Jangan nanti sudah dokumentasi lalu dibilang sudah ada satgas," ucap Jandri.
Bukan tanpa sebab pria 26 tahun itu menegur petugas dari puskesmas itu. Baginya, ia tidak ingin jika proses pemakaman secara mandiri yang keluarganya lakukan nantinya dijadikan sumber keuntungan oleh beberapa oknum.
"Saya pastikan jangan nanti usai pemakaman ibu saya, ada pihak-pihak yang diuntungkan atau pihak mencari keuntungan, saya marah. Karena semua ini ada anggarannya sampai dengan pemakaman," tegas Jandri.
Pemakaman ibu dari Jandri telah dilakukan secara mandiri oleh pihak keluarga tanpa dibantu oleh satgas.
Padahal, pihak keluarga telah menyetujui semua persyaratan pemakaman sesuai dengan protkes Covid-19 yang ditentukan.
Ia merasa kecewa jika ujung-ujungnya, pemakaman harus dilakukan secara mandiri. Oleh karena itu, ke depan, warga Gampong Gue Gajah itu berharap tidak ada lagi warga yang mengalami hal serupa seperti dialaminya.
"Saran saya untuk pemerintah di bagian satgas pemakaman ini dipertegas lagi satgas-satgasnya. Jangan sampai kejadian seperti ini lagi. Ketika kita butuh satgas malah kita tidak tahu satgasnya di mana. Bahkan sampai ke dinas kesehatan kabupaten mereka juga bingung jawabnya seperti apa," ucapnya.[acl]
Lihat Foto:
Komentar