Petani Sawit Keluhkan Mahalnya Harga Pupuk Non Subsidi

Waktu Baca 3 Menit

Petani Sawit Keluhkan Mahalnya Harga Pupuk Non Subsidi
Foto Rianza Alfandi | readers.ID

Di tengah naiknya daya beli Tendan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dalam beberapa bulan terakhir, para petani sawit kembali dihadapi dengan persoalan lain, yakni melambungnya harga pupuk non subsidi.

Sekretaris Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh, Fadhli Ali, mengatakan naiknya harga kelapa sawit di Aceh saat ini seperti belum terasa bagi petani. Hal itu karena diikuti dengan mahalnya harga pupuk dan sejumlah input pendukung lainnya.

“Harga TBS yang tinggi dan diikuti harga pupuk dan input produksi lain juga tinggi, membuat kenaikan harga TBS di tengah masa menurunnya produksi TBS jadi tidak begitu berasa pada penambahan penghasilan atu peningkatan kesejahteraan petani di Aceh,” kata Fadhli kepada readers.Id, Jumat (8/10/2021).

Menurut Fadhli, naiknya harga jual pupuk menjadi lebih mahal bukan hanya terjadi pada distributor saja, melainkan juga pada tingkat petani (enceran).

“Nah sebaliknya, harga pupuk naik jadi tinggi itu bukan hanya pada tingkat distributor, tapi pada tingkat petani (eceran) jadi lebih mahal atau tinggi,” ujarnya.

Untuk itu, kata Fadhli, guna mengatasi persoalan yang terus berulang selama ini, Pemerintah Aceh disarankan untuk terus mendorong dan mengembangkan inovasi pupuk organik yang berbahan baku ramah lingkungan dan diproduksi oleh masyarakat lokal.

“Di kampus-kampus Aceh ramai Profesor dan doktor yang memiliki berbagai ilmu yang berkaitan dengan tanaman, pupuk dan lain-lain yang dapat dibangun sinergy oleh pemerintah daerah,” katanya.

Ia menambahkan, pemerintah daerah dalam hal ini harus memperhatikan bahwa naiknya harga TBS sawit dikalangan petani belakangan ini belum seberapa dengan harga beli sawit yang terjadi di luar Aceh.

“Harga TBS di Aceh sudah tembus di atas Rp 2.000, itu kan harga papan, harga PKS (Pabrik Kelapa Sawit) terima dari suplayer atau harga pada tingkat petani rata-rata masih di bawah Rp 2.000,” pungkas Fadhli.[acl]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...